Gibran lalu menatap ke spion, melihat wajah Dinda yang terlihat judes. "Tuh muka bisa senyum gak? Lo kayak mak lampir kalo gue liat dari spion." Ujar Gibran.

"Apa? Gak denger!" Bohong Dinda, padahal ia mendengarnya sebab motor yang ia tumpangi tidak terlalu laju.

Gibran menghela napasnya. "Gak ada."

"Ha? Kenapa?"

Gibran memilih tak menjawabnya lagi.

Cukup jauh perjalanan mereka, hingga Dinda yang baru sadar ini sudah terlalu jauh membuatnya langsung memukul punggung Gibran pelan. "Lo kemana sih? Ngabisin bensin atau gimana? Jauh banget." Keluh Dinda.

"Lo tinggal duduk aja, ribet amat."

Dinda mengecutkan bibirnya kesal.

Tiba-tiba Gibran memperlambat motornya. Menatap kesuatu tempat dan mengerutkan dahinya. Dinda ikut heran terhadap Gibran, cowok itu melihat apa?

"Gib, ngapain sih?" Tanya Dinda bingung.

Gibran memberhentikan motornya ditepi jalan, tepatnya dibawah pohon besar. Sebelah alisnya menaik, menatap satu titik.

Senyum miringnya tercetak jelas.

Dinda yang semakin aneh melihat Gibran tersenyum langsung ikut mengarahkan pandanganya dengan apa yang Gibran lihat.

Alan?

Dinda menatap kaget.

Dan baru ia sadar, bukannya itu adalah rumah Leona? Cewek gila itu. Lalu, mengapa Alan ada disana dan sedang memegang tangan Leona masuk ke dalam mobil.

"Bukannya Alan harus nganterin Nalla pulang ke Bandung hari ini?" Ucap Dinda tiba-tiba.

Gibran menahan kaget, lalu tubuhnya memutar menatap Dinda dibelakangnya. "Maksud lo." Tanya Gibran.

"Iya, hari ini tuh Nalla liburan ke Bandung, kayaknya dia disana bakal lama, sampai Alan selesai ujian Nasional." Jawab Dinda yang matanya masih fokus pada rumah Leona.

Gibran menggeram seketika. Mengapa ia baru tahu hal ini. Nalla juga tidak mengatakan apapun padanya. Bahkan, Dinda. "Lo kenapa gak bilang ke gue kalo Nalla bakal ke Bandung!" Ucap Gibran yang terlihat kesal.

"Lah, kok nyalahin gue? Kan semalem kalian berduaan." Jawab Dinda tak mau kalah.

Gibran terdiam. Ya, ini bukan salah Dinda.

Setidaknya ia melihat hal baru kali ini. Alan dan Leona? Sangat serasi, Gibran kemudian kembali tersenyum. Awal mula yang bagus.

Dinda yang curiga dengan senyuman Gibran langsung memukul bahu cowok itu. "Jangan mikir lo bakal ngerusakin hubungan Nalla sama Alan, gak gak gak...awas lo, gue bakal tandain wajah lo!" Ucap Dinda dengan penuh selidik.

Gibran kembali berwajah datar, lalu berdecak. "Mau sarapan gak?" Tanya Gibran yang kini menyalakan kembali motornya.

"Jangan ngalihin pembicaraan gue, apa maksud lo senyum-senyum kayak tadi, lo mencurigakan Gib!"

"Yakin gak mau sarapan gratis?"

"Gib, jangan____"

"Mau sarapan di warteg gak? Kali-kali makan disana, gue laper ni." Ucap lagi Gibran yang kini menjalankan motornya kembali.

"Mauuuu." Jawab Dinda dengan semangat.

_________________


Setelah lama perjalanan dengan Papanya. Nalla sudah sampai di Bandung. Jam menunjukan pukul 11 siang. Ya, sebelum ke Bandung Nalla sempat mampir ke Mall dan berbelanja. Papanya yang mengajak sekaligus membeli beberapa barang untuk mantan istrinya.

NALLAN Where stories live. Discover now