MENGGENGGAM DURI. (bagian 2)

11.7K 1K 44
                                    


Badai tidak datang
Tapi aku ingin pulang
Senja kapan datang
Untuk engkau, lekaslah menghilang.

(Schatje, aprilwriters)

***


Di antara banyaknya orang dalam gedung berlangsungnya reuni pagi ini, hanya satu yang sibuk merasakan kehilangan, ia mondar-mandir telusuri setiap bagian gedung, andai tembok bisa bicara—pasti sudah bersaksi atas menghilangnya perempuan itu. Royan pusing setengah mati, ia cemas sekaligus menyesal, tentu banyak yang tidak mengenal Karenina sekalipun ia tunjukan fotonya—lagipula Royan tak miliki foto mantan kekasihnya, kesialannya bertambah lengkap.

Sejak lima belas menit lalu ia menunggu perempuan itu di dekat altar sembari berbincang dengan beberapa teman lama, tapi yang ditunggu tak kunjung datang. Ia sampai mengecek toilet perempuan beberapa kali, tapi tetap saja tak ada Karenina, sedikit konyol saat pikirannya mengarah bahwa mantan kekasihnya akan benar-benar bersembunyi di toilet karena merasa asing dengan semua orang.

Gue yang salah, harusnya gue nggak bawa dia ke sini, harusnya. "Argh!" Royan mengacak rambut frustrasi, panggilan ke nomor Karenina pun tak tersambung. "Dia di mana sebenernya?" Hanya Royan yang benar-benar gelisah, acara sudah dimulai saat salah satu siswi yang ditunjuk menjadi pembawa acara telah naik ke altar. Orang-orang sudah duduk di kursi yang tersedia, berbaris rapi seperti saat upacara. Namun, kursi yang sengaja Royan sediakan untuk Karenina justru kosong, padahal tadi banyak wanita yang berebut untuk duduk di sebelah Royan, tapi pemilik sebenarnya justru menghilang antah-berantah.

"Bang." Suara itu datang bersama tepukan pelan di bahu kiri Royan, saat pemiliknya menoleh—ia temukan wajah sumringah Jesslyn di belakangnya, ada Nathan di sisi gadis itu. "Mana Karenina, kok gue belum lihat?"

Apakah air muka yang Royan perlihatkan sama sekali tak bisa mengusir senyum di wajah Jesslyn?

"Lo tahu nggak dia di mana?" Kini Royan balik bertanya, membuat Jesslyn tercengang.

"Maksudnya, lo nggak jadi bawa dia ke sini? Lo nggak tahu dia di mana?" Baiklah, ekspresi polos yang Jesslyn tunjukan membuat Royan mulai gemas, ia tatap sepasang kekasih yang duduk di belakang Royan itu.

"Gue bawa dia ke sini, tadi dia izin ke toilet, tapi pas gue tunggu-tunggu malah nggak muncul. Gue udah cari, udah tanya ke orang-orang, nomor dia nggak aktif."

Nathan menoleh ke sisi kanan dan sedikit condongkan badan sekadar memastikan sesuatu di antara orang-orang sebarisnya, tadi dia melihat mereka berdua, tapi sekarang ... Nathan yang kurang puas akhirnya berdiri, kursi di sebelah Benaya kosong, benar-benar kosong, ia edarkan pandang perhatikan orang-orang di belakangnya dan tak temukan wajah sosok itu di sana.

"Lo ngapain sih, Nath?" Jesslyn menarik ujung jas kekasihnya hingga Nathan kembali duduk, wajah laki-laki itu kini kentara cemas seperti Royan. "Habis lihat setan?"

Nathan menggeleng. "Jess, lo tahu nggak. Kursi di sebelah Benaya juga kosong."

Jesslyn terperangah. "JANGAN-JANGAN!" ucap Jesslyn dan Nathan bersamaan, mereka miliki pemikiran yang sama kali ini, hanya Royan yang terlihat tak mengerti apa-apa dengan ekspresi bingungnya itu sekarang.

Royan tak tahu, ada kisah lama yang Karenina temui dari gedung megah itu.

***

Entah berapa KM jalan telah dilalui mobil Zian yang kini dikemudikan Denial, rasanya semakin jauh dan jauh saja, ia terlihat seperti supir pribadi yang mengangkut perempuan cantik di kursi penumpang. Jas putih yang sempat digunakannya telah beralih ke tubuh Karenina, kini lengan kemeja digulung sebatas siku, rambut yang sempat rapi pun tampak acak-acakan. Kaca sisi kanan sengaja dibuka saat Denial menyesap batang rokoknya, dan itu kali pertama Karenina melihat Denial merokok.

Schatje (completed)Место, где живут истории. Откройте их для себя