IMAGINATION || 03

369 74 19
                                    

Jangan lupa vote^
Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading

°
°
°
°
°

***

~Sebagian orang percaya, jika kita menyukai seseorang ketika berumur 17 tahun, maka orang itu akan berdampak dalam hidup kita selamanya~

Emang iya?
-Claressa

03. Malven si Pengganggu

"Duh, gue telat."

Eca melihat jam yang melingkar di tangannya, beberapa menit yang lalu bel masuk telah berbunyi, sementara dirinya masih berada di area lapangan upacara.

Gadis itu terkejut saat melihat guru yang mengajar di jam pertama sedang berjalan menuju kelasnya, ia pun segera bergegas karena takut mendapat hukuman.

Dugg..

Eca menabrak seorang pria yang tiba-tiba muncul ketika akan berbelok menuju kelas. Jarak diantara keduanya begitu dekat, bahkan Eca bisa merasakan deru nafas dari seseorang yang ada dihadapannya.

Gadis itu tidak berani untuk mengangkat wajah, tubuhnya menegang tatkala sebuah tangan mendarat dibahunya.

"Bisa minggir?" tanya orang itu yang tak lain adalah Sean.

"Hah?"

"Gue mau ke kelas, lo ngehalangin jalan."

"Ohh, sorry...."

Eca menggeser tubuhnya dari hadapan Sean, mempersilahkan pria dingin itu pergi ke kelasnya. Gadis itu mulai melangkahkan kakinya untuk berjalan, namun tiba-tiba tangannya ditahan oleh Sean.

"Soal kemaren, gue minta maaf. Kalo lo luka, bilang aja gak usah nyindir," ucapnya kemudian.

Eca mengangguk canggung, ia terkejut mendengar permintaan maaf dari Sean.

"Yaudah, sana ke kelas!" ujar Sean dengan nada dingin. Wajahnya yang datar membuat Eca gemas.

"Tangannya," balas Eca sambil mengulum senyum. Sean pun melepaskan cekalannya dan berlalu pergi.

***

Jam pelajaran pertama telah selesai, saatnya jam kedua dimulai. Saat ini kelas 11 Mipa 8 (kelas Eca) sedang berada di lapangan basket untuk mengikuti pelajaran olahraga.

Dua puluh menit berlalu, namun sang guru yang bernama pak Maesa itu belum terlihat batang hidungnya sama sekali. Mentari bersinar begitu terik pagi ini, para murid yang kepanasan memilih untuk berteduh terlebih dahulu di pinggir lapangan.

Beberapa menit kemudian, orang yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Semua murid mengeluh atas keterlambatan Pak Maesa yang tidak biasanya.

"Maaf bapak telat," ujar Pak Maesa merasa bersalah. "Tapi bapak bawa kabar gembira buat kalian."

"Kabar gembira apa, Pak? Bapak mau nikah?" tanya Jefri asal.

"Bapak udah punya anak dua, Jef."

"Ngawur lo."

"Diem aja mendingan!"

Sembur teman-temannya, Jefri yang kesal membuat wajah jelek dan meledek mereka.

"Udah-udah, hari ini guru-guru mau ada rapat penting. Bapak gak tahu selesainya sampe jam berapa, kemungkinan kalian bisa pulang lebih cepat nanti."

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Where stories live. Discover now