"Oke baiklah Tiger. Sekarang kita harus bergegas mencari Hide Daemon. Hanya tersisa satu lagi di sini."

"CK. Carilah!" Zavier alias Tiger tak peduli. Pria itu memasukkan pedangnya kembali lalu berbalik, "Aku akan mencari Daemon yang telah melukai tubuhku." Zavier mengangkat tangannya, matanya berkilat tajam ketika melihat bahwa di sana juga tampak ada perban yang bahkan kini kembali mengalir darah. "Dari dua puluh lima Daemon yang mengeroyokku, kurang lima Daemon lagi yang belum ku bunuh."

"Dan tiga di antaranya berkeliaran di sini." Zavier menyeringai, "Aku masih ingat jelas Daemon apa saja itu."

Setelah berkata seperti itu, Zavier kemudian dengan cepat melompat dan menghilang di Kegelapan hutan meninggalkan Sherly yang sendirian di tempat ini.

Sherly tak sempat mencegah dan hanya bisa ternganga tak bisa berkata - kata.

'Ap... Apa - apa'an ini?' Padahal sekujur tubuh pria itu telah dipenuhi luka baru. Lalu... Dia ditinggal sendiri? "Hell..." Sherly mendengkus dan terpaksa mencari Hide Daemon sendiri.

***

"Maria dan Maxwell sudah kembali. Kenapa kau masih berdiri di sini?" Sebastian kembali berceloteh. Pria yang saat ini sudah segar bugar habis mandi itu mendekati sahabatnya yang sedari tadi masih setia menunggu di sini sudah seperti guru pembimbing saja.

Leon mendengkus. Pria itu tak tertarik menjawab pertanyaan temannya dan malah berjalan menghampiri kakak sepupunya_ Aiden.

"Kau masih di sini?" Aiden melirik Leon yang duduk di sampingnya. Kursi ini sebenarnya di peruntukan untuk kepala sekolah. Tapi Leon dengan lancangnya mendudukinya.

Salahnya pak tua itu pergi entah kemana.

"Ingin menemanimu." Jawab Leon singkat.

Tentu saja Aiden ingin tertawa mendengar itu. Tetapi pria itu hanya menarik sudut bibirnya lalu menatap layar laptop di depannya dengan tenang.

Di dalam tampilan layar itu, berisi gambar lingkaran - lingkaran kecil berwarna hitam, putih, merah dan hijau.

Warna hitam menunjukkan jumlah para siswa akademi yang masih berada di hutan, sedangkan warna putih merupakan Daemon kelas B, lalu merah adalah Hide Daemon dan hijau adalah Daemon tingkat tinggi.

Lingkaran hijau itu kini telah meredup pertanda bahwa Daemon tingkat tinggi yang dilepaskan telah mati. Sementara lingkaran merah kini hanya tersisa satu. Itu beraryi hanya ada satu Hide Daemon lagi yang tersisa.

Leon melirik layar itu dan diam - diam menghela nafas lega. Tetapi masih ada sepucuk kekhawatiran di wajahnya.

"Tenanglah tidak ada yang mati." Ujar Aiden seolah bisa membaca pikiran sepupunya itu.

Leon mendengkus, "Siapa yang tanya."

"Aku hanya bicara sendiri." Aiden menyeringai ketika mendapat tatapan kesal sepupunya.

Lelaki itu lalu mengambil lembaran kertas yang berisi daftar nama - nama siswa.

"Ku dengar kali ini kau tidak bisa mengusir anak baru ya?"

"Bukannya tidak mau, aku hanya kasihan."

Sudut bibir Aiden kembali berkedut. Dia terdiam dan tak bertanya lagi. Hanya kembali menatapi daftar nama - nama itu. Tetapi fokusnya kembali tertuju pada nama siswa dengan nomer terakhir.

Cecil August.

Cecil August.

Perlahan dia mengangkat wajahnya dan tatapannya kembali lurus ke area hutan.

Gadis itu belum kembali.

***

Ya Tuhan, mencari Hide Daemon benar - benar sulit.

Sherly sudah berjalan ke sana kemari, masuk ke tengah hutan, mempertajam penglihatannya dan menyingkapi semak - semak di sepanjang area yang ia lewati.

Tetapi dia sama sekali tidak bisa menemukan keberadaan moster itu. Dia tadi sempat berpapasan dengan kelompok yang lain namun dia kehilangan jejak mereka dan ditinggal sendirian di sini.

Haa...

Benar - benar sial.

Tak jauh di sana Sherly bisa mendengar suara hantaman, dentuman serta asap yang menyala - nyaala bekas pertarungan. Itu pasti si Tiger gila itu yang tengah menghabisi Daemon putih.

Sherly jadi teringat, ketika pertama kali dia bertemu dengannya. Pria itu juga tengah mengejar Daemon sampai ke distri satu. Mungkin Daemon itu juga salah satu Daemon yang telah membuat sekujur tubuhnya dililit perban.

Benar - benar mengerikan.

Tadi dia bilang masih mengingat jelas Daemon jenis apa saja yang telah mengeroyoknya.

Pria itu memang sudah gila. Orang normal tak mungkin bisa menghafal puluhan Daemon yang membuatnya terluka. Dan juga dengan luka seperti itu, normalnya dia pasti sudah sekarat atau pingsan.

Zavier memang bukan manusia biasa. Dia mungkin memang Demi Human.

Ya, dia sangat kuat, bengis, dan juga tampa ampun. Manipulatif juga karena memiliki kepribadian ganda. Hal ini cocok sekali dengan sifat anak Ibis.

Ya, Zavier Asmonac 80% adalah Demi....

SRETTT!!!

Sherly secara refleks mengangkat tangannya dan menggengam sebuah anak panah yang melesat nyaris membolongi kepalanya.

Wanita itu tersentak dan menoleh ke arah datangnya panah.

Mata Sherly menyimpit. Panah ini seolah memang sengaja dibidikkan padanya. Dan ini memperkuat dugaannya bahwa ada yang memang berniat membunuhnya.

Heh.

***

Sudah petang. Senja telah tiba dan dirinya akhirnya berhasil menemukan satu Hide Daemon. Sherly tersenyum senang ketika membawa botol kecil berisi monster lucu itu.

Di sampingnya, sosok Zavier berjalan dengan penampilan yang sudah tak karuan.

Kotor debu, darah, keringat menjadi satu sudah seperti orang yang berada di medan perang dan baru saja membunuh ratusan manusia.

Para siswa yang melihatnya serenpak menghindar. Tahu bahwa yang berjalan saat ini ialah sosok Tiger. Bukan Zavier.

Sherly ingin segera mengumpulkan Hide Daemon tangkapannya dan mendapatkan poin. Namun sialnya, Hide Daemon yang berhasil ditangkap itu harus dikumpulkan ke Jenderal Aiden.

Hell.

Sherly seketika menghentikan langkahnya. Dia menoleh menatap Zavier, "Hei, aku sudah berhasil menangkap Hide Daemon. Dan sekarang giliranmu yang mengumpulkan ini ke meja master."

Yang dipanggil perlahan menoleh. Penampilannya yang sudah seperti mandi darah itu menatap Sherly dengan pandangan tajam, tetapi lamban laut berubah menjadi sayu, redup dan semakin meredup.

Dia menunduk menatap Sherly, "Cecil, aku capek sekali." Dan Brukkk.... Lelaki itu tiba - tiba ambruk tak sadarkan diri. Sosok Tiger tadi sudah kembali tertidur berubah menjadi Zavier yang tak berdaya.

Ahh... Sial.

***

Black MilitaryWhere stories live. Discover now