REFLEKSI PIKIRAN.

1K 136 21
                                    


Untuk segala tiba-tiba serta fakta yang mengada-ngada.
Jangan bercanda, sakit ini menyiksa raga.

Schatje, aprilwriters.

***

Sepuluh menit lagi jam makan siang berlangsung, wanita itu membuat sebagian besar penghuni gedung Nuraga's Construction melongo saat duduk di sofa lobi karena menunggu kekasihnya keluar dari lift di lantai utama, Karenina tak berniat menghampiri Denial ke ruang kerjanya, takut mengganggu aktivitas atau fokus laki-laki itu.

Entah harus bagaimana Karenina mengartikan tatapan orang-orang nan tertuju padanya, dulu ia pernah menjadi sekretaris di sini, beberapa tahun, tapi kesan yang ditinggalkan memang jauh dari hal positif. Ia tak berteman dengan siapa pun, menjadi bahan gunjingan, sebeku permukaan kanal saat musim dingin dan enggan berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan, Karenina masih mengingat wajah orang-orang saat ia mengemasi semua barang-barangnye ke dalam kotak setelah permintaan untuk resign terkabul.

Mungkin setelahnya mereka tertawa atau mengadakan party di rumah sebagai perayaan jika seorang Karenina Hasan akhirnya lenyap dari kantor. Wanita dengan banyak skandal setelah dilahirkan, lalu menjalani hubungan yang tak bisa dibanggakan bersama Rega, satu-satunya penyesalan dari mantan rekan kantor Karenina mungkin adalah—mereka kehilangan bahan gunjingan dan bukan kehilangan rekan kantor yang sudah menyumbangkan sebagian waktunya bekerja di tempat ini, berdedikasi terhadap Zian tanpa mengusik orang lain.

Lalu, sekarang tiba-tiba Karenina muncul di lobi kantor, pandangan orang-orang seperti melihat arwah tak kasat mata, kehadiran kekasih Denial itu cukup mencolok dan mencuri perhatian, seperti aneh karena Karenina masih berbentuk. Entah berapa banyak hal yang sudah Karenina lewatkan setelah resign dari tempat ini, bahkan cara mereka melihatnya masih sama. Jadi, waktu memang tak melulu mengubah cara pandang seseorang, bukan?

Keputusan paling tepat adalah diam, itu kan jurus Karenina sejak dulu kala, anggap saja tak saling mengenal meski ia masih ingat nama mereka satu per satu. Tolong tak usah melihat dan anggap saja Karenina adalah manekin yang dipajang di lobi, jadi keadaan bisa kembali normal tanpa bisik-bisik merusak telinga.

Brisia baru keluar dari lift bersama karyawati lain, gadis itu menutup mulut karena rahangnya hampir jatuh setelah melihat Karenina duduk di sofa lobi.

"Astaga! Oh, astaga!" Brisia kentara syok. "Nggak salah lihat kan?"

"Salah lihat apa?" tanya orang lain.

Brisia menunjuk Karenina. "Itu si Karen, serius dia ada di sini? Beneran Karenina mantan sekretaris bos, kan?" Mereka masih berdiri di depan pintu lift sembari memperhatikan Karenina.

"Eh, iya. Bener si Karenina."

"Tumben muncul lagi di sini, atau mau masuk kerja lagi?" terka orang lain.

"Masa sih? Jadi sekretaris lagi?"

"Sekretarisnya Pak Zian enggak resign kok, terus dia ke sini mau ngapain?" Brisia juga bertanya-tanya.

Suara deham seseorang di belakang mereka cukup mengejutkan, saat kompak menoleh—muncul beberapa sosok karyawan yang baru keluar lift, ada Denial serta Rega di sana, dan mereka semua berlalu begitu saja.

"Kayaknya ada yang nyamperin," ucap Rega seraya menyikut Denial saat melihat Karenina, wanita itu belum menyadari kemunculan kekasihnya karena terus menatap suasana di luar kaca tebal. "Gue duluan ya, nggak mau ganggu pasangan, nanti bisa iri." Rega terkikik sebelum menyingkir keluar lebih dulu dari lobi, sementara Brisia serta teman-temannya masih menunggu interaksi Karenina.

Schatje (completed)Where stories live. Discover now