IMAGINATION || 41

80 3 0
                                    

41. Salah Paham

***

|Sean <3
Hari ini sekolah kan?

Gue baru sampe, ini lagi di parkiran sama Raka.

Masih ada waktu sebelum bel, rencananya kita mau ke kantin dulu

Lo boleh ke sini kalo mau, ajak Nessa juga supaya ngga sendiri

Kalo males gpp, nanti gue beliin makanan karena lo pasti belum sarapan.

(Read)

Eca baru saja membaca rentetan pesan yang masuk ke ponselnya. Kemudian membiarkannya sejenak karena ... ia ragu untuk membalas. Kemarin, dia memang menyuruh Sean untuk pergi atas permintaan Malven, tapi sepertinya keputusannya itu menorehkan sebuah ... kekecewaan? Dia memang tidak ada di sana, masalah apapun yang terjadi kemarin, dia sama sekali belum tahu, terlebih Sean belum menceritakan apa-apa. Padahal dari kemarin ia sangat menunggu, bahwa pacarnya itu akan menjelaskan sesuatu, menjelaskan ... apa motif dari perlakuannya, yang tiba-tiba membonceng seorang gadis di atas jok motor tempatnya duduk?

Sungguh, hatinya bahkan belum sembuh karena masalah bundanya. Lantas apa yang dilakukan oleh pria itu sekarang? Apa nama Malven hanya sebuah alasan, sebenarnya dia mau menemui gadis lain, bukan adiknya. Namun kebenarannya di sini adalah ... Eca salah paham. Ada orang yang mengiriminya sebuah foto ketika Sean mengantar Melody pulang kemarin. Sebenarnya Melody hendak pulang bersama Malven, tapi apesnya motor yang dibawa Malven kempes dan dia terpaksa menitipkan Melody kepada Sean.

Eca memang tidak percaya begitu saja, ia yakin Sean bukan laki-laki berengsek yang akan menyakiti hati perempuan. Terlebih ini adalah Eca, pacarnya sendiri. Sejauh ini, ia sangat percaya penuh kepada Sean. dan semoga saja pria itu tidak berniat merusak kepercayaannya.

“Jadi sebenarnya lo itu ada masalah apa, sih? gue merasa nggak ada gunanya banget deh jadi sahabat lo.” Suara Nessa menyadarkan Eca dari lamunan.

Saat ini dia memang sedang berada di kelas, dan berniat menunggu Nessa datang. Tapi karena terus melamun, Eca jadi tidak sadar kalau gadis itu sudah duduk disampingnya selama beberapa menit.

“Nggak ada masalah apa-apa,” jawab Eca sekenanya, perhatiannya masih terfokus pada ponsel yang tergeletak di meja.

“Nah, ini nih ... Ini tuh bukan sifat lo banget tahu, nggak? Gue akui sih lo itu emang sedikit dewasa semenjak punya pacar, tapi yang bener aja dong. Masa lo udah nggak mau cerita apa-apa sama gue? Gue sahabat lo bukan, sih?”

Eca terkekeh, lucu juga melihat Nessa marah-marah. “Tenang dong, nggak usah menggebu-gebu gitu, gue bakal cerita kok.”

Nessa mengerling, “Yaudah cepet cerita, semua yang belum gue ketahui, gue mau denger detik ini juga!” ujarnya penuh penekanan.

Eca tersenyum––tersenyum palsu. Sebenarnya ia agak kesal, tapi seketika pikirannya teringat akan kata-kata Sean kemarin, tentang jangan menyimpan apapun sendirian, karena banyak orang yang peduli kepadanya. Dan mungkin itu memang benar, di sini dia punya Nessa, yang seperti biasanya, gadis itu akan selalu mendengarkan keluhan apapun yang ia hadapi dalam hidup ini.

“Harus banget ya gue cerita?”

Nessa mengepalkan tangannya ke udara dan beberapa sentimeter lagi kepalan itu akan mengenai wajah sahabatnya. “Sekali lagi lo ngomong gue pindah tempat duduk nih?!”

Eca tertawa ngakak dan meraih tangan Nessa supaya kembali turun. “Iya-iya. Jadi gini lho ...” Eca menghirup udara sedalam-dalamnya. Tiba-tiba dadanya menjadi sesak, “Gue udah tahu dimana bunda sekarang. Yaa ... seperti yang pernah gue bilang, ayahnya kak Sean bakal berusaha untuk cari bunda, dan ternyata ketemu. Kemarin lusa kak Sean ajak gue buat ke tempat dia, awalnya sih gue seneng. Tapi setelah tahu kalo bunda nikah lagi––dan punya anak juga. Gue agak sangsi buat nyamperin.”

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 حيث تعيش القصص. اكتشف الآن