"Eh, itu anak baru kok aneh banget ya, natapnya ke sini mulu dari tadi." bisik Ernon.

Chelin dan Dinda juga ikut menatap anak yang ada dipojok kelas itu, tidak dengan Nalla, ia asik memainkan ponselnya.

"Namanya siapa tadi, Lisa? Lalisa?" Ernon menoyor kepala Dinda. "Awh, sakit tau!" ringisnya.

"Lo kira Lalisa blackpink." sambung Ernon.

Mendengar itu, Nalla mematikan ponselnya dan langsung mengantonginya ke saku.

"Ayo ke kantin, eneg lama-lama di sini! Nalla pergi meninggalkan ketiga sahabatnya.

Alhasil mereka bertiga langsung mengejar Nalla. "Tungguin!"









***










Sambil asik tertawa di kantin, Nalla dan ketiga temannya kini live di instagram. Sudah ada sekitar lima puluh orang yang bergabung di sana. Tapi, bukan manusia jika tidak menghujat, kini orang-orang yang sedang menonton langsung memberikan komentar negatif.

Ih, apaan sih. Alay banget.

Oh, jadi ini cewek perusuh.

Ini saingannya Leona? Kalah!

Jago banget berantem,

Bla...bla...bla

Nalla langsung mengakhiri Live Instagram lalu mematikan ponselnya dan meletakkan ke atas meja dengan kasar. Ketiga sahabatnya hanya pasrah dan merasa kasian pada Nalla. Sebelumnya Nalla tidak pernah seperti ini, ia dulu di sanjung ramah oleh senior bahkan junior. Namun, semenjak Nalla sering melakukan aksi perkelahian, semua menatapnya sebagai badgirl di kelas, cewek sok jago dan hujatan lainnya.

"Gue, mau ngomong." ucap seseorang yang langsung saja duduk di kursi tepat di hadapan Nalla.

Nalla dan ketiga sahabatnya kaget.

"LO MAU CARI GARA-GARA LAGI SAMA GUE!" suara Nalla meninggi membuat semua pengunjung kantin kembali menatapnya.

Nallla mulai sadar dan mencoba mengontrol emosinya.

"Gue mau minta maaf." ucap Gibran tiba-tiba.

Nalla menatapnya tajam. "Gak!"

"Yaelah, sok jual mahal banget lo," ujar Gibran dengan kesal.

Nalla berdiri, "Ayo, guys. Ke kelas."

Belum sempat Nalla melangkah, tangan Gibran lebih dulu mencengkramnya, dengan cepat Nalla melepaskannya kasar.

"Mau lo apasih? Dari dulu lo selalu gangguin gue Gib, enggak di SD, SMP dan sekarang? Ada masalah apasih sama hidup lo?" gertak Nalla emosi.

Pandangan tajamnya membuat Gibran menaikan sebelah alisnya.

"Gue mau nanya sama lo, lo udah di grape-grape sama Ketos berapa kali?"

Plak!

Semua pengunjung kantin lagi-lagi mengeluarkan ponsel mereka dan langsung mengerubungi Nalla dan Gibran saat ini.

"Jaga ya mulut sampah lo!"

Gibran sempat melihat meja di depannya. Terdapat segelas air es yang masih tersisa setengah.

Dengan cepat Gibran mengambilnya gelas itu dan...

Byur!

Nalla basah kuyub, dari wajah hingga setengah badannya basah.

Semua orang di kantin kini berteriak heboh, sungguh tontonan gratis yang menjadi makanan mereka saat ini.

"Lo udah gila ya!" Dinda mendorong bahu Gibran.

"Temen lo kan yang mulai." ucap Gibran santai.

"Udah, Din. Ni anak emang selalu cari masalah, gak bener banget hidupnya." sambung Ernon. Sementara Chelin mencoba menenangkan Nalla saat ini.

Nalla mengepalkan tangannya.

"Nalla, udah ya. Ayo ke UKS. Tenangin diri dulu." ajak Chelin, membuat Ernon dan Dinda mengangguk setuju.

Saat mereka membalikkan badan ke belakang, Nalla terkejut, ia mendapati Alan berdiri dengan tatapan lurus menatap Nalla.

Alan melihat semuanya.







***









Saat ini Nalla sedang berada di ruangan OSIS bersama Alan. Cowok itu yang mengajaknya ke tempat ini sejak insiden di kantin tadi, Alan merasa iba kepadanya. Baju Nalla basah kuyub, jika Nalla sakit, yang ada itu akan membuat Alan sungguh kerepotan.

Nalla merasa lega. Untung saja di ruangan ini tidak ada satu pun kacung-kacung Alan, apalagi Ana!

Alan melemparkan hoodie berwarna hitam miliknya ke arah Nalla, dengan sigap Nalla langsung menangkapnya.

"Akhirnya, gue bisa make hoodie limited edition lo." ucap Nalla dengan senang dan langsung memakai hoodie tersebut.

Alan menyipitkan matanya ketika menatap wajah Nalla. "Itu di muka lo, luka baru?"

Nalla menggeleng. "Yang kemarin."

Alan mengusap wajahnya gusar. kemudian ia berdecak kesal, "Jangan bikin masalah baru lagi, gue gak suka." ucap Alan sambil menatap Nalla dengan serius.

Cewek itu kembali duduk di kursi. "Bukan gue. Gue gak pernah tuh bikin masalah. Mereka aja yang duluan mancing, gue orangnya mudah ke pancing, gimana dong?" jawab Nalla sambil menaikan bahunya tak peduli.

"Bukan orang lain, tapi lo."

Nalla kembali menatap Alan.

"Maksud lo?"

"Lo yang udah mancing mereka Nal, maka dari itu tolong lo ubah etika lo di sekolah, dan itu," tunjuk Alan pada rok sekolah yang Nalla kenakan. "Rok pendek lo bakal gue lapor ke nyokap gue!"

Nalla berdiri sambil menatap Alan dengan kesal. "Jadi lo belain mereka di luar sana yang pada bully gue, mojokin gue, fitnah gue, gosipin gue, iya? Lo mau belain mereka yang udah jelas____"

"GUE GAK BELAIN SIAPA-SIAPA!" Bentak Alan.

Nalla berlari keluar dari ruangan neraka ini sambil menangis, airmatanya benar-benar tidak bisa ia tahan saat ini.

Hingga ia berhenti di koridor yang kosong dan mendapati sebuah kursi kayu tepat di samping madding. Lalu ia duduk di sana sambil terus menangis tiada henti.

Entah kenapa beban yang selama ini ada pada Nalla terasa berat. Semua orang menyudutkan dirinya, mengapa ia dilahirkan dengan jalan hidup seperti ini?

Tidak, ia tidak boleh putus asa, ia harus kuat menjalani semua ini.

Tiba-tiba, seseorang datang dan menyodorkan sebuah tissu.

"Azzura, jangan sedih."









____________


FOLLOW IG :

ADANY.SALSHAA
NALLAN.OFFICIAL

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang