69. Maxwell Vs Grey (C)

159 42 6
                                    

Itu adalah pertemuan pertama mereka. Dan sejak saat itu, dia sudah merasa. Dia sudah berfirasat. Bahwa ada hal - hal yang akan terjadi di antara mereka berdua.

"Kau Maria?"

"Maria Wenberg?"

Begitu dia melihat tage name yang ada di seragam gadis itu, Grey langsung bertanya.

Dia tak pernah menyangka akan bertemu dengan gadis itu dengan cara seperti ini. Di saat dirinya sudah putus asa dan ingin menghentikan usahanya mencari siswi ini, Tuhan secara mengejutkan menunjukkan Kuasanya.

Dan perempuan di depannya ini....

Grey bahkan tak berkedip. Saking terpananya.

Rambut panjang yang lurus, kulit pucat, mata emas yang indah, garis wajah yang khas, bulu mata yang lentik, bibir merah delima. Serta....

Gestur yang begitu anggun. Secara keseluruhan gadis ini....

Cantik sekali.

Maria tentunya cukup terkejut saat lelaki di depannya, yang baru pertama kali ia temui tiba - tiba mengetahui namanya. Tapi keterkejutannya itu tak berlamgsung lama saat dirinya sadar bahwa terdapat tage name dari seragam yang ia kenakan sekarang.

Belum sempat Maria mengangguk sebagai jawaban, seseorang tiba - tiba memanggilnya dari belakang.

"Maria."

Baik Maria maupun Grey menoleh dan mendapati Maxwell menuju ke arahnya.

Grey tentu saja cukup terkejut saat lelaki yang sedang berjalan menuju ke arahnya ialah teman sekelasnya. Anak pendiam yang duduk di pojokan yang seolah sengaja menyendiri dari hiruk pikuk suasana kelas.

Kalau tak salah namanya ialah Maxwell Fringer dan ternyata mereka...

Grey menatap Maxwell serta Maria bergantian. Dan atensinya kembali kepada pria yang sudah mendekat.

"Kalian saling kenal?" Tanya Grey. Jika Maxwell tiba - tiba memanggil gadis ini dan datang ke asrama wanita seperti ini, jelas mereka sudah saling kenal.

Tetapi jika mereka saling kenal, mengapa Maxwell seolah diam saja saat Miss Xena menanyakan perihal Maria? Dengan begitu dirinya juga tak perlu repot - repot mengantarkan surat peringatan ini sendirian kan?

Maxwell melirik Grey sejenak. Lalu sebelah alisnya terangkat.

"Siapa?"

Grey tercenung. Lalu mengerjap. 'Si... Siapa?' Beonya dalam hati seolah tak percaya bahwa anak bernama Maxwell ini menanyakan hal seperti ini. Jelas - jelas mereka berada di kelas yang sama.

'Kita satu kelas." Jawab Grey pada akhirnya.

"Ahh, kita sekelas? Maaf." Ujar Maxwell, tanpa mengucapkan kalimat panjang lainnya, dia lalu menatap Maria yang masih diam di tempat.

Grey yang ada di antara mereka kembali tercenung. Lalu mengerjap. Bukan lagi karena Maxwell ternyata mengenal gadis bernama Maria, melainkan karena pria itu bahkan benar - benar tak mengenalinya sebagai teman sekelas.

Wuah.....

"Akhirnya kau datang juga Maria." Ujar Maxwell.

Maria langsung memalingkan wajah. Mendengkus enggan menatap Maxwell.

"Maaf, aku harus pergi." Kalimat itu bukan ditujukan kepada Maxwell, melainkan kepada Grey yang masih tercenung di tempat.

Maria membungkuk hormat sebagai salam perpisahan sebelum kemudian dia melangkah hendak berbalik pergi menuju asramanya. Namun Grey yang sudah kembali dari fokusnya buru - buru mengejar.

Black MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang