57 - Kelahiran si kembar

19.1K 3.1K 1.6K
                                    

Nah, kan, apa aku bilang. Aku bentar doang hiatusnya, gaakan lama, apalagi sampai ngegantungin kalian. Itu bukan aku bgt kalau ngegantungin orang.

Minal aidzin wal Faizin semuanya! Yang punya salah sama saya, tenang, sudah saya maapkan. Kalau saya sepertinya tidak punya salah deh 🤭

Thr-nya dpt berapa nie? 🤭 Atau ga dapet sama sekali?

Siap untuk bahagia membaca chapter ini? Oke, langsung gas bacaa!!!!

Jangan lupa untuk taburkan komentar di setiap baris 🤭

🌻🌻🌻

Fani berlari keluar dari mobilnya untuk meminta bantuan pada suster-suster yang masih berlalu lalang di koridor rumah sakit.

"Sus, sahabat saya mau lahiran! Cepat, dia di mobil." Unjuk Sasha dengan cepat.

Mendengar itu, suster-suster disana langsung bergerak cepat untuk mengambil brankar dorong. Fani kembali berlari ke arah mobilnya, kemudian ia mencoba menenangkan sahabatnya.

"Fir..... Bentar lagi bantuan datang. Kamu yang kuat, ya!"

Decitan brankar terdengar di indera pendengarannya, ia menoleh dan tersenyum ketika brankar itu untuk sahabatnya.

Fani setia menggenggam erat tangan Fira, tidak ada yang lebih panik bagi dirinya selain saat ini. Fani tak henti-hentinya berdoa untuk sahabatnya.

"Fan..... S-sakit...." Berusaha untuk berucap, walaupun rasanya susah sekali. Keringat bercucuran di kening wanita itu, bahkan tangannya juga ikut mengeluarkan keringat.

"Kuat, yaa. Bentar lagi Rayan dateng. Sabar....." Fani mengelus-elus tangan Fira, walaupun dirinya tengah panik sekarang.

Disisi lain, Rayan berdecak beberapa kali ketika jalanan begitu macet. Ia berusaha untuk memajukan mobilnya agar mobil di depannya ini juga ikut memajukan mobilnya.

Tak lupa mulutnya berusaha untuk berdoa yang terbaik untuk istrinya disana. Ketika mendapatkan pesan dari Fani tadi, ia kaget dan langsung meninggalkan tempat yang baru beberapa menit dia kunjungi.

"Selamatkan istri hamba ya Allah, hamba mohon." Rayan memejamkan matanya, tak bisa membayangkan begitu sakitnya apa yang dialami istrinya sekarang.

Saat Rayan tak sengaja melihat ke arah samping, tepat di samping mobilnya ada dua seseorang yang tengah mengobrol. Rayan memicingkan matanya, benar-benar familiar sekali salah satu orang tersebut.

Saat dua orang itu selesai mengobrol, mereka fokus ke jalanan lagi. Dan ya! Rayan mengenali salah satu orang itu.

"Ilham!" Tanpa basa-basi lagi, Rayan keluar dari mobilnya kemudian menghampiri keduanya.

"Assalamualaikum, Ham." Ia tak sengaja mengejutkan keduanya, sehingga keduanya reflek beristighfar.

"Astaghfirullahal'adzim!" Keduanya kompak beristighfar.

"Wa'alaikumussalam, Gus? Ada apa? Kenapa Gus bisa di sini?" tanya Ilham, tanpa turun dari motor yang tengah ia pakai sekarang, karena belanjaan bahan-bahan dapur yang membuatnya kesusahan untuk turun dari motor.

"Ilham, pinjamkan motor itu kepada saya, ya? Saya harus secepatnya ke rumah sakit, istri saya mau lahiran," ucap Rayan serius.

Ilham mengangguk mantap. "Bisa, Gus. Sebentar, saya mau menurunkan belanjaan bahan dapur terlebih dahulu." Ilham dan satu temannya itu menurunkan belanjaan yang mereka beli di pasar tadi. Ya, Ilham ternyata baru saja berbelanja bahan makanan di pondok pesantren.

GUS RAYAN  [ • END • ]Where stories live. Discover now