"Ya gak lah, gila aja sih. KDRT itu namanya."

Nalla mencebikan bibirnya, "Sejak kapan gue nikah sama lo? Mimpi kali."

"Nanti juga kejadian, tunggu aja."

Sontak Nalla berdiri dengan wajah penuh emosi. "Udah lah Gib, gue gak suka bercandaan lo."

"Nal, gue gak bermaksud." Gibran ikut berdiri lalu memegang tangan Nalla yang hendak pergi. "Duduk dulu bentar ya, mau pesan apa? Gue traktir deh." Ucap Gibran.

Sementara Dinda, ia bisa melihat Gibran dan Nalla di dalam sana asik bercengkrama seperti sepasang kekasih membuat Dinda jengah melihatnya. Padahal ia ingin segera meninggalkan tempat ini, namun Gibran adalah ojeknya khusus hari ini. Mana mau Dinda membuang uangnya untuk memesan gojek lain. Kalau ada yang gratis, kenapa harus bayar? Ya gak?

Baru saja Dinda membalikan tubuhnya menghadap ke jalanan raya, matanya melebar ketika melihat seorang cowok yang memakai hoodie hitam, rambut acak-acakan, serta baru turun dari motornya kini berjalan menuju ke Cafe.

Kaki Dinda mendadak gemetar.

"Ini, ini bukan mimpikan? Ra-rava?"

Dinda segera berdiri, berniat akan menegur Rava ketika cowok itu melewatinya.

"Ganteng banget jodoh orang." Ucap Dinda yang kini mempersiapkan dirinya untuk menegur Rava yang sebentar lagi akan melewati dirinya.

1...

2...

3...

"Hai, Rava."

"..."

Rava melewati dirinya.

Cewek secantik ini dianggurin? fix, Rava katarak!

Dinda meringis sedih, lalu detik berikutnya ia segera menghadang pintu agar Rava tidak masuk kedalam Cafe tersebut.

"Va, va. Bentar. G-gue mau ngomong sama lo." Ucap Dinda berusaha percaya diri.

Rava menatapnya datar, lalu segera mengecek jam di tangan kirinya. "Apa?" Tanya Rava dengan wajah cueknya.

"Anu, itu hm...gue..." Gawat, Dinda mendadak lupa dengan kata yang ingin ia ucapkan.

Rava menaikan sebelah alisnya.

"Gini, gue hm anu, itu...hm..."

Rava memejamkan matanya sebentar, lalu menatap Dinda kesal. "Minggir!" Perintahnya kepada Dinda yang kini menghadangnya pada pintu Cafe.

Dinda tidak bergerak, ia malah salah fokus dengan wajah Rava yang semakin hari semakin membuatnya...terpesona.

"Ayo ngedate nanti malam." Ucap Dinda lantang, akhirnya perkataan itu keluar dari mulutnya.

Rava mengerutkan dahinya.

"Gue suka sama lo."

Rava menahan kagetnya.

"Plis, kalo nanti malam lo gak ada rasa apa-apa ke gue, lo bisa tolak. Intinya nanti malam kita harus ngedate...ya..." Ucap Dinda dengan serius, kali ini ia menatap Rava sesekali. Ia takut Rava akan menolaknya.

NALLAN Where stories live. Discover now