IMAGINATION || 19

186 44 3
                                    

Jangan lupa vote^

Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading❤

°
°
°
°
°
***

19. Pengakuan

"Keterlaluan!"

"Berengsek emang tuh cowok!"

Eca terus merutuki Malven yang tega menurunkannya di pinggir jalan. Entah akan pergi kemana dia tadi, yang jelas pria itu benar-benar tidak bertanggung jawab. Hari sudah beranjak sore, angkutan umum sudah sangat jarang melewati jalan ini. Mana Naufan tidak mengangkat telponnya dari tadi. Membuat Eca kesal saja.

"Awas aja kalo nanti ketemu!"

Eca berjalan lesu disepanjang trotoar, langkah demi langkah yang ia ambil terasa berat dan tak bersemangat. Sebenernya Eca merasa ada seseorang yang membuntutinya dari tadi. Dan sepertinya dugaannya itu benar, Eca pun menghentikan langkahnya dan berbalik. Keningnya bertaut, pandangannya menyisir ke segala arah, namun ia tidak menemukan siapapun di sana. Selain jalanan lengang dan daun kering yang terbawa angin. Aneh. Makin was-was lah perasaan gadis itu, apa ia harus lari saat ini juga? Tidak-tidak, ia tidak boleh berpikiran negatif, mungkin itu hanya halusinasinya saja.

Sretttt, byurrr.

Seorang pengendara motor melintas dengan kecepatan tinggi melewati kubangan air, alhasil Eca jadi terkena cipratan air tersebut.

"WOYYY, KALO BAWA KENDARAAN TUH, LIAT-LIAT!" raung Eca murka.

Dan di saat itulah, kejadian yang tidak pernah ia bayangkan terjadi. Seseorang telah merampas tas nya secara paksa. Eca berteriak untuk mendapat bala bantuan. Tapi semuanya percuma, suasana di sini benar-benar sangat sunyi.

"Lepasin!" Suruh orang itu kasar.

"Apaan, sih. Ini punya gue, balikin gak?!" hardik Eca tak mau kalah.

"Lo mau mati?!"

"Enggak mau...," lirih Eca sembari menggelengkan kepalanya.

Sebenarnya Eca masih sanggup untuk mengambil kembali tasnya. Namun apa daya, semakin Eca menguatkan pegangannya, semakin kuat pula tenaga orang itu untuk membawa lari hasil jambretannya. Eca sampai terseret, tangannya berdarah karena bergesekan dengan aspal. Dengan ikhlas ia pun melepaskan cekalannya dan membiarkan tasnya raib di bawa kabur. Eca berusaha untuk berdiri, tapi kakinya lemas, kemudian tubuhnya kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh lagi.

"AWAS LO YA!" teriak Eca dengan mata yang menahan tangis.

Eca berjalan tergopoh-gopoh mendekati halte, untung saja handphone nya selamat. Ia pun berusaha untuk menelpon Naufan, namun hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban.

"Ini orang kemana, sih?"

Nama Sean kemudian hinggap dalam benaknya.

"Oh iya, ya. Kenapa gue gak telpon dia aja?" tanyanya pada diri sendiri.

Eca lalu mencari nomor Sean dan lekas menelponnya. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya suara pria itu terdengar dari seberang sana.

"Halo?"

"Kak...tolongin gue," kata Eca serak, air matanya lolos tanpa permisi.

"Lo kenapa?" tanya Sean cemas.

"Gue abis kena rampok, gak bisa pulang. Hiks, hiks...."

"Lo dimana?"

"Gue di halte yang ada di Jalan Anggrek," jelas Eca.

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Where stories live. Discover now