IMAGINATION || 27

99 12 0
                                    

Jangan lupa vote^

Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading❤

°
°
°
°
°
***

27. Cari Marissa?

"Orang tua kamu jangan lupa ajak ya?!" pinta Diana, bukan bertindak jahat atau bagaimana, tapi wanita itu memang tidak tahu apa yang terjadi dengan keluarga Eca.

"Maaf, Tante, tapi papa aku udah enggak ada," terang Eca sambil tersenyum.

Mendengar hal itu Diana jadi panik sendiri, dia merasa bersalah karena sudah berkata demikian.

"Aduh, Eca, Tante minta maaf ya. Tante gak bermaksud buat kamu sedih."

Eca menggeleng cepat, "Gak papa, Tante. Lagipula Tante, kan gak tahu," ujar gadis itu memberi pengertian.

"Kami turut berduka cita ya, Ca," sahut Wisnu. Ia pun ikut terkejut saat mendengar pernyataan gadis di depannya.

"Iya, Om, makasih." Dibalik senyum yang Eca perlihatkan, sebenarnya dia begitu sedih ketika harus diingatkan tentang orang tua. Terbukti dari genggamannya yang begitu erat memegang tangan Sean. Hal itu jelas memperlihatkan betapa rapuhnya dia saat ini.

Sean mengeraskan rahangnya, sungguh dia tak suka jika harus melihat gadisnya lagi-lagi terluka. Entah apa yang harus ia lakukan supaya suasana hati Eca kembali membaik. Di tengah kebingungan yang melanda, di situ Wisnu kembali membuka suara hingga membuat yang lain penasaran.

Katanya, "Kalau dilihat-lihat, wajah kamu ini sepertinya enggak asing bagi, Om." Wisnu seperti mengingat sesuatu, "wajah kamu mirip ... sama dokter yang dulu pernah menyelamatkan hidup, Om," lanjut Wisnu.

Eca mengernyit, apakah yang dibicarakan Wisnu adalah papanya?

"Apa yang Om maksud dr. Radin?" tanya Eca hati-hati.

Wisnu tampak terkejut, bagaimana Eca tahu?

"Kamu kenal?" tanyanya balik.

"Itu papanya Eca, Yah," sahut Sean.

Wisnu menajamkan tatapannya kepada Eca, "Jadi beliau adalah papa kamu?"

Eca mengangguk, "berarti sekarang beliau sudah meninggal?" gadis itu melakukan kembali hal yang sama.

"Ya Tuhan!" seru Wisnu.

Diana, Sean, dan Eca saling tatap, "Kamu kenapa, Mas?" tanya Diana cemas.

"Kamu inget gak? Dulu Ayah pernah kecelakaan sampai harus di operasi? Waktu itu Ayah kehilangan banyak darah, dan dr. Radin adalah orang yang udah nyelematin nyawa Ayah," tutur Wisnu kepada Sean.

" ... Om enggak nyangka kalau dr. Radin uudah enggak ada."

Eca bungkam, pikirannya kembali tertuju pada kilas balik kebersamaannya bersama Radin. Papanya memang dokter yang hebat dan berbakat. Eca bangga mempunyai papa yang sangat bertanggung jawab dalam menyelamatkan nyawa pasiennya.

"Om pengin sekali bersilaturahmi dengan keluarga kamu," ucap Wisnu kemudian.

"Tapi, Om. Disini Eca gak punya siapa-siapa lagi selain Naufan. Semua keluarga besar tinggal di Bogor."

Diana mengernyitkan dahi, "Ibu kamu juga tinggal di sana?"

"Mah!" tegur Sean.

"Kalo bunda ... Eca gak tahu keberadaannya ada dimana sekarang?" terang Eca dengan mata berkaca-kaca. Sementara Sean menyandarkan tubuhnya ke kursi, pikirannya kosong, ia menyesal sudah membawa Eca menemui keluarganya.

"M-maksud kamu, bunda kamu menghilang?" tanya Diana yang masih belum paham.

Eca mengedikkan bahu dengan wajah yang dihiasi senyum kepalsuan, "Mungkin? Eca gak tau persis harus menyebutnya menghilang atau gimana?"

"Siapa nama bunda kamu?"

"Marisa, Om."

Wisnu menghela napas berat, di satu sisi ia ingin membantu Eca untuk menemukan bundanya, tapi di sisi lain ia merasa kalau dirinya tidak perlu ikut campur dengan urusan orang lain. Tapi mau bagaimanapun, Eca adalah anak dari orang yang sudah menyelamatkan nyawanya, apalagi statusnya saat ini adalah pacar dari Sean. Dengan begitu Eca sudah seperti keluarganya sendiri. Mungkin jika ia mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari, Marisa bisa ditemukan. Dan mereka bisa kembali hidup bersama seperti keluarga pada umumnya.

"Mau Om bantu buat mencari bunda kamu, Ca?"

"Gimana, Om?" Eca melongo.

"Apa boleh Om mencari bunda kamu?" Tegas wisnu sekali lagi.

Eca tampak linglung, dulu keluarganya sudah mencari Marisa kemana-mana, tapi hasilnya tetap saja nihil. Dan sekarang Wisnu meminta izin untuk mencari bundanya lagi, apa bisa ketemu?

Sean menatap Eca dengan wajah penuh tanya, ia yakin ayahnya bisa menemukan Marisa kalau Eca memberi izin. Wisnu mempunyai banyak koneksi dan pengaruh yang lumayan besar. Apalagi niat membantu datang dari dalam dirinya sendiri, Wisnu pasti akan menemukan Marisa bagaimanapun caranya.

"Eca obrolin dulu sama Naufan ya, Om?"

"Iya, Om tunggu kabar selanjutnya."

Setelah perbincangan yang cukup berat itu selesai, Sean langsung cepat-cepat membawa Eca pulang. Dia tidak ingin gadisnya dihujani berbagai macam pertanyaan lain yang akan membuat hatinya terluka.

Sudah cukup untuk hari ini, sekarang waktunya bagi Eca untuk istirahat.
Sean mengantar Eca hingga depan pintu apartemen. Rambut yang terurai panjang itu Sean usap dengan sangat lembut, "Lo berhak buat nolak tawaran tadi. Gue gak mau lo banyak pikiran, ngerti?"

Eca mengangguk, sebelum masuk ke dalam, ia sempat memeluk tubuh Sean sebentar, "Makasih, Kak...," ucapnya, "gue seneng bisa ketemu dan ngobrol sama keluarga lo, sesaat gue merasa kalo Om Wisnu adalah papa."

" ... Gue sayang banget sama lo," lanjut Eca sambil mengeratkan pelukannya.

Sean tersenyum hangat, "Iya, gue tau," kekehnya, "sana masuk!"

Eca memasang wajah cemberut, dia tidak mau berpisah, sungguh.

Tok, tok, tok!

"FAN?" panggil Sean dari luar.

"APAAN?" sahut pria itu seraya membuka pintu, matanya memicing kala melihat adiknya tak mau melepaskan pelukan dari Sean.

"Bawa masuk nih adek lo!" suruhnya.

"Kenapa nih bocah? Nempel aja kaya perangko," ejek Naufan. "Masuk wey!" ajaknya kemudian.

Naufan menarik Eca dengan sekuat tenaga, kalau tidak dipaksa gadis itu tidak akan menurut. Ada-ada saja memang kelakuannya. Tapi satu hal yang pasti, alasan Eca tidak mau melepaskan pelukannya ialah ... karena ia tengah menyembunyikan tangisannya dari semua orang.

"Huh!" Sean menghela napas berat. Melihat jaketnya basah dibagian dada sudah bisa ia tebak kalau itu merupakan air mata Eca, dan ia benci itu.

***

what do you think about him?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

what do you think about him?

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Where stories live. Discover now