"Pa, ayo masuk." Ajak Nalla yang kini menyeret kopernya, keluar dari mobil.

Belum sempat Bryan mengeluarkan jawaban. Lia keluar rumah mendekati Nalla. "Sayang..." Ucapnya yang kini memeluk Nalla dengan erat.

Nalla mencoba menahan nyeri dipunggungnya yang masih sakit.

"Mama..." Ucap Nalla sambil ikut memeluk sang Mama dengan erat. Lalu melepaskan pukannya. "Ma, Mama udah sembuhkan?" Tanya Nalla dengan wajah khawatir.

Lia mengangguk sambil tersenyum. Lalu ia baru tersadar bahwa mantan suaminya ada di dalam mobil, membuat Lia kembali berwajah datar.

"Ma, Papa yang nemenin aku...soalnya____"

"Ayo bicara di dalam aja, gak enak sama tetangga." Ajak Lia yang kini memegang koper anaknya lalu mengajak Nalla masuk ke dalam.

"Papa, ayo." Ajak Nalla kepada Papanya yang masih setia didalam mobil.

Mendengar itu, Papanya dengan agak ragu keluar dari mobil dan mengikuti Nalla dan mantan istrinya kedalam rumah.

Didalam rumah, Nalla dibawa kekamar oleh Lia. Setelah meletakan koper, Lia kembali menarik Nalla dalam pelukannya. "Mama kangen sama kamu sayang." Ucap Lia.

"Nalla juga, Ma." Jawab Nalla yang kini ingin menangis.

Perlahan, Lia melepaskan pelukannya dari Nalla, lalu menatap putrinya dengan sayu. "Kemana Alan?" Tanya Lia tiba-tiba.

"A-alan, dia tadi emang mau kesini Ma, ta-tapi dia, hm..."

Lia menunggu Nalla melanjutkan ucapannya, walaupun Lia sudah menebak pasti terjadi hal yang tidak baik-baik saja pada Alan dan Nalla.

"Sudah sayang, gak usah dijelasin." Lia menarik napasnya perlahan, "Sejak Ayah mertua kamu menelpon Mama, dia mengatakan seolah dia menyesal sudah menjodohkan anaknya pada kamu." Ucap Lia yang kini menatap sedih kepada Nalla.

Lia mengelus rambut putrinya dengan lembut. "Padahal Mama sudah mempercayai Misha dan Ardi..."

"Ma, mereka gak salah. Alan kan emang mau ngejar cita-citanya," Nalla mencoba menyembunyikan kesedihannya. "lagian ak-aku gak papa kok." Ucap Nalla yang kini menunduk.

Lia menatap putrinya dengan iba.

"Mama takut."

Nalla menegakkan kepalanya, menatap sang Mama. "Takut kenapa, Ma?" Tanya Nalla.

Lia tidak bisa melihat wajah anaknya yang tampak menyembunyikan kesedihan. Lalu ia mengalihkan dan menatap kearah lain. "Alan itu anak orang kaya, pintar, dan yang pasti kedua orangtuanya sudah menentukan tujuan untuk masa depannya."

Tunggu dulu, sepertinya Nalla de javu. Ia pernah mendengar kata-kata seperti itu. Tapi siapa yang mengatakannya?

"Coba aja mereka semena-mena sama kamu, Mama gak akan tinggal diam. Mama harap kamu kesini untuk liburan sampai Alan selesai ujian, jangan sampai mereka menyuruhmu kesini bermaksud mengusirmu perlahan dari Alan." Ucap Lia dengan menahan emosinya

Ia tak bisa melihat putrinya seperti ini, dipermainkan. Apalagi menyangkut soal pernikahan.

"Mama, udah. Bunda juga baik banget sama aku, dia sayang sama kau Ma, dia gak mungkin jauhin aku sama Alan." Ujar Nalla menyakinkan sang Mama.

"Semoga aja." Jawab Lia sambil mengelus pipi Nalla dengan lembut.

"Oh iya, Ma. Papa____"

"Nalla, kenapa kamu kesini ngajak Papa kamu. Kenapa gak teman-teman kamu atau siapa gitu, Mama gak bisa liat dia disini lama-lama."

NALLAN Where stories live. Discover now