Black Military

By uwakiya

33K 5.7K 573

Daemon adalah sebutan bagi monster bermacam bentuk yang menyerang negara Avalon. Dan Black Milliter merupakan... More

Disclaimer
1. Tawaran satu millyar
2. Negara Avalon
4. Hari pertama menjadi murid
5. Sang Penindas
6. Korban Selanjutnya
8. Serangan Pertama
9. Leon Hassel
10. Meledeknya
11. Melawan (A)
12. Melawan (B)
13. Akhirnya ketemu
14. Penindasan yang sebenarnya (A)
15.Penindasan yang sebenarnya (B)
16. Penindasan yang sebenarnya (C)
17. Pria dengan wajah berbalut perban
18. Perlengkapan Ribel News
20. Siapa yang bertahan? (A)
21. Siapa yang bertahan? (B)
22. Mengatasi Leon
23. Daemon mulai tersebar
24. Trauma
25. Sherly, Maria, Sabin
26. Di Perpustakaan
27. Melalui rintangan
28. Datangnya Jenderal Aiden
29. Aiden dan Sherly (Flasback)
30. Bersembunyi (A)
31. Bersembunyi (B)
32. Bersembunyi (C)
33. Maxwel dan Maria (Ruang Perawatan)
34. Ujian Perburuan (A)
35. Ujian Perburuan (B)
36. Ujian Perburuan (C)
37. Daemon tingkat tinggi (A)
38. Daemon tingkat tinggi (B)
39. Zavier Asmonac
40. Tiger
42. Mantan Kekasih
43. Pembunuh (A)
43. Pembunuh (B)
44. Pembunuh (C)
45. Ujian The Duel (A)
46. Ujian The Duel (B)
47. Pembagian Duel
48. Sudah menerka
49. Siapa atau Apa?
50. Pertemuan Markus
51. Persiapan menuju Duel (A)
52. Persiapan menuju Duel (B)
53. Side Story Leon
54. The Duel dimulai
55. Sabin vS Jovan (A)
56. Sabin Vs Jovan (B)
57. Cecil Vs Robin (A)
58. Cecil Vs Robin (B)
59. Secret
60. Berkabung
61. Sebelum pemakamam
62. Maria dan Maxwell (A)
62. Maria dan Maxwell (B)
63. Maxwell dan Maria (C)
64. Grey D Jock
65. Mengejutkan
66. Kecurigaan Aiden
67. Maxwell Vs Grey (A)
68. Maxwell Vs Grey (B)
69. Maxwell Vs Grey (C)
70. Masih Flasback
71. Maxwell POV (Flasback)
72. Maria dan Maxwell (Masih Flasback)
62. Flasback selesai

19. Maria Wenberg

219 52 3
By uwakiya

Ruangan itu gelap. Mengirimkan nuansa kelam dan sunyi di sana. Namun ketika lampu di ruangan itu dinyalakan, suara gemuruh, geraman, erangan, riuh maupun suara desisan seketika terdengar.


Puluhan Daemon berbagai jenis terkurung di sana. Sepasang kaki tampak melangkah mendekati para Daemon yang terkurung. Daemon - daemon itu tentunya saling mengeram, mendesis, menabrakkan tubuh mereka ke dalam kandang berharap bisa menghancurkan penjara itu. Namun tentu saja semua akan berakhir sia - sia lantaran selain kurungan itu terbuat dari besi berkualitas tinggi, kurungan itu juga dilapisi oleh kekuatan pelindung. Kekuatan yang membuat energi para Daemon itu melemah, dan apabila para daemon itu memaksa untuk tetap menghancurkan kurungan besi itu~ sebuah penghalang tak kasat mata seperti aliran listrik seketika menyala dan melumpuhkan Daemon itu membuat mereka serasa seperti tersengat.


Langkah laki - laki itu lalu terhenti kepada kurungan yang lebih kecil. Leon diam sejenak seolah menimang - nimang sesuatu. Lalu beberapa detik kemudian setelah dirinya membulatkan tekad, Leon mengambil kurungan itu dan meninggalkan ruangan tersebut. Hanya dari jentikkan jarinya lampu yang menerangi ruangan itu sontak kembali redup.


"Leon, apa kau yakin soal ini?" Sebastian yang sedari tadi menunggu di depan pintu mengikuti temannya. Dia melirik dua ekor Daemon berukuran sebesar kelinci dengan bulu - bulu lebat berwarna merah jambu, bermata satu tanpa hidung. Daemon itu mentapanya, namun hanya terdiam sembari menggulung tubuhnya bagai kucing yang tengah tertidur.


"Aku yakin." jawab Leon. Pria itu lalu meloncat keluar dari ruangan kakeknya kemudian meloncat lagi menuju atap - atap ruangan. Pria itu lalu berhenti di atas atap gedung sekolah, "Aku harus segera mungkin menyingkirkan anak itu dari sekolah ini." Leon mengangkat kandang Daemon itu, "Teror untuk anak yang bebal." Jeda sejenak sudut bibrinya terangkat, "Lagipula ini Daemon tingkat rendah. Tidak akan membuatnya mati." Imbuhnya. Leon kemudian membuka kurungan tersebut lalu melempar Daemon itu keluar mengarahkannya ke tempat yang dimaksud.


Sebastian yang melihat itu hanya menggelengkan kepala tak habis pikir, tetapi ia mengukir senyum, "Kau benar - benar jahat Leon."


"Ya, aku mengakui itu."


"Kau tahu bukan, aku benar - benar membenci orang lemah." Imbuh Leon dengan mata birunya yang berkilattenang menatap kedua Daemon itu melesat ke asrama wanita. Tepatnya ke kamar targetnya berada.


***


BRAKKKKK


BRAKKKKK


Sherly membatu. Tubuhnya kaku. Dia menggertakkan giginya sembari meremat ujung pakaiannya menatap was - was ke arah jendela.


Sesuatu berusaha menerobos masuk ke kamarnya.


BRAKKKKK...


BRAKKKKKK...


Seiring hantaman demi hantaman terdengar, seiring pula degup jantungnya yang berdetak semakin kencang. Apalagi kini cahaya merah itu tampak berpendar semakin terang dan juga jendelanya sudah mulai retak.


Yang awalnya kecil, kini menjadi retakan besar lalu lama kelamaan jebol.


Sherly menatap was - was dengan mata melotot. Sesuatu bergerak - gerak di sana. Dan manik kelamnya semakin melebar kala jendelanya sudah benar - benar jebol kemudian sebuah kepala menyembul di sana.


Sebuah kepala dengan satu mata merah menyala sebesar bola bekel menyorot ke arahnya. Lalu sedetik kemudian suara jeritan kaget sontak terdengar membuatnya juga ikut berjingkat kaget.


ARRRRRRGGGGHHH.....


DAEMOONNNN.....


Sherly seketika berlari membuka pintunya saat mendengar suara Sabin yang menjerit ketakutan. Gadis itu ternyata yang sedari tadi mengetuk - ngetuk pintunya. Sabin terlihat pucat dan ketakutan, wanita itu segera masuk begitu Sherly membuka pintu kamarnya. Di belakang Sabin, dia bisa melihat seekor Daemon bermata merah juga tampak mengejar Sabin.


Sabin langsung menutup pintu kamar Sherly. Dengan nafas terengah - engah dan keringat bercucuran, ia berusaha mencari perlindungan di tempat ini. Satu - satunya kamar yang dia ketahui dapat memberinya keamanan. Tetapi sosok yang menepati kamar ini hanya terdiam, seperti membeku tak bisa berkata - kata.


"Ce.... Cecil?"


Panggilan itu menyentakknya. Sherly mengerjap. Tetapi dia masih diam, hanya menoleh berusaha menunjukkan sesuatu dengan isyarat.


Sabin mengikuti pandangan Sherly. Matanya melebar dan jantungnya yang sempat berjalan normal kini kembali menegang.


Di sana~ di jendela kamar temannya, ternyata juga ada seekor Daemon bermata merah menyala berdiri menatap mereka. Sabin menelan ludah. Tak menyangka bahwa di kamar temannya, juga terdapat Daemon.


Kini jantung Sabin nyaris meloncat keluar kala Daemon yang tadi mengejarnya kini berusaha mendobrak pintu kamar ini.


Mereka terpojok sekarang. Jika keluar, ada Daemon menunggu di depan pintu. Sementara di kamar ini ada Daemon juga.


Darah seketika surut dari wajah mereka berdua. Daemon yang sudah berada di dalam kamar itu kini bergerak, membuka mulutnya lebar menunjukkan gigi taringnya. Matanya kian menyala merah, dia kemudian meloncat menuju ke arah Sherly dan Sabin.


Sial.


Sabin menjerit. Sherly segera menarik Sabin begitu si Daemon itu melesat ke arahnya. Menghindari Daemon menangkap mereka.


Ini gila.


Daemon itu meloncat - loncat dengan gesit. Berusaha menangkap dua orang di kamar itu. Sherly lalu melemparkan apapun benda yang ada di kamarnya, menghalangi Daemon menangkap mereka.


Loncat. Loncat.


Daemon itu melompat ke atas dinding lalu ke lantai kemudian melesat seperti bola yang disundulkan ke arah mereka.


Sherly dan Sabin tentunya tak bisa menghindari lagi. Apalagi demi Tuhan, demi Dewa , demi Neptutus dan demi apapun itu, salah satu Daemon yang berada di luar pintu tadi~ kini secara mengejutkan telah masuk melalui jendelanya yang jebol.


Astaga! Astaga, astaga.


Mereka tak sempat keluar pintu. Sialnya meski meraka sudah berteriak ketakutan, tak ada satupun anak di asrama ini yang berniat menolong. Alhasil Sherly segera menarik Sabin ke kamar mandi dan menguncinya rapat.


Dua Daemon itu kini berusaha mendobrak pintu kamar mandinya.


Ya Tuhan!!!


Nafas Sherly terengah. Pun dengan Sabin yang sudah tak bisa berkata - kata dengan keringat dingin bercucuran dan wajah yang sepucat mayat. Anak itu tampak gemetar ketakutan.


Wah, wah... seorang Sabin yang sudah lama menjadi siswi di akademi ini saja bisa sampai gemetar ketakutan saat melihat Daemon. Dan sayang sekali Sabin tidak memiliki kekuatan untuk memukul mundur dua Daemon itu.


Dua Daemon yang anehnya hanya berada di sini. Seolah sengaja mengejar mereka.


Otak Sherly seketika bekerja cepat. Langsung bisa menarik kesimpulan bahwa Daemon itu mungkin saja kiriman dari Leon Hassel si bocah tengik bajingan itu.


Anak itu benar - benar.


Sherly menggertakkan giginya. Merasa kasihan kepada Sabin yang juga ikut diteror karena dekat dengan dirinya. Dan sekarang di malam - malam yang seharusnya mereka beristirahat dengan tidur nyenyak, malah harus berlari - larian menghindari Daemon itu.


Anak - anak di sini berusaha membunuhnya. Heh.


Kalau begini dia harus......


Jantung Sherly nyaris melompat dari tempatnya saat dua Daemon itu dengan kuatnya mendobrak pintu kamar mandinya. Pintu yang terbuat dari alumunium itu tampak menggelembung bekas hantaman si Daemon. Sabin yang sedari tadi duduk memeluk dirinya sendiri refleks kembali menjerit ketakutan. Jika begini sebentar lagi pintu ini benar - benar dapat dijebol.


Daemon ini walaupun kecil tetapi ternyata sangat kuat.


BRAAKKKKK.


Pintu alumunium itu bertambah semakin menggelembung dan kini retakan mulai tampak di sana.


BRAKKKKKKK.


Retakan itu kian membesar.


"Ohh, astaga, astaga. Aku aka mati, aku akan mati." Sabin bergumam takut. Manik hijaunya berkaca - kaca, "Ibu. Aku akan mati, aku akan mati."


"Tidak, kita tak akan mati." Sahut Sherly melirik Sabin yang sudah merengek ketakutan.


BRAKKKKKK.


"Ayah, ibu. Maafkan aku!"


BRAKKKKKKK.


"WHUAAAAAAAAA!" Sabin kini menangis kencang hingga air matanya nyaris seperti hujan saat Daemon itu berhasil merusak pintu.


Dan ketika dua Daemon itu hendak masuk, tiba - tiba sebuah cahaya hijau berbentuk seperti cemeti melesat ke arah Daemon lalu menarik keduanya mundur. Daemon itu dilempar jatuh hingga suara hantaman serta pekikan kesakitan makhluk itu terdengar.


Sherly tercengang. Sementara sabin juga terkesiap dengan apa yang terjadi. Hati - hati keduanya keluar dari kamar mandi itu untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya. Dan netra keduanya melebar kala di depan mereka berdiri seorang wanita berambut panjang memegang cemeti berwarna hijau yang mengalir seperti petir membelit kedua Daemon yang kini sudah tersungkur di lantai.


Wanita adalah....


Maria Wenberg.


***


"Tidak apa - apa. Ini Daemon tingkat rendah. Mereka tidak bisa membunuh." Ujar Maria. Wanita itu berlutut memegangi para Daemon yang tampak mengerut ketakutan. "Hanya saja mereka mengigit." Maria lalu mengambil suatu benda berukuran kecil seperti botol yang ada di tas kecil yang ia lilitkan ke sabuknya.


Dia melepaskan cemeti yang melilit kedua Daemon itu dan sedetik kemudian cemeti itu menghilang ke dalam tangannya. Maria lalu membuka penutup botol itu lalu menggumamkan mantera dan salam sekejap kedua Daemon itu terserap masuk ke dalam botol.


Ini adalah botol pengurung Daemon.


Sabin dan Sherly sontak menghela nafas lega. Kejadian mencekam beberapa saat lalu akhirnya telah terlewati.


"Wah beruntung sekali." Seseorang di luar sana tiba - tiba berseru.


Ketiga wanita itu menoleh dan mendapati Leon yang sudah bertengger di balkon jendela kamar Sherly. Pria itu terkekeh, "Padahal aku belum terlalu menikmati pertunjukan ini."


"Bocah brengsek, kau benar - benar ingin membunuhku ya?" Desis Sherly menatap wajah kurang ajar si Leon Hassel.


Tebakannya benar kan, bahwa Daemon itu memang sengaja dikirimkan untuk membuatnya ketakutan. Sungguh terlalu.


"Bocah?" Sebelah alis Leon terangkat. Dia menatap Sherly mengejek, "Ku rasa yang harusnya disebut bocah itu kau! Pendek." Tatapan Leon kini berubah serius, matanya menyimpit tajam, "Dan jika kau tidak ingin terbunuh, lebih baik keluar dari sini. Mataku sakit melihat manusia lemah."



Hah?


Anak ini benar - benar! Sherly ingin sekali mencakar wajah tengil itu.


"Kau benar - benar sudah keterlaluan Leon." Maria menyahut. Kali ini Leon menggunakan Daemon untuk menakut - nakuti murid baru. Benar - benar hal pertama sepanjang cara Leon merisak seseorang.


"Aku tak pernah berpikir itu keterlaluan." Leon menjawab enteng. Melirik Maria sejenak lalu kembali menatap Sherly, "Apapun akan ku lakukan untuk mengeluarkan orang - orang yang tak pantas berada di sini."


"Beban." Desisnya. Netra savier Leon menyimpit, "Hanya bertemu Daemon rendah saja sudah seperti mau mati."


"Dengar Cecil August! Ini peringatan terakhir, jika kau tidak segera pergi dari sini, ku jamin ke depannya hidupmu akan seperti di neraka."


Sherly terdiam. Leon benar - benar serius akan ancamannya.


"Karna aku baik, ku beri waktu dua hari untuk berpikir."


Sherly masih terdiam. Tangannya terkepal.


"Keluar atau ~."


"Aku tidak membutuhkan dua hari untuk berpikir." Jawab Sherly seketika memotong ucapan Leon. Wanita itu mendongak, menatap lurus mata biru Leon.


"Karena jawabanku~." Jeda sejenak Sherly maju satu langkah. Tatapannya tampak serius saat berucap, "Aku tidak akan pernah keluar dari sini, Leon Hassel."


"Tidak karena kau menyuruhku." Sherly dengan berani berucap, "Dan bullyan apapun yang kau lakukan padaku, aku akan tetap bertahan."


"Apapun itu. Hanya menindasku. Tidak orang lain." Yang Sherly maksud ialah Sabin.


Leon tidak boleh melibatkan orang lain. Begitupun dirinya.


"Hanya aku dan aku tidak akan meminta bantuan pada siapapun." Imbuh Sherly dengan berani, "Silahkan kau menindasku dengan caramu, sampai aku benar - benar bosan dan sampai kau juga telah bosan menindasku, Leon Hassel."


"Akan ku tunjukkan bagaimana orang yang kalian pikir lemah ini ternyata sangat tangguh." Imbuh Sherly.


Leon diam sejenak. Lalu sedetik kemudian sudut bibirnya terangkat, "Terlalu percaya diri dan telalu keras kepala." Dia kemudian berdiri, manik birunya berkilat, "Baiklah, aku menantikannya."


"Dalam dua hari, kau akan menyesal dengan kata - katamu." Imbuhnya. Pria itu kemudian melesat pergi dari kamar itu.


Sementara Sherly seketika merosot lemas. Dia tadi dengan sok beraninya menatang laki - laki itu segala. Ohh,, ya ampun. Padahal dirinya benar - benar tidak mau terlibat masalah lebih jauh lagi. Namun tidak apa - apa. Semua ini ia lakukan demi anak di sebelahnya ini.


Sabin tidak harus menjadi target bully Leon lagi hanya karena dekat dengannya. Gadis ini harus aman dan bisa belajar dengan nyaman.


"Ce... Cecil, apa yang kau lakukan tadi? Kau benar - benar sudah gila?"


Sherly tersenyum. Dia mendekati Sabin, "Tidak apa - apa. Jangan khawatir! Aku memiliki mental baja. Hehe."


"Ku rasa dengan ini mereka tidak akan menargetkanmu lagi, Sabin." Tambahnya. Sabin hanya mendongak menatap Sherly dengan ekspresi sulit.


Sementara Maria yang sedari tadi menyimak. Kini menatap Sherly seolah tengah menilai.


Anak baru ini memang cukup berani menantang Leon seperti itu. Apakah mental gadis itu benar - benar kuat?


"Ahh, Maria. Akhirnya kau kembali." Sabin memecah suasana. Perempuan itu berdiri dan memeluk sahabatnya, "Kau kemana saja? Dan terimakasih Maria, kau datang di saat waktu yang tepat."


Maria hanya tersenyum. Gadis bersurai panjang itu balas memeluk Sabin, "Aku hanya rindu rumahku saja." Jawabnya.


Sabin menganngguk. Dia pun menoleh kepada Sherly, "Ohh, iya. Kalian belum berkenalan ya!" Dia menggeret Maria ke hadapan Sherly, "Nah Cecil, ini teman sekamarmu, namanya Maria. Akhirnya kita bertiga berjumpa."


Sherly tersenyum. Dia kemudian mengulurkan tangan mencoba menjadi akrab dengan teman sekamarnya yang baru ia temui, "Aku Cecil August, senang bisa berjumpa denganmu. Dan terimakasih untuk yang tadi."


Maria mengangguk, balas menerima uluran tangan Sherly, "Aku Maria.


Maria yang ia lihat di foto, ternyata secara kenyataannya jauih lebih cantik. Hanya saja, gadis yang ia lihat tampak anggun dan lembut saat di foto, kini terlihat seperti perempuan yang dingin dan tak punya perasaan.


****





Continue Reading

You'll Also Like

1M 86K 42
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
165K 14.9K 17
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
385K 26.1K 25
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...
195K 2.1K 10
Bxb area! Boypussy area! yang ga suka homophohic dan sebagainya bisa skip cerita gua ya. Enjoy ur reading!