IMAGINATION || 22

130 17 0
                                    

Jangan lupa vote^

Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading❤

°
°
°
°
°
***

22. Mau Kemana?

Memasuki awal semester genap, sebagian besar para murid sudah sangat bersemangat untuk menjalani rutinitas yang biasa dilakukan pelajar pada umumnya. Datang ke sekolah, bertemu dengan teman-teman, mendengarkan materi dari bapak dan ibu guru, mengerjakan tugas, ulangan harian dadakan, sibuk ber-ghibah saat jamkos berlangsung. Bahkan acap kali di hukum karena datang terlambat, ketahuan membolos, atau melanggar peraturan. Hahaha. Benar-benar masa yang indah bukan? semuanya tidak akan didapat dari manapun kecuali sekolahan.Saat ini kita mungkin akan menganggap hal-hal yang terjadi sebagai sesuatu yang biasa. Tapi saat kita merindukannya, kita akan sadar bahwa semua itu adalah kenangan yang sangat berharga.

Dan itu yang terus dikatakan oleh Eca kepada Sean. Dari mulai masuk ke area sekolah, sampai keduanya duduk di depan stand Mpok Midun. Gadis itu tak pernah bosan mengoceh, melontarkan setiap hal yang ada dalam pikirannya. Untung saja orang yang menjadi lawan bicaranya sabar, coba kalau tidak, mungkin ia sudah ditinggalkan begitu saja.

"Kak, mau makan apa?" Eca bertanya kepada Sean yang sibuk bermain game di ponsel. Setelah acara tahun baru kemarin, terhitung sudah dua minggu kedua sejoli itu menjalin hubungan.

"Sean, ih...," cibir Eca karena tak mendapat respon dari pacarnya.

"Berani ya sekarang manggil nama langsung?" tanya Sean dengan mata yang masih fokus ke ponsel.

Gini nih kalo udah kecanduan main game. Gak bisa lepas.

"Lagian, masa gue dicuekin?" tanya Eca melembut.

"Nunggu yang lain dateng, baru pesen...," ujar pria itu.

"Okedeh."

Bosan karena terus diabaikan, gadis itu pun meraih ponselnya dan memilih menonton drakor yang sempat tertunda tadi malam. Melihat gadisnya senyum-senyum sendiri, Sean jadi curiga dan langsung merebut ponsel Eca tanpa izin.

"Eh...." Tidak. Eca tidak kesal, lebih tepatnya ia was-was. Pria itu mengambil ponselnya saat adegan dari drama tengah berciuman. Eca hanya berharap Sean tidak melihatnya, kalau iya dirinya bisa habis dan tidak diperbolehkan menonton lagi.

Eca berusaha menelan salivanya kala tatapan Sean terpancar layaknya sebuah busur panah. Sangat tajam. Sepertinya Sean melihat semuanya, terbukti dari dirinya yang tak mengucapkan sepatah katapun dan hanya menghempaskan ponsel itu di atas meja.

"Lo doyan banget ya nonton yang kaya gini?" tanya Sean sambil memperlihatkan adegan itu kepada Eca.

"Bukannya gitu, Kak...," sela Eca membela diri.

"Terus apa?"

"Bukan apa-apa...."

"Gue sita sampe pulang sekolah!"

Sean memasukan ponsel itu ke dalam tasnya. Membuat si empunya cemberut. Sean melanjutkan aktivitasnya bermain game, sementara Eca menutupi kepalanya dengan hoodie dan bersandar di tembok kantin.

Tanpa menimbulkan suara sedikit pun, Sean berpindah tempat duduk yang semula di depan menjadi di samping Eca. Kemudian ia menyenderkan kepala gadis itu di bahunya. Eca tersentak kaget, kalau sikapnya seperti ini mana bisa Eca marah. Sean ini paling bisa mempermainkan perasaannya. Dasar.

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Where stories live. Discover now