04 - Fitting baju

32.1K 4.3K 117
                                    

"Ini cocok deh kayaknya buat Fira?" tanya Windi kepada Bella.

"Huum. Yo kita tanyain ke orangnya." Bella mengajak Windi untuk menemui Fira yang diam seperti patung tak melakukan apapun sedari tadi.

Fira diam-diam mengamati Rayan yang tengah memilih jas untuk ia pakai nanti. Senyum tipis terukir di bibir mungilnya.

"Gila cug. Spek batu krikil kek gua, bisa dapetin Gus setampan itu!" Fira bergumam. Pandangannya tak lepas dari Rayan.

Ini benar-benar jauh dari ekspetasinya. Jika ia berpikir jauh lebih buruk dari Haikal, tapi ternyata ini lebih lebih lebih waw dari Haikal?! Wajah tampan, sikap sopan, dan pastinya, dia juga bisa membimbing Fira nantinya ke jalan yang benar.

"Sayang.... Kok ngelamun?" tanya Windi mengelus pundak Fira lembut.

Fira menoleh dengan terkejut. Sial, ia ketahuan?! Bagaimana nanti kalau Windi tau kalau dirinya tengah memandang Rayan dengan tatapan kagum? Bisa-bisa malu dia.

"Nak, kamu setuju gak sama gaun ini?" tanya Bella kemudian memperlihatkan gaun yang terlihat sangat elegan.

Fira tersenyum. "Bagus banget, Bund. Fira setuju sih." Fira mengambil alih gaun itu, untuk ia lihat-lihat lebih detail.

"Ummi, Rayan mau pakai jas yang ini?" tanya Rayan kemudian memperlihatkan pada Umminya.

"Bagus banget, Bang." Windi berkomentar.

Rayan mengangguk. "Kalau menurut kamu, Fir?"

Fira yang sebelumnya masih sibuk melihat gaun yang akan ia pakai, kini menoleh ke arah Rayan. Netra indah mereka sama-sama bertemu. Namun, Fira langsung melepaskan tatapan itu secara sepihak.

"G-gue?" tanyanya gugup sembari menunjuk ke wajahnya sendiri.

Rayan mengangguk. "Iya, cocok ga?"

"Cocok, sih. Nih, cocok banget sama gaun yang gue pilih." Fira kemudian memperlihatkan gaun yang di pilihkan oleh Windi dan Bella.

Diam-diam Bella dan Windi saling berbisik tentang mereka berdua. Dari tatapan mereka berdua tadi, mereka semakin yakin, bahwa nanti mereka bisa jatuh cinta, walaupun waktunya bukan sekarang.

🌻🌻🌻


Setelah Rayan selesai menunaikan ibadah shalat Dhuha, tiba-tiba saja, seorang laki-laki berdiri di hadapan Rayan, dengan cengiran yang membuat Rayan agak sedikit kesal.

"Gus." Laki-laki itu menaik turunkan kedua alisnya.

"Ada, apa?" tanya Rayan.

"Gus mau nikah, ya? Cie, bentar lagi udah punya istri, dan sudah berstatus sebagai suami. Setelah itu, akan menjadi ayah, eh, lebih tepatnya akan menjadi Abi. Cie, Gus Rayan, cie." Laki-laki itu sedikit memicingkan matanya, dan sedikit menyolek-nyolek dagu Rayan centil.

"Astaghfirullah, Tara. Istighfar banyak-banyak coba. Kenapa bisa begitu kamu?"

"Cielah, salting ya di ledekin sama saya? Buktinya, mukanya kok sedikit memerah? Atau Gus kepedesan?"

Rayan hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar ucapan Tara. Sedangkan Tara, senyam-senyum sendiri melihat tingkah Rayan.

Memang berbeda, jika Tara bersikap seperti itu pada Gus Rayan. Karena? Tara adalah salah satu saudara Rayan, tapi akan tetap sama, Tara akan memanggilkan Rayan dengan sebuta Gus, walaupun dirinya juga sebenarnya Gus.

Bunda Tara, adalah adik dari Aziz. Dan kebetulan juga, suami bunda Tara, juga mendirikan pondok pesantren, walaupun tidak sebesar milik Aziz.

"Sudah, ya, Tara. Saya mau ke Ndalem, jangan godain saya terus."

"Bentar Gus. Saya ada sebuah lagu untuk Gus," ucap Tara.

Rayan kembali menatap lekat wajah Tara, detik itupun, Rayan mengangkat dua alisnya.

"Wait. Khem, khem, khem. Bismillah." Tara bersiap-siap, lalu mengambil sapu yang ada di samping mushalla.

"Mungkin........Saat ini ~~ ku akan, melepas masa lajangku. Dan ku persunting, dirimu~~~~" Tara mulai bernyanyi dengan nada yang di buat-buat.

"Ja~~di lah...... Pasanganku, dan hidup, menua bersamaku~~~~~~" lanjutnya lagi.

"Terimalah...... Cintaku......." Setelah itu, Tara langsung melemparkan sapu ke sembarang arah.

"Sudah?" tanya Rayan.

"Alhamdulillah, sudah, Gus."

"Baiklah. Letakkan sapu ke tempat semula, lalu kamu sholat ke dalam, meminta ampun pada Allah."

"Iya. Sekalian, saya juga mau minta jodoh."

Rayan geleng-geleng kepala, "Terserah kamu. Saya permisi dulu, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Tara masuk ke dalam Mushalla dengan cengiran yang sedari tadi selalu saja ia tunjukkan. Petugas kebersihan menatap aneh pada Tara.

"Kamu kenapa, Tara?"
.
"Saya? Oh, saya mau minta jodoh, biar cepet nikah kayak Gus Rayan." Tara langsung masuk ke dalam dan tentu dengan cengirannya.

"Ya Allah, ada-ada saja si Tara." Petugas kebersihan itu geleng-geleng kepala saja.

Rayan masuk ke salah satu asrama putra, yang ternyata di sana ada adik kembarnya entah sedang apa dia.

"Gam," panggil Rayan pelan.

Agam mendongak, kemudian tersenyum tipis ketika melihat ternyata Rayan yang memanggilnya.

"Ada apa, bang?" tanya Agam seraya menutup kitab yang ia baca sedari tadi.

"Kamu kenapa? Ada masalah? Tumben ke sini? Kenapa gak belajar di kamar saja?"

"Ah, aku gapapa bang. Cuma pengen di sini aja, bareng bang Tara nanti."

"Yakin, kamu tidak apa-apa? Kok kayaknya, ada yang di sembunyiin dari Abang? Cerita aja, siapa tau Abang bisa bantu."

Aku rasa, Abang gaakan bisa bantu tentang masalah ini. Fira itu calon istri abang, dan ga mungkin juga, Abang akan ngebatalin pernikahan kalian hanya karena permintaan konyol aku ini. - Agam.

~ Bersambung ~

GUS RAYAN  [ • END • ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat