TIBA-TIBA HILANG.

10.7K 897 41
                                    


Kamu lucu ya,
Hilang begitu saja
Tahu tidak bagaimana rasanya
Gelisah dalam pikir yang tak tahu kejelasannya?

(Schatje, aprilwriters)

***

Daun mangga masih sibuk berguguran menyentuh rumput di bawahnya, mengajak bercengkrama, tapi bayu menegaskan satu hal berbeda—yang mana mereka akan berpisah tentunya, sebab tak ada yang benar-benar akan bersama, setiap orang dipertemukan untuk saling mengenal sebelum akhirnya sama-sama menghilang. Namun, jika ia yang masih dimiliki tiba-tiba menghilang tanpa kabar, seperti apa perasaan si pemilik?

Untungnya ia tipikal pendiam, tapi ekspresi serta bahasa tubuhnya tak bisa menampik kalau Karenina benar-benar resah jalani kehidupan tiga hari berikutnya tanpa kabar dari Royan, nomor laki-laki itu juga tidak aktif lagi. Kesalnya, Karenina pun tak miliki nomor anggota keluarga Royan yang lain agar bisa dihubungi, jika Jesslyn—gadis itu juga sulit dihubungi—membuat Karenina pasrah dengan situasi.

Kali ini, Karenina tak mau gemas lagi, ia putuskan memasuki mobilnya yang sejak pagi terparkir di halaman rumah, perempuan itu ingin datang ke apartemen Jesslyn sekadar menanyakan kabar Royan. Ia duduk di balik kemudi, menatap lurus ke depan sebelum putar kunci mobil, tarik perseneling dan injak gas—lajukan mobilnya pergi dari sana.

Karenina yang seringkali lakukan aktivitas di dapur pun tempo hari tak pernah lagi memasak, tiba-tiba rasa semangatnya menghilang seperti dibawa angin, terbang entah ke mana seperti saat ia memikirkan Royan yang seolah menghilang itu.

Mobil baru saja keluar lewati gapura komplek perumahan, ada sebuah van hitam yang menepi di sisi pertigaan jalan—sebelum akhirnya melaju di belakang mobil Karenina, awalnya perempuan itu tampak santai saja mengemudikan mobil—sampai ia menyadari sesuatu yang pernah terjadi padanya serta mobil yang kini bisa ia kemudikan lagi setelah masuk bengkel selama beberapa minggu.

Itu van hitam yang pernah buat saya kecelakaan atau bukan? Karenina luruhkan kaca sisi kanan, menatap van lewat pantulan spion, ia mengernyit seraya pikirkan banyak hal, ia hanya tak hafal plat nomor van yang pernah membuatnya menabrak gardu listrik hingga masuk rumah sakit beberapa waktu lalu.

Karenina mempercepat laju kendaraannya, tapi benar saja, van hitam di belakang Karenina juga ikut mempercepat laju mobil mereka. Perempuan itu menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam kegelisahan yang sama sekali belum hilang karena memikirkan Royan, kini justru ditambah oleh kehadiran orang jahat yang kembali mengejarnya.

"Mau mereka itu apa? Rampok saya?" gumam Karenina seraya sesekali perhatikan van hitam tadi lewat spionnya, saat itu lampu hijau perempatan jalan masih menyala—hingga mobil Karenina sanggup lewat, tapi ketika van hitam hendak menyebrang—rupanya lampu merah menyala, tapi nyatanya tidak berhenti—justru mempercepat laju mobil hingga Karenina injak gas lagi, perempuan itu mulai menyingkirkan tata cara mengemudi dengan baik dan benar kali ini, ia salip saja mobil-mobil di depannya tanpa peduli umpatan pengemudi mereka. Ia yakin kalau van hitam di belakangnya adalah mobil sama yang mengakibatkan tragedi malam itu, pasti ia lagi yang diincar.

Perempuan itu sedikit bernapas lega saat jaraknya dengan apartemen tempat tinggal Jesslyn tak jauh lagi, saat mobil Karenina berbelok masuki halaman apartemen—van hitam yang sempat mengikuti justru berhenti sejenak di sisi jalan seolah memastikan sesuatu—sebelum kembali melaju.

"Sebenarnya siapa yang incar saya? Siapa yang mau saya mati?" Mobil baru terhenti di area parkir, ia tarik napas dalam-dalam seraya sandarkan punggung yang sempat kaku tanggapi kegugupannya tadi, kini Karenina turun seraya perhatikan sekitar, bola matanya mengarah pada jalanan di sisi apartemen, tapi tak ada mobil berhenti di sana. Ia mulai was-was untuk keselematannya sendiri, tapi tetap saja niat datang ke apartemen Jesslyn tidak ia urungkan, kini langkah berlanjut hampiri lobi.

Schatje (completed)Where stories live. Discover now