IMAGINATION || 35

96 4 0
                                    

Jangan lupa vote^

Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading❤

°
°
°
°
°
***

35. Surat Dari Zea

Ketika malam tiba, sunyi mulai menyapa. Bintang-bintang berkelip-kelip memancarkan sinarnya. Rembulan bercahaya sangat terang. Di waktu yang bersamaan, Malven terlihat masuk ke dalam kamar, ia baru saja selesai menonton televisi bersama Naura di ruang tengah. Sudah larut ternyata ketika dia memeriksa jam yang menggantung di sudut kamar.

Akhir-akhir ini Malven selalu memikirkan Almarhumah Zea, terlebih setelah mengetahui kalau gadis itu mendonorkan matanya kepada Melody, Malven jadi sering galau tanpa alasan.

Langkahnya berhenti di depan meja belajar, sekilas ia bisa melihat amplop yang diberikan oleh Melody saat di sekolah. Agak bimbang baginya untuk membaca isi dari surat itu. Jujur saja Malven takut, takut kalau untaian kalimat yang tertera di sana adalah sesuatu yang akan membuatnya menyesal. Dan entah kenapa ia mulai membenci dirinya sendiri.

Tapi apapun yang terjadi nanti, Malven harus tetap membacanya. Karena ia percaya, menyesal karena pernah melakukan kesalahan itu jauh lebih baik dari pada menyesal karena tidak pernah melakukan apa-apa.

Sejenak, Malven menarik dan menghembuskan napasnya. Mendadak jantungnya jadi berdetak tidak normal. Oh ayolah, kenapa suasananya jadi menegangkan seperti ini? dia bukan mau membaca kertas berisi soal ujian nasional, melainkan hanya sebuah surat biasa.

Sambil bersandar pada headboard, Malven mulai mengeluarkan secarik kertas yang terlipat rapih dari dalam amplop. Pria itu memandanginya sebentar, membolak-balikannya beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk membacanya.

To Malven Sagara
Jakarta, 03 Agustus 2018

Emm. Sebenernya aku gak tahu harus nulis apa, dan aku gak tahu harus mulai semuanya dari mana. Aku cuman berharap, seandainya kamu baca surat ini dan kamu ngerasa gak bisa buat nerimanya. Aku mohon kamu pura-pura gak tahu aja. Jangan jauhin aku, anggap aja apa yang aku tulis ini cuman becanda. Walaupun isinya kenyataan. Tapi please, aku gak sanggup kalo harus kehilangan kamu.

Aku suka sama kamu Malven...

Semenjak aku, kamu, sama Sean mutusin untuk jadi sahabat, entah kenapa perasaan ini tiba-tiba aja hadir. Entah apa yang bisa bikin aku cinta sama kamu. Padahal kalo dibandingin, Sean itu lebih unggul dari pada kamu. Kakak kamu itu adalah cowok paling sempurna yang pernah aku temuin. Tapi kenapa aku malah suka sama cowok bandel dan urakan kaya kamu, sih? Maaf kalo kata-kata aku bikin kamu sakit hati. Aku cuman ngerasa aneh aja, kamu juga gitu, kan? Jangan bohong, udah aku bilang kalo aku ini cenayang.

Malven tertegun, ia tidak pernah menduga kalau Zea menyimpan perasaan kepadanya. Padahal dulu mereka bertiga selalu bersama-sama setiap hari. Tapi tak pernah sedikitpun gadis itu terlihat selayaknya orang yang jatuh cinta.

Entah Zea yang terlalu pandai menyembunyikan, atau Malven yang memang tidak sadar. Karena dimatanya, cara Zea memperlakukan dia dan Sean itu sama. Padahal jika dilihat dari sudut pandang Zea, jelas sekali kalau dia selalu memprioritaskan Malven bahkan lebih dari dirinya sendiri.

Satu tetes air mata mulai menitik, namun Malven segera menghapusnya dan memilih untuk melanjutkan membaca.

Kamu harus tahu, kehadiran kamu sama Sean itu adalah anugerah paling indah yang ada dalam hidup aku. Dimana ada kalian, disitu pula kebahagiaan aku muncul. Aku gak mau hubungan kita berantakan. Aku mau kita tetep sama-sama sampai tua nanti. Itu sebabnya aku nyembunyiin perasaan ini. Karena aku ngerasa, kalo hubungan kita lebih dari sahabat, itu enggak akan bertahan lama.

Tapi Malven, kamu tahu? Ternyata apa yang aku pikirkan itu salah. Sean bilang kalo semua hubungan itu bisa berubah, semua hubungan bisa ngerasain kehilangan, entah itu pacaran, persahabatan, bahkan keluarga. Lagi-lagi cowok itu ngebuktiin kalo dia lebih dewasa dari pada kita. Ha ha ha ha.

Setelah aku denger hal itu, aku bertekad buat memperjuangkan kamu. Kamu pasti ngerasa kalo sikap aku lebih perhatian, kan? Itu karena aku mulai nunjukin perasaan aku. Tapi kayaknya kamu gak sadar, deh. Ngaku aja, aku gak akan marah!

Mungkin aku yang salah di sini, aku salah karena terus ngasih kode daripada ngomong jujur sama kamu. Dengan tahu sifat kamu yang enggak peka itu, seharusnya aku ungkapin semuanya. Bukan malah diem sampe akhirnya kamu keburu jadian sama cewek lain.

Ck, pengen banget rasanya aku buang kamu ke laut. Kamu gak tahu aja kalo setiap malem aku nangis karena kamu punya pacar. Tapi aku ikhlas kok, beneran, aku sama sekali gak benci. Aku bakal ngelakuin apapun asalkan kamu bahagia, sekalipun itu harus ngelupain kamu.

Karena lagi, lagi, dan lagi. Sean bikin aku sadar kalo cinta itu enggak harus saling memiliki. Walaupun aku terlambat, bukan berarti itu akhir dari segalanya. Buktinya kita masih bisa sama-sama. Iya, kan?

Dan yang lebih hebatnya lagi, kakak kamu bisa tahu dari mana ya kalo orang yang sering aku curhatin ke dia itu adiknya? Padahal aku nyebutnya nama orang lain lho. Tapi kenapa dia tahu, sih? bikin malu aja.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya aku tahu, kalo ternyata dia juga punya perasaan sama aku. Dia emang gak bilang apa-apa, itu pun aku tahunya dari temen sekelas dia. Malven, seandainya aku sadar lebih awal, aku pasti gak akan cerita apapun soal kamu ke dia, aku jadi ngerasa gak enak karena udah bikin dia sakit hati.

Salah gak, sih, kalo seandainya aku balas perasaan dia? Ako gak bermaksud jadiin dia sebagai pelampiasan, kok. Aku cuman gak mau ngelakuin kesalahan yang sama. Izinin aku, Ven. Mulai sekarang, aku akan belajar buat mencintai Sean, walaupun mengubah persahabatan jadi cinta itu sulit, setidaknya aku mau berusaha supaya orang yang aku sayang gak diambil lagi sama orang lain.

Aku minta maaf, tegur aja kalo aku bersikap kelewatan. Dan aku mohon, jangan sampe hubungan kita renggang karena isi dari surat ini. Aku cuman mau kamu tahu aja gimana perasaan aku, gak lebih.
Terakhir, kalo suatu hari nanti kamu baca surat ini, tolong kasih tahu aku gimana perasaan kamu yang sebenarnya. Aku gak akan nuntut apapun, aku cuma gak mau ada rahasia lagi diantara kita. Oke?

Bye ...

Salam manis
Lizea Claretta Jasmine.

Isi dari surat itu sudah selesai. Malven melipat kembali kertas yang ia genggam dan menyimpannya di atas nakas. Setelah membacanya, Malven merasa seperti orang bodoh, berengsek, dan tidak tahu malu.

Selama ini dia sudah melimpahkan kesalahan kepada Sean, dia tidak tahu kalau sebenarnya pria itulah yang selalu ada untuk Zea dibandingkan dirinya.

Jujur, sebenarnya Malven juga menyimpan perasaan yang sama. Hanya saja dulu ia tidak tertarik dengan cinta. Bahkan hubungan yang tertulis seperti di surat itupun tidak bertahan lama, bisa dibilang ia hanya main-main. Malven menyadari jika waktu SMP dulu perasaannya masih labil dan belum jelas. Mungkin hal itu yang menjadi salah satu faktor kenapa ia tidak menyadari perasaan Zea.

"Huh ...," Malven menghela napas berat. Ia menutup sakelar lampu, membiarkan semuanya menjadi gelap. Malven merasa sangat bersalah, kepada Zea, kepada ... kakaknya sendiri.

"Kalo dia punya perasaan yang sama, kenapa dulu dia nolak Zea?" tanya Malven bermonolog.

"Apa karena kita sahabatan?"
Malven menggeleng ringan, "kayanya bukan."

Pria itu memejamkan mata, mencoba untuk mencari jawaban lain yang sekiranya masuk akal. Setelah mengabiskan waktu beberapa menit, akhirnya dia tersadar akan sesuatu.

"Apa dia tahu kalo gue juga suka sama Zea?"

Malven mengetatkan rahang, kalau sampai dugannya benar, dia tidak akan memaafkan Sean sampai kapanpun. "Gue harus tanya langung sama dia," ujarnya menggebu-gebu




BERSAMBUNG....

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Where stories live. Discover now