IMAGINATION || 07

294 62 11
                                    

Jangan lupa vote^
Komen banyak-banyak ya:)

Happy Reading

°
°
°
°
°

***

07. Pak Sean!

Keesokan harinya, Eca sudah tidak sabar untuk pergi ke rumah Sean. Dari pagi sampai pulang sekolah, bibirnya tak pernah lelah mengembangkan senyuman. Di samping itu, Eca pun sangat penasaran dengan orang yang akan mengajarinya belajar. Dari kemarin Sean terus saja menutupi identitasnya, padahal kan Eca hanya ingin tahu siapa namanya, bagaimana wajahnya. Mungkin saja ia kenal? Dasar menyebalkan.

Kali ini Eca pergi sendiri, Naufan tidak bisa mengantarnya karena ada jadwal latihan basket. Orang yang menyuruh Eca untuk pergi ke rumahnnya pun tidak mengajak gadis itu pulang bersama, tingkahnya begitu acuh seolah-olah tidak ada yang ia ucapkan kepada Eca kemarin.

Tapi begitulah Sean, pria itu mungkin terlihat dingin dari luar, tapi hatinya begitu baik dan juga sangat peduli kepada orang-orang disekitarnya.

Eca keluar bersama Nessa dari area sekolah. Dari kejauhan, orang tua Nessa terlihat sedang melambaikan tangan ke arah anaknya. Nessa pun berpamitan kepada Eca dan pulang terlebih dahulu.

Eca pun berjalan menuju sebuah halte dan duduk di sana. Sambil menunggu taxi yang lewat, Eca memilih untuk membaca novel yang ia pinjam dari perpustakaan tadi pagi.
Eca hanyut dengan cerita yang ia baca hingga tak memperdulikan keadaan sekitar. Hingga tanpa ia sadari, Malven yang baru saja keluar dari gerbang sedang mendekat ke arahnya.
Malven merampas novel itu dari tangan Eca. Gadis itu lantas berusaha untuk mengambil kembali barangnya. Malven mengangkat novel itu sambil berjinjit, tentu saja tubuh Eca yang pendek tidak akan sampai meraihnya.

"Ish, balikin gak?" tanya Eca jengkel.

"Gak mau, coba aja ambil kalo bisa."

"Oh, jadi lo nantang gue?"

"Menurut lo?" ledek Malven.

Tanpa memberi aba-aba, Eca menendang lutut Malven hingga pria itu mengaduh kesakitan. Dengan sigap Eca mengambil alih barang miliknya "Rasain!" sembur Eca.

"Kecil-kecil tenaga lo gede juga," ujar Malven.

"Jangan ngeremehin orang makannya," seru Eca sambil memasukan novelnya ke dalam tas.

"Btw, lo mau kemana?"

"Peduli banget sih lo sama urusan gue," nyinyir Eca.

"Emang gue peduli kan, lo lupa sama ucapan gue kamaren?" tanya Malven mengernyit.

"Emang kemaren kita ketemu?" tanya Eca dengan nada menyebalkan, Malven mengepalkan tangannya merasa jengkel.

"Bodo amatlah, terserah lo mau pergi kemana," pasrah Malven.

Dari jauh, Eca melihat sebuah taxi yang sedang melaju ke arahnya. Tanpa menunggu lama, Eca langsung menghentikan taxi itu dan menjulurkan lidahnya ke arah Malven sebelum pergi.

"Wlee...." ledeknya.

"Apa lo?!" sembur Malven.

Eca berhenti meladeni pria itu karena taxi yang ia panggil sudah menepi. Namun, baru saja sekali melangkah, Eca malah terpeleset karena lantai di halte itu begitu licin.

"Aww," ringis Eca kesakitan.

Semua orang yang menyaksikannya langsung tertawa karena mendapat hiburan gratis, bukannya menolong, mereka bahkan sempat-sempatnya memvideo kejadian itu. Malven yang melihatnya refleks membantu Eca berdiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa Malven pun sedikit tertawa, tapi karena kasihan ia pun merapatkan mulutnya dan memilih diam.

𝐈𝐌𝐀𝐆𝐈𝐍𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ✈️ | 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 Where stories live. Discover now