IMAGINATION || 36

104 5 0
                                    

Jangan lupa vote^

Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading❤

°
°
°
°
°
***

36. Sean Cuman Mau Eca Bahagia

Eca
Kak? Kapan pulang? |

Sean
| Knp?

Eca
Gue kangen |

Sean
| Iy sm.

Eca
Dingin banget :( |

Sean
| Tungguin aja ya, jangan banyak nanya {}

“Ck,” Eca berdecak, menyimpan ponselnya di atas nakas, lalu beranjak dari kasur. Gadis itu baru saja bangun sekitar pukul delapan. Biasa, weekend.

Eca berjalan menuju dapur dan mengambil air minum, kerongkongannya terasa kering karena semalaman menangis saat menonton drakor.

Samar-samar Eca mendengar suara pintu terbuka, ia sedikit mendongak, kemudian  mendapati kakaknya yang baru saja keluar sambil menguap. Sepertinya Naufan juga baru bangun tidur, terlihat dari matanya yang masih belum terbuka dengan rambut acak-acakkan.

“Huaaa, laper gue,” ujar Naufan.

“Mau makan sekarang?”

“Yaiyalah. Lo gak denger barusan gue ngomong apa?” tanya Naufan sinis.

Eca mendelikan matanya tajam. “Biasa aja dong, gak usah sewot!”

“Kebanyakan nanya, sih, lo.”

Nyenyenye ...,” ejek gadis itu jengkel.

Naufan hendak memukul kepala adiknya dengan serbet, tapi gadis itu sudah kabur duluan.

“Gak sopan lo, gue aduin sama pawangnya baru tau rasa!” ancam Naufan.

“TERSERAH. GUE GAK TAKUT,” teriak Eca dari ruang tamu.

“Sialan!”

Setelah cuci muka dan menggosok gigi, Naufan kembali lagi ke dapur untuk membuat sarapan. Belakangan ini ia memang sering belajar memasak, walaupun baru bisa merebus mie, air, dan menggoreng telur. Hal itu sudah cukup membuat Naufan bangga sebagai laki-laki.

Naufan mengambil dua telur dari kulkas, kemudian mulai menggorengnya satu persatu. Pria itu sedikit lega saat melihat nasi di dalam magic com. Setelah semuanya siap, ia segera memanggil Eca dan mengajaknya untuk sarapan bersama.

Eca tersenyum cerah melihat telur ceplok di atas piring. Eca akui kalau kemampuan memasak kakaknya sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dia memang sengaja mengajari Naufan memasak, sebagai antisipasi kalau suatu saat dia tidak ada di apartemen dan Naufan malas membeli makanan di luar. 

“Wah... enak, nih kayanya.”

Naufan tertawa lebar. “Iyalah, ala chef Naufan gitu loh.”

Thank you sarapannya, Brader! Selamat makan.”

Naufan mengambilkan nasi sekaligus telur goreng untuk Eca, gadis itu menatap penuh haru. Eca baru sadar kalau mereka sudah tinggal berdua selama beberapa tahun. Tanpa kasih sayang orang tua ataupun kerabat. Tanpa mengeluh dan juga menyesal. Selama ini Naufan sudah menjaga dan merawat Eca dengan sangat baik. Eca tidak bisa membayangkan kalau suatu saat Naufan pergi dan meninggalkannya sendirian. Akan seperti apa hidupnya?

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Où les histoires vivent. Découvrez maintenant