IMAGINATION || 33

97 11 0
                                    

Jangan lupa vote^

Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading❤

°
°
°
°
°
***

33. Kalung

Masih dalam misi untuk merebut hati Eca. Seminggu full Malven tak berhenti medekati gadis itu, menganggunya hari demi hari, dan mengikuti kemanapun Eca pergi. Namun tak hanya kepada Eca, begitu pun kepada Melody, Malven juga melakukan hal yang serupa. Bedanya, pria itu akan bersikap lembut kalau berhadapan dengan Eca. Sementara pada Melody, Malven seperti menerror gadis itu dan berubah menjadi kasar dalam sekejap.

Tentu saja hal tersebut memunculkan pertanyaan besar bagi setiap murid yang mengenal Malven. Sebenarnya dia sedang mendekati siapa? Di satu waktu dia akan terlihat bersama Eca, kemudian di waktu berikutnya dia akan bersama dengan Melody. Oh ayolah, Malven tidak mungkin menginginkan keduanya, kan?

Lalu, pernah satu hari dimana Malven terciduk sedang menemani Eca di perpustakaan, dengan langkah terburu-buru dan emosi, Sean sampai mengamuk di perpus untuk menjauhkan pria itu dari gadisnya. Eca sempat bilang kalau dia merasa risih, maka dari itu Sean memperingatkan Malven untuk tidak mengganggu Eca, tapi pria itu terlalu bebal dan keras kepala.

Seperti saat ini misalnya, dihari yang begitu cerah dan panas, lagi-lagi Malven datang dan memberikan Eca minuman dingin ketika pelajaran olahraga berlangsung. Dari kejauhan Sean sudah memperhatikan gerak-gerik keduanya. Melihat tak ada yang terlalu berlebihan Sean sedikit merasa tenang.

Sekalipun itu adiknya, Sean tetap merasa cemburu terlebih ia tahu kalau Malven menginginkan gadisnya.

"Kok cuman buat si Eca doang, sih. Buat gue mana?" tanya Nessa.

"Gak ada, minta aja sama pacar lo!"

"Setelah gue analisis selama beberapa hari, kelihatannya lo perhatian banget sama si Eca. Malahan dia lebih sering pergi sama lo daripada Kak Sean. Ada apa, nih?"

Nessa kembali melayangkan satu pertanyaan. Namun Malven diam tak tertarik menjawab.

Sebenarnya Eca juga penasaran, kenapa akhir-akhir ini sikap Malven jadi berubah seratus delapan puluh derajat. Bukannya apa-apa, ia hanya merasa tidak enak kalau terus berdekatan dengan Malven. Eca takut menyakiti perasaan Sean. Karena bagaimanapun, kita tidak akan pernah rela membiarkan orang yang kita sayang dekat dengan orang lain.

"Udah ya, kita mau ke kantin," kata Eca.

"Oke."

Baru berjalan beberapa langkah, Malven sudah menghentikan Eca dengan memanggilnya. "Pulang sekolah di rooftop gedung kelas dua belas," ujar pria itu sedikit tertahan, "jangan sampe gak dateng."

Eca menautkan kedua alisnya, "Ada apa emangnya?"

"Nanti juga lo tahu sendiri," tutur pria itu sok misterius. Eca hanya mengangguk meng-iyakan, kemudian langsung menarik Nessa untuk segera ke kantin. Ia sudah ada janji makan siang bersama Sean dan yang lain.

***

Di lorong yang menuju langsung ke laboratorium kimia, Sean berbalik arah tatkala melihat Eca yang baru saja berpapasan dengannya. Nessa langsung melarikan diri setelah mendapat sinyal dari Sean untuk pergi duluan. Sementara Eca masih tidak sadar karena fokus membaca materi yang sebentar lagi akan dipresentasikan oleh kelompoknya.

"Serius banget," kata Sean pelan.

"Anj-" umpatan yang sudah diujung lidah, seketika tertahan begitu melihat sorot mata yang hampir menusuk saking tajamnya. Dengan cepat Eca mencari kata lain sebagai pengalihan, "jir, kaget gue ..."

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Where stories live. Discover now