Rava kembali berwajah datar. "Gak bisa."

Tuh kan!

"Kenapa gak bisa? Kan gue udah bilang, kita ngedete aja dulu. Kalo lo emang gak suka sama gue, mulai besok gue bakal jauhin lo kok, janji!"

Rava terlihat bingung ingin mengatakan apa. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan cepat, Rava segera mengangkatnya.

"Halo.."

"....."

"Iya, Aku pulang."

"....."

"Iya."

"....."

"Tunggu aku, Ma. Jangan jalan sendiri, nanti jatuh."

Dinda mencoba menajamkan pendengarannya. Ada apa dengan Mama Rava?

"Iya, aku otw."

Rava lalu mematikan ponselnya. Kemudian, ia pergi meninggalkan Dinda yang kini mengatupkan mulutnya.

Sakit memang di tinggal tanpa kejelasan.

Dinda meneteskan airmatanya.

Tanpa disangkah, Rava yang baru beberapa melangkah langsung berbalik, menatap Dinda.

"Nanti malem gue hubungi." Ucap Rava yang setelah itu kembali berbalik, melanjutkan langkahnya yang terhenti tadi.

Bunga-bunga setika bermekaran. Begitupun dengan hati Dinda saat ini. Pipi cewek itu merona.

"AKHIRNYA, OKE MULAI SEKARANG GUE BAKAL BANYAK BELAJAR GIMANA CARANYA JADI ISTRI YANG BAIK UNTUK ANAK-ANAK KITA KELAK..." Teriak Dinda kepada Rava. Entah cowok itu mendengarnya atau tidak, yang pasti mood Dinda kembali membaik saat ini.

Setelah dilihat Rava sudah pergi jauh dengan motornya. Dinda mendadak senyum-senyum sendiri. Lalu membayangkan baju apa yang akan ia kenakan nanti malam.

Lalu ia segera berbalik dan menahan kagetnya.

"Bisa gak sih kalian jangan bikin gue spot jantung!" Gertak Dinda kesal. Bagaimana tidak, Nalla dan Gibran kini baru saja datang dan berdiri dibelakangnya dengan wajah malas mereka.

"Udah halunya? Pulang ya." Ucap Nalla sambil menarik tangan Dinda menuju parkiran.

Di susul dengan Gibran dibelakang mereka.

"Kerasukan lo Din? Cita-cita lo mau jadi Istri siapa emang? Gue denger tadi didalem lo teriak-teriak gak jelas." Ucap Gibran.

"Dih, kepo lo. Yang pasti bukan jadi Istri lo, enak aja!" Cercah Dinda.

Gibran bergidik ngeri. "Amit-amit dah gue punya Istri kek modelan elo, yang ada anak gue depresi liat emaknya gak jelas."

Dinda mendekati Gibran dan segera menyikut perut cowok itu.

Gibran meringis. "Sakit bego!"

"Lo pikir gue takut sama lo? Udah bohongin gue, katanya mau kasih gue makan, dan lo malah traktir Nalla, benarkan Nal?" Tanya Dinda memastikan.

NALLAN Donde viven las historias. Descúbrelo ahora