IMAGINATION || 09

218 58 11
                                    

Jangan lupa vote^
Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading❤

°
°
°
°
°

***

09. Happy Birthday, Malven!

SMA Garuda bubar beberapa menit yang lalu. Semua murid berhamburan kesana kemari dengan tujuan yang berbeda. Ada yang langsung pulang, mengikuti eskul, atau yang sebatas nongkrong-nongkrong gak jelas pun ada. Semua itu adalah hal yang lumrah bagi anak sekolahan mana pun.

Eca merutuki dirinya yang malah setuju untuk mengumpulkan tugas matematika di meja Bu Vina, alhasil ia tidak bisa pulang seenak jidat disaat teman-temannya yang lain sudah pulang ke rumahnya masing-masing.

Tapi untungnya gadis itu ditemani oleh Jeno dan Joko, mereka tidak tega meninggalkan Eca sendiri pergi ke kandang macan. Terutama Jeno, mungkin karena dia ketua murid di kelas, ia jadi merasa punya tanggung jawab untuk hal semacam ini.

Lalu dimana Nessa? Jangan ditanya! Gadis itu tidak mau mengantar Eca, alasannya karena ada salah satu guru yang selalu menggodanya di ruang guru, jadi Nessa enggan untuk masuk ke sana lagi.

"Makasih ya, udah mau nganterin gue." Eca menepuk pundak Jeno dan Joko.

"Sama-sama, lain kali biar gue aja yang ngumpulin tugas," saran Jeno.

"Iya, Ca. Biar dia ada gunanya dikit jadi KM," kekeh Joko.

"Iyain deh, biar cepet."

Eca mengangguk pasrah dan tersenyum manis. Setelah itu ia berjalan menyusuri koridor untuk menemui Sean yang menunggunya di parkiran. Sedang damai-damainya berjalan, langkah Eca terhenti karena Eliza menghadangnya di ujung koridor, entah apa yang diinginkan gadis itu. Melihatnya saja sudah membuat Eca muak, apalagi meladeninya, memperburuk mood saja.

"Hai, Ca. Gak lupa, kan sama taruhan kita?" tanya Eliza sarkastis.

Eca menghela nafasnya kasar, mencoba menahan diri untuk bersabar, "tenang aja, gue gak mungkin lupa," ketusnya.

"Syukur deh kalo gak lupa." Eliza lalu menoyor kepala Eca dihadapan teman-temannya yang lain, "siapin mental dari sekarang, jangan sampe lo nyesel sama keputusan yang lo buat sendiri, karena kali ini gue akan main-main!" pungkas gadis itu dengan senyum liciknya.

Berani sekali dia memperlakukan Eca seperti ini, belum tahu saja kalau dia sedang berurusan dengan siapa. Huh! Andai saja kakinya tidak sakit, Eca pasti sudah menghempas gadis itu dengan tendangan mautnya. Eca berdecih pelan dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Kita liat aja nanti. Dasar tukang NGAKU-NGAKU," tekan Eca di ujung kalimatnya.

Ia tidak akan gentar melawan orang seperti Eliza.

"Woy, ngapain kalian? Pergi!" suara khas yang Eca yakini adalah Malven membuat Eliza ngacir ketakutan. Eca tersenyum lebar penuh kemenangan.

"Ca, lo gak papa?" tanya Malven cemas, kedua tangannya sudah bertengger di bahu Eca. Eca menggeleng kuat, "gak papa, santai aja."

Malven lega mendengar jawaban dari mulut gadis itu, kenapa ia begitu khawatir? Eca bukan siapa-siapa dalam hidup Malven, begitupun sebaliknya.

"Lo ada acara gak hari ini?" tanya Malven.

"Ada, gue mau belajar di rumah Kak Sean." Sial, lagi-lagi pria itu yang Eca sebut.

"Kenapa emang?"

"Mending lo temenin gue hari ini," pinta Malven.

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Where stories live. Discover now