IMAGINATION || 11

209 54 12
                                    

Jangan lupa vote^
Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading❤

°
°
°
°
°

***

11. Tamu Tak Diundang

Cuaca siang ini terasa sangat gersang. Untunglah bel pulang telah berbunyi, kalau tidak para murid sudah mengeluh karena kepanasan. Eca menggandeng lengan Naufan dan Nessa secara bersamaan, sementara Raka dan Sean berjalan memimpin di depan. Mereka beriringan menuju tempat parkir, hendak mengambil motor untuk pulang bersama-sama.

Hari ini Eca sangaaaat bahagia.Bagaimana tidak? Untuk pertama kalinya dalam hidup.Ia berhasil mendapat nilai tinggi dalam ulangan matematika, dengan usahanya sendiri tentunya. Senyum gadis itu tak pernah luntur, membuat orang-orang yang ada didekatnya ikut tertawa bahagia.

"Hebat juga ya temennya si Sean, sekali ngajar nilai lo langsung ningkat drastis," seru Raka.

"Iya nih, gue pengen ikut belajar juga dong," rengek Nessa.

"Gak boleh!" larang Eca.

"Kenapa, sih?" tanya Nessa cemberut.

"Ya...gak pa-pa."

"Gue tahu nih, lo pasti mau modus kan sama temennya Kak Sean? makannya gue gak boleh ikut," terka Nessa.

"Ish, bukannya gitu...." kilah Eca.

Naufan mengacak rambut adiknya gemas, "seneng gak?" tanyanya.

"Seneng lah. Gue bakal pajang kertas ini di kamar pokoknya," ujar Eca semangat.

"Orangnya yang mana sih, Yan? Siapa tahu kita pernah nongkrong bareng gitu," tanya Raka penasaran.

"Lo gak bakal kenal," ujar Sean.

"Makannya kenalin, paul!" hardik Raka.

"Buat apa?" Sean memakai helm full facenya kala mereka sudah sampai di motor masing-masing.

"Gak ada salahnya nambah temen, pelit banget lo sama sahabat sendiri." Raka melakukan hal yang sama dengan Sean. Lalu mempersilahkan Nessa duduk di jok belakang, gadis itu tidak membawa motor dan tidak dijemput, makannya ia ikut pulang bersama Raka, berhubung rumahnya searah juga.

"Entar gue kenalin, Kak. Tenang aja," sahut Eca.

"Kapan?"

"Kapan-kapan."

"Sialan lo!" tandas Raka menggerutu.

"Wlee."

Meski tanpa kata, Eca berhasil membuat Raka mendengus kesal dengan menendang ban motor miliknya. Untung saja Raka bisa menahan diri, menghadapi keusilan Eca memang membutuhkan banyak kesabaran.

"Udah, Ca. Ayo naik, jangan becanda mulu kenapa." Naufan mengulurkan tangannya, membantu Eca duduk di jok belakang motor kesayangannya.

"Iya-iya, gue naik."

Setelah semuanya siap. Mereka pun menstater motor dan melaju keluar dari area parkir. Tidak ada rencana untuk nongkrong atau bermain di rumah siapa-siapa. Hari ini mereka langsung pulang ke rumah masing-masing.

Tanpa diketahui siapapun. Selama di perjalanan Sean terus mengembangkan senyumnya dari balik helm. Meski saat di sekolah responnya kurang baik, tidak dapat dipungkiri bahwa hatinya juga ikut bangga melihat keberhasilan Eca.

Apa semua ini terkesan berlebihan? Rasanya tidak. Karena sekecil apapun pencapaian yang diraih seseorang, bagi mereka yang pertama kali mendapatkannya, sebuah hasil yang bagus pasti terasa lebih bermakna dan istimewa. Iya, kan?

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Where stories live. Discover now