HAIDAR - Asa buat Ana pergi ya?

473 62 12
                                    

Gadis dengan mata biru it uterus berjalan di deras nya hujan, air mata nya tak berhenti dari mata indah nan rapuh nya itu mengalir bersama air hujan yang membasahi wajah nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gadis dengan mata biru it uterus berjalan di deras nya hujan, air mata nya tak berhenti dari mata indah nan rapuh nya itu mengalir bersama air hujan yang membasahi wajah nya.

Antariksha nama gadis itu sedang mengusap bahu nya beberapa kali untuk menghalau rasa dingin walaupun itu sama sekali tidak berpengaruh untuk dia mendapatkan kehangatan.

Rasa nya begitu sakit ketika mengetahui jika selama ini keluarga yang merawat nya dengan penuh kasih sayang ternyata bukan lah keluarga kandung nya.

Lalu dimana keluarganya yang sebenarnya? entah lah Antariksha belum memikirkan hal itu, Ia lebih memikirkan apakah abang-abang nya akan menerima Antariksha sama seperti dulu saat mereka belum mengetahui jika ia bukan lah adik kandung mereka.

“hisk… hisk… abang Asa_ Ana dingin..” rancau Antariksha kala teringat Angkasa.

Abang nya itu pasti akan mengomel jika ia mengetahui Antariksha bermain hujan-hujanan.

Namun apakah Angkasa juga akan melakukan hal yang sama jika ia sudah mengetahui bahwa selama ini adik yang sangat ia sayangi ini bukan lah siapa-siapa nya sebenarnya.

Antariksha tersenyum miris ketika memikirkan hal itu.

“Ana takut abang berubah.” Ucap Antariksha yang masih berjalan entah ia akan kemana, Antariksha hanya ingin terus berjalan saja.

Hingga ia menemukan Halte yang sangat sepi mungkin Halte itu sudah tidak terpakai lagi. Akhirnya Antariksha memutuskan untuk berhenti sejenak karena kaki nya mendadak lemas serta perut nya yang sedari tadi pagi belum terisi membuat Antariksha merasakan sakit karena mag yang melanda.

Tubuh Antariksha bergetar hebat saat angin malam menembus tubuhnya yang basah kuyup itu, Antariksha benar-benar kedinginan karena ia hanya memakai kaos polos dengan lengan sebahu dan juga celana jeans.

Bibirnya begitu pucat dan terus bergetar akibat rasa dingin yang ia rasakan.

“hisk… hisk…”

Hingga Antariksha merasakan kehangatan dari sebuah jaket yang tiba-tiba menyelimuti dirinya, tak hanya itu ada dua tangan yang memeluknya begitu posesif.

Antariksha penasaran dan memutuskan untuk menoleh secara perlahan dan betapa terkejutnya ia saat menoleh berbarengan dengan air mata nya yang luruh dengan deras nya.

“bandel banget sih main hujan-hujanan.”Ucap Angkasa.

“Abang…” lirih Antaariksha.

Angkasa memeluk Antariksha begitu erat, seolah-olah Antariksha akan pergi darinya lagi jika ia melepaskan pelukannya itu barang sedetik pun. Bahkan degupan jantung Angkasa masih sama seperti tadi saat ia khawatir karena ana nya pergi.

“kenapa pergi? Ana gak sayang abang lagi hum?” lirih Angkasa.

“Abang khawatir na.” lirih Angkasa.

HAIDARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang