63 - Kamar tersembunyi

13.6K 2.2K 1.6K
                                    

Sesampainya di kediaman keluarga Habib, Fira turun dan menunggu Rayan memasukkan mobilnya ke dalam garasi.

"Sudah. Ayo masuk!" Rayan memeluk pinggang ramping istrinya dari samping. Keluarga kecil itu beriringan maju dan mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum masuk.

"Assalamualaikum, Bunda." Rayan dan Fira menyalimi punggung tangan Bella begitu lembut.

"Waalaikumussalam. Eh, sudah datang? Maa syaa Allah, ini Reza dimana?"

"Reza sengaja Fira ga bawa Bund. Dipesantren Ummi sendirian, Fira kasian aja kalau Ummi gaada temen."

"Yasudah. Boleh Bunda gendong Aleeza?"

Fira mengangguk dan segera ia memberikan bayi mungil itu kepada sang Bunda.

"Bund, Bang Keanu sama Mbak Fani memangnya ke mana?" Rayan mengedarkan pandangannya. Ia belum melihat tanda-tanda Fani dan Keanu berada didalam rumah ini.

"Jadi mereka tuh lagi kerumah sakit, periksa kandungan. Bentar lagi datang kok."

"Owh, gitu." Fira menganggukkan kepalanya.

"Yasudah, Bunda bawa Aleeza ke atas, ya?"

Rayan dan Fira mengangguk secara bersamaan. Setelah kepergian Bella, Fira dan Rayan duduk di sofa.

"Mas..." panggil Fira membuat Rayan langsung menoleh.

"Ya sayang? Ada apa? Mau buatin Adek buat Reza dan Aleeza?"

Fira dengan entengnya mencubit lengan Rayan. "Dih, baru selesai lahiran udah mau buat aja." Fira mengerucut bibirnya kesal.

"Ya siapa tau kamu masih kurang dengan keberadaan Aleeza dan Reza," balasnya santai tanpa memperdulikan istrinya yang menatap tajam ke arahnya.

"Buat sana sendiri!"

"Ya kan lawannya kamu. Gabisa lah kalau buat sendiri."

Hm, bukan Rayan namanya jika tidak membalas ucapan dari lawan bicaranya. Fira memutar bola matanya malas.

"Memangnya beneran dibolehin kalau bikin dan lawannya bukan kamu?" tanya Rayan dengan ragu.

Pletak!

Fira langsung menyentil kening Rayan sekuat tenaga. Bisa-bisanya berbicara seperti itu.

"Mas ih! Mau kalau aku jadi orang jahat karena sudah membunuh orang, hah?!"

Rayan menyengir kuda. "Ya Allah, sadis banget langsung dibunuh." Rayan mengusap-usap pundaknya. Merasa merinding akan ucapan Fira.

"Menolak keras poligami di keluarga kita. Amit-amit kalau misal Aleeza dipoligami, dan Reza yang berniat poligami. Pokoknya didalam keluarga kita tidak ada yang namanya poligami!"

Rayan mengangguk. "Iya deh. Jangan bawa anak-anak dong sayang. Mas merinding banget tau kalau kamu ngomong kek tadi."

"iya-iya." Fira mengangguk dan segera ia bangkit untuk menuju dapur.

"Fira sekalinya ngomong ga pernah main-main. Ga kebayang kalau Fira beneran nekat bunuh orang." Rayan menggelengkan kepalanya. Tidak, semoga saja Fira tidak senekat itu.

Sore hari sekitar jam 3, Fira dan Rayan memilih untuk pulang. Dan sebelum pulang, tentunya Fira dan Rayan akan mampir ke pemakaman.

"Bunganya banyak banget sayang. Emangnya buat siapa lagi?" tanya Rayan ketika melihat Fira membeli bunga begitu banyak.

"Aku mau ke makam ayah juga, Mas. Udah lama ga ke sana. Aku juga mau minta maaf sama beliau, karena gagal jagain salah satu anakku."

Rayan mengangguk. Mereka berdua masuk dan langsung dilihatkan dengan banyak orang yang juga berziarah. Keadaan makam sore itu cukup ramai, membuat Fira dan Rayan sulit sekali melewati jalanan yang biasa mereka lewati.

GUS RAYAN  [ • END • ]Where stories live. Discover now