IMAGINATION || 34

100 6 0
                                    

Jangan lupa vote^

Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading❤

°
°
°
°
°
***

34. Khawatir

Hujan turun begitu deras saat Melody menutup pintu. Gadis itu baru saja akan pulang setelah membaca novel sendirian di dalam kelas. Ia melirik sekilas jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Sudah pukul setengah tiga sore.

Melody mulai melangkahkan kakinya melewati lorong-lorong. Ia tampak ketakutan ketika suara petir menggelegar di atas langit. Beberapa menit berlalu, Melody masih belum melihat tanda-tanda kapan hujan akan berhenti. Malah sepertinya hujan turun semakin deras seiring berjalannya waktu.

Melihat kursi panjang yang terletak di depan kelas sebelas IPS, Melody memutuskan untuk duduk sambil memeluk tubuhnya yang mulai merasa kedinginan. Tak lama setelah itu, saat Melody tengah fokus menatap air hujan di depannya, tiba-tiba terdengar langkah kaki serta suara decitan meja dari dalam kelas yang ada di belakangnya.

Awalnya Melody hendak kabur karena ketakutan, namun saat akan mengambil ancang-ancang gadis itu langsung diam mematung. Tangannya dicekal oleh seseorang.

"Mau kemana?"

Melody membulatkan matanya dan berbalik.

"Malven? Nga-ngapain di sini?" tanya Melody gagap.

"Asal lo tau aja, ini kelas gue. 11 IPS 2."

Melody melihat ke atas pintu. Tulisan dalam papan yang tergantung di sana membuktikan kalau dia tidak berbohong. Gadis itu kemudian menarik tangannya canggung, lalu kembali duduk seperti semula.

Malven mengikuti dan duduk di sebelah Melody. Tak ada percakapan lain setelah itu. Malven yang Melody kira akan banyak bertanya seperti hari-hari kemarin nyatanya hanya diam dan memperhatikan hujan.

Wajah murungnya jelas mengatakan kalau dia sedang tidak baik-baik saja. Dengan harap-harap cemas, Melody memberanikan diri untuk memulai percakapan, mengisi kesunyian yang cukup membosankan.

"Lo ... ada masalah?" tanya Melody hati-hati.

Malven hanya melirik sekilas, seperti tak ada niatan untuk menjawab. Melody jadi ikut diam lagi.

"Boleh gue minta sesuatu?" tanya Malven tanpa mengalihkan pandangan.

Melody mendongakkan wajahnya, "Apa?"

"Jawab pertanyaan yang sering gue tanyain sama lo," ujar Malven tegas, ia sudah capek mengusik Melody dengan pertanyaan ini.

Melody tampak berpikir sejenak, bukannya menjawab, ia malah membuka tas dan mengambil sesuatu di dalam sana. Gadis itu memberikan sebuah amplop kepada Malven. Malven menerima dengan wajah bertanya-tanya. Sementara Melody hanya tersenyum tipis dan duduk manis.

"Ini maksudnya apa?" Malven mengangkat buku diary itu.

"Coba lo liat mata gue!" titah Melody.

Pria itu mengangguk dan menurut tanpa protes.

Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Satu manit.

Malven masih belum mengerti dengan situasi ini.

"Jangan buat gue bingung, Mel!" Lirih Malven. Ia sedang tidak ingin bercanda sekarang.

"Lo gak kenal sama mata ini?" tunjuk Melody pada matanya.

Malven menggeleng.

"Ini ... matanya Zea."
Bagaikan tersambar petir disiang bolong. Malven terkejut setengah mati.

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Where stories live. Discover now