KEJUJURAN.

11.1K 974 82
                                    


Sepatah kata bisa mengungkap segalanya
Tapi, sejengkal kebohongan juga bisa menutup seberkas luka.
Tinggal pilih saja, kau di bagian mana?

(Schatje, aprilwriters)

***

Tok-tok-tok!

Jarum pendek jam dinding kamar sudah bergerak di atas angka sembilan malam, meski si pemilik kamar sama sekali belum tertidur, bahkan biasanya ngalong seperti kelelawar dan berkeliaran di luar rumah, tapi kali ini Denial berada di kamarnya seraya berdecak kesal tanggapi suara ketukan pintu dari luar. Ia beranjak dari ranjang, hampiri pintu kamar sebelum membuka dan tampilkan wujud gadis yang kenakan piyama ungu tersenyum seraya pasang love finger gesture, entah apa maksudnya sampai Elita lakukan itu pada Denial, tak mungkin kan kalau ia jatuh cinta pada sang kakak? Maka cerita ini akan berubah judul menjadi Brother Zone, dan si tokoh utama yang mirip malaikat akan tergantikan anak SMA.

Denial mengernyit tanggapi kehadiran adiknya, dia langsung tepis tangan Elita, bersiap menutup pintu, tapi gadis itu menahannya.

"Jangan dulu dong, Bang. Gue tuh ke sini karena ada perlu, ya kali samperin orang nggak penting kayak lo tanpa alasan." Baru juga datang, tapi sudah membuat kepala Denial langsung mendidih.

"Ngapain lo ke sini, gue mau tidur."

"Masa?" Elita dorong pintu selebar-lebarnya, perlihatkan laptop tergeletak di permukaan ranjang. "Lo lagi ngelembur ceritanya?"

"Udah tahu pakai tanya." Denial memutar tubuh, kembali hampiri ranjang dan duduk di sana sebelum pangku laptopnya, sedangkan sang adik ikut masuk, ia menutup pintu perlahan, memperhatikan kamar sang kakak yang tak pernah dijamahnya seraya manggut-manggut.

Elita bersidekap, ia berdiri di sisi sang kakak yang kembali sibuk mengurusi pekerjaannya. "Gue kalau tanya sekarang bakal ganggu kerjaan elo nggak?"

"Tanya apa dulu." Denial menyahut tanpa menoleh. "Coba ambilin air dulu di nakas."

Elita bergerak raih segelas air putih di nakas, memberikannya pada Denial. "Ya pertanyaan kan bebas, Bang. Gue cuma mau tanya, ini ganggu pikiran gue banget sampai mau tidur aja rasanya susah. Ngomong-ngomong, lo suka ya sama Kak Nina?"

Seketika Denial menyemburkan air dalam bibirnya pada keyboard dan layar laptop, ia terbatuk setelahnya. Denial beranjak letakan lagi gelas di posisi semula, buru-buru ia raih laptop yang kebetulan masih sanggup menyala, menatap sang adik dengan alis bertaut. "Lo gila, ya?"

"Gue nggak sengaja, swear!" Elita angkat kedua tangan seolah siap ditembak polisi. "Lagian gue cuma tanya hal kayak gitu, kenapa tanggapannya malah seheboh itu. Lucu banget jadi manusia."

Denial menggeleng, ia letakan laptop di permukaan nakas, masuk kamar mandi dan raih beberapa helai tisu sebelum mengusapkannya pada layar serta keyboard laptop, ia duduk di tepian ranjang tanpa menjawab pertanyaan Elita tadi.

"Kalau rusak, gue bisa ganti kok pakai duit tabungan gue. Anak sultan nggak usah bingung-bingung, Bang." Elita nyengir kuda, ia duduk di sisi Denial. "Kok pertanyaan gue nggak dijawab? Pasti iya, kan?"

"Lo ngomong apa, sih. Gue nggak ngerti."

"Nggak usah bohong, Bang. Gue dengar semua tadi pagi, lo pikir gue beneran ke kamar mandi? Lo pikir pas gue masuk itu beneran pergi ke dapur? Gue tuh berdiri di balik jendela, dengerin kalian bertiga pada ngomong, terus gue dengar pas elo bilang kalau lo nggak suka Kak Nina punya pacar. Salah kalau gue mikir kalian ada hubungan?"

Schatje (completed)Where stories live. Discover now