Jawab Nalla pada chatnya dengan Dinda. Ya, sekarang entah kenapa ia menjadi emosi mengingat nama Gibran.

Dinda : Nal, sini deh. Ni ank ngelunjak kalo lo ga dateng, otaknya rada dewasa ni, malah gw berdua doang ama dia!

Nalla melototkan matanya, jangan sampai Gibran menganggu sahabatnya hanya karena dirinya.

Otw!

Setelah membalas pesan itu, buru-buru Nalla segera siap-siap. Mengambil cardigan, memakai makeup tipis, serta membawa slingbag tosca miliknya.

Alan sempat menghentikan sebentar kegiatannya, lalu ujung ekor matanya menatap Nalla diam-diam.

Namun, Alan enggan untuk bertanya.

Nalla keluar kamar tanpa pamit kepada Alan. Ya, mereka berdua seperti anak kecil yang saling menyalahkan.

Alan kembali fokus pada aktivitasnya, namun dalam pikirannya ia mendadak gelisah.

________________

Nalla pergi menggunakan Gocar. Setelah sampai ditempat tujuan, ia segera berjalan masuk kedalam Cafe tersebut. Benar saja, Cafe itu tampak sepi, padahal ini masih siang hari. Hanya ada beberapa pengunjung didalam sana.

Matanya fokus menatap kepenjuru arah. Tepat  disudut ruangan, ia melihat Dinda dan Gibran sedang berdebat, buru-buru Nalla mendekati dua orang itu.

"Kalian kenapa sih? Gak malu ntar kalo sampe ada yang liat, ini tu tempat umum, udah deh jangan kayak anak kecil." Tuding Nalla sambil duduk diantara keduanya.

"Dia yang salah..." Tunjuk Dinda pada wajah Gibran yang kini menatap cewek itu kesal. "Masa gue mau pesen makanan dia ngelarang gue, terus bilangnya abis kalian selesai bicara baru gue boleh pesen, emang dia nih egois banget deh sumpah!" Ucap Dinda sambil bergidik kesal.

"Udah bacotnya tuan putri? Keluar dulu sebentar ya, duduk disono tuh." Tunjuk Gibran pada kursi yang ada diluar Cafe, membuat mata Dinda melotot.

"Bentaran doang. Ada hal penting yang harus gue omongin sama Nalla." Ujar lagi Gibran dengan nada lembutnya.

Dinda berdecak kesal, lalu ia segera keluar Cafe sambil menghentakan kakinya seperti anak kecil.

Nalla ikut berdecak sambil menatap Gibran malas. "Jangan kasar-kasar sama Dinda, bisa?" Tekan Nalla.

"Gue gak pernah kasar sama dia. Tenang, entar juga dia balik lagi kek biasa. Tuh anak emang kayak anak kecil."

"Gib, udah ya. Sebenarnya lo nyuruh gue kesini untuk apa?" Tanya Nalla kesal.

Gibran meletakan kedua tangannya diatas meja, kini pandangannya lurus menatap Nalla. "Maaf udah buat lo emosi kemarin, gue gak mau musuhan lagi sama lo, Nal." Ucap Gibran.

Nalla terdiam beberapa saat. Lalu ia menghela napasnya. "Iya gue maafin, gue juga minta maaf soal nampar lo kemarin, gue gak sengaja."

"Santai aja, gak seberapa tamparan lo, sakit juga enggak."

"Oh, mau gue tampar lagi?"

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang