"Jadi Abah dan Ummi mau bicara apa?" tanya Rayan berusaha untuk tenang, walaupun keadaan hatinya sedang gelisah.
"Maaf, Bang, kami sebagai orang tua kamu sudah lancang untuk mengatur masa depan kamu," ucap Aziz. Tak biasanya laki-laki itu berbicara sepanjang ini, kalau memang tak terlalu penting.
"M-masa depan?" beo Rayan.
"Begini, Nak. Abah mempunyai sahabat, dia sahabat Abah yang paling baik. Dari dulu, kami selalu bareng-bareng. Susah bersama, senang pun, bersama. Abah bangga memiliki sahabat seperti dia, yang sayangnya..... Beliau sudah lebih dulu meninggalkan Abah. Sebelum beliau berpulang, kami sempat membahas tentang perjodohan antara anak kami berdua." Aziz menjeda ucapannya sejenak.
"Abah mau jodohin Rayan dengan putri dari sahabat Abah, gitu?" tanya Rayan dengan hati-hati.
Aziz mengangguk di iringi senyuman tipis. "Iya, Nak. Maafkan Abah, jika Abah lancang ikut campur akan masa depan kamu."
"Tapi percayalah sama kami, Nak. Kami melakukan ini, juga demi kebaikan kamu." Windi yang sedari tadi diam, kini ikut angkat bicara.
Rayan tersenyum. Ia menghampiri kedua orang tuanya itu, kemudian ia genggam tangan mereka masing-masing.
"Abah, Ummi, Rayan percaya sama kalian. Kalian melakukan ini, demi kebaikan Rayan ke depannya. Maka dari itu, dengan senang hati Rayan menerima perjodohan ini."
"Maa syaa Allah, terimakasih, Nak. Abah bangga sekali sama kamu."
"Rayan jauh lebih bangga memiliki Abah seperti Abah Aziz yang sangat tampan." Rayan terkekeh dengan ucapannya sendiri. Windi dan Aziz yang melihat putranya tertawa, mereka juga ikut tertawa.
🌻🌻🌻
"Mi, Abang katanya udah datang, ya?" Agam yang baru sampai di Ndalem langsung bertanya pada sang Ummi yang kebetulan sedang menyapu.
"Salamnya kemana, Nak?"
Setelah sadar, Agam pun menyengir kuda. "Assalamualaikum, Umminya Agam yang paling cantik."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Iya, Abangmu sudah pulang tadi malam. Dia cari-cari kamu tuh dari tadi siang. Gih panggilin, dia lagi ngajar kayaknya. Nanti kalau kalian ketemu, ajak Abangmu ke sini. Kita makan malam."
Agam mengangguk kemudian mengecup pipi Windi begitu tulus. "Oke, Ummi."
"Assalamualaikum," salam Agam ketika dirinya sudah sampai di asrama putra.
"Wa'alaikumussalam. Gam?" beo Rayan.
"Baiklah, kita lanjutkan besok saja, ya. Mohon maaf jika ada kata yang salah, saya permisi. Assalamualaikum." Rayan bangkit, kemudian ia keluar dari salah satu asrama.
"Bang? Bang, Agam kangen banget sama Abang." Agam pun memeluk tubuh Abangnya itu. Rayan membalas pelukan itu juga, kemudian mengelus puncak rambut Agam.
"Dah, jangan lama-lama, malu." Cicitnya.
"Oh iya, kita ke Ndalem, yuk? Kata Ummi makan malam dulu," ajak Agam.
"Assalamualaikum, Gus!" Tiba-tiba Husain datang dengan nafas yang tak beraturan.
"Wa'alaikumussalam. Kenapa, Husain?" tanya Rayan mencoba menenangkan Husain dengan napas yang tersengal-sengal.
YOU ARE READING
GUS RAYAN [ • END • ]
General Fiction[ SEBAGIAN PART DI PRIVATE. DI MOHON UNTUK FOLLOW AKUN AUTHORNYA, DAN TINGGALKAN JEJAK BERUPA VOTE & KOMEN. ♡ ] SUDAH TERBIT Menceritakan seorang Gus yang di jodohkan dengan seorang gadis putri dari almarhum sahabat --- Abahnya. Setelah kepulangann...
![GUS RAYAN [ • END • ]](https://img.wattpad.com/cover/299011205-64-k300680.jpg)