IMAGINATION || 08

248 59 12
                                    

Jangan lupa vote^
Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading❤

°
°
°
°
°

***

08. Perkara Matematika

Keesokan harinya, saat alarm berbunyi pukul empat pagi, saat itulah Eca terbangun dari tidurnya. Tidurnya sangat nyeyak kali ini, mungkin karena perlakuan dari Sean kemarin, yang membuat mimpinya begitu indah tadi malam.

Setelah berkali-kali menguap, mengucek mata yang gatal, dan kesadaran yang sudah terkumpul sempurna, Eca langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Gadis itu terus melengkungkan senyumnya, bersenandung ria seiring aktivitasnya di dalam sana.

Beberapa menit kemudian, Eca sudah keluar dan menata penampilannya di depan cermin. Sebelum merias diri, Eca sempat memakai beberapa skincare untuk kesehatan kulitnya, setelah itu, ia pun baru mendandani wajahnya yang harus terlihat cantik hari ini. Ya, kalau bukan untuk Sean 'sih, untuk siapa lagi?

"Fan, bangun, hayu sekolah!" teriak Eca dari ruang tamu.

Naufan mengerjapkan matanya beberapa kali, lekas melihat jam weker yang berada di atas nakasnya, "sinting, baru jam 5 pagi woyy!" teriak Naufan dengan suara khas orang bangun tidur, "hoam...." lanjutnya yang menguap.

"Hari ini gue piket, jadi harus dateng pagi," alibi Eca.

"Udah lo duluan aja, deh. Gue masih ngantuk," jawab Naufan yang kembali menarik selimutnya.

"Lo tega nyuruh gue berangkat sendiri dengan keadaan yang kaya gini?"

Naufan mengusap wajahnya kasar, ia memang tidak akan menang jika melawan adiknya yang keras kepala. Dengan terpaksa, ia pun langsung pergi ke kamar mandi dan bersiap berangkat ke sekolah.

Ceklek

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Naufan muncul dengan wajah tampannya yang terlihat begitu keren pagi ini.

"Yuk berangkat!"

"Lo aneh banget dari kemaren, udah gila kali ya lo," ucap Naufan sambil menggandeng tangan adiknya menuju basement.

"Heem, emang udah gila gue, percuma juga kalo gue cerita, lo gak bakalan ngerti."

"Bodo amat!"

***

"PAGIIIIII" pekik Eca saat memasuki ruang kelasnya. Semua perhatian pun tertuju kepada gadis itu, mereka menyambut Eca dengan ramah.

"Pagi beautiful," sahut Aldo.

Eca berjalan menuju kursinya yang berada di belakang, jalannya yang pincang disadari oleh temannya yang bernama Karina, "kaki lo kenapa, Ca?" tanyanya.

"Oh, gak papa kok, kemaren gue kepeleset, jadinya agak terkilir dikit."

"Kenapa gak di gips?" tanya temannya yang lain.

"Semalem udah di gips kok, cuman gue lepas. Kalo dipake ke sekolah entar dikira cari perhatian lagi sama haters," rutuk gadis itu yang diangguki teman-temannya.

"Susah sih kalo jadi cewek cantik, mah. Banyak yang ngiri," sahut Aldo.

"Duh, Aldo, pagi-pagi udah gombal, gue jadi malu." Eca menutupi wajahnya yang sudah bersemu merah.

"Siapa yang gombal, gembel?" canda Aldo.

Eca sudah tidak aneh dengan Aldo, sifatnya memang seperti itu. Aldo ini tukang bikin onar, ia adalah salah satu temannya Malven. Tingkat humornya sangat tinggi, playboy juga, suka usil tapi ngangenin kalo orang ini kelamaan bolos di kelas.

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Where stories live. Discover now