Black Military

Bởi uwakiya

32.9K 5.6K 572

Daemon adalah sebutan bagi monster bermacam bentuk yang menyerang negara Avalon. Dan Black Milliter merupakan... Xem Thêm

Disclaimer
1. Tawaran satu millyar
2. Negara Avalon
4. Hari pertama menjadi murid
5. Sang Penindas
6. Korban Selanjutnya
9. Leon Hassel
10. Meledeknya
11. Melawan (A)
12. Melawan (B)
13. Akhirnya ketemu
14. Penindasan yang sebenarnya (A)
15.Penindasan yang sebenarnya (B)
16. Penindasan yang sebenarnya (C)
17. Pria dengan wajah berbalut perban
18. Perlengkapan Ribel News
19. Maria Wenberg
20. Siapa yang bertahan? (A)
21. Siapa yang bertahan? (B)
22. Mengatasi Leon
23. Daemon mulai tersebar
24. Trauma
25. Sherly, Maria, Sabin
26. Di Perpustakaan
27. Melalui rintangan
28. Datangnya Jenderal Aiden
29. Aiden dan Sherly (Flasback)
30. Bersembunyi (A)
31. Bersembunyi (B)
32. Bersembunyi (C)
33. Maxwel dan Maria (Ruang Perawatan)
34. Ujian Perburuan (A)
35. Ujian Perburuan (B)
36. Ujian Perburuan (C)
37. Daemon tingkat tinggi (A)
38. Daemon tingkat tinggi (B)
39. Zavier Asmonac
40. Tiger
42. Mantan Kekasih
43. Pembunuh (A)
43. Pembunuh (B)
44. Pembunuh (C)
45. Ujian The Duel (A)
46. Ujian The Duel (B)
47. Pembagian Duel
48. Sudah menerka
49. Siapa atau Apa?
50. Pertemuan Markus
51. Persiapan menuju Duel (A)
52. Persiapan menuju Duel (B)
53. Side Story Leon
54. The Duel dimulai
55. Sabin vS Jovan (A)
56. Sabin Vs Jovan (B)
57. Cecil Vs Robin (A)
58. Cecil Vs Robin (B)
59. Secret
60. Berkabung
61. Sebelum pemakamam
62. Maria dan Maxwell (A)
62. Maria dan Maxwell (B)
63. Maxwell dan Maria (C)
64. Grey D Jock
65. Mengejutkan
66. Kecurigaan Aiden
67. Maxwell Vs Grey (A)
68. Maxwell Vs Grey (B)
69. Maxwell Vs Grey (C)
70. Masih Flasback
71. Maxwell POV (Flasback)
72. Maria dan Maxwell (Masih Flasback)
62. Flasback selesai

8. Serangan Pertama

1.1K 184 19
Bởi uwakiya

Byurrr!!!

Sebuah ember berisi air tiba - tiba meluncur jatuh begitu dirinya membuka pintu kelas. Perempuan yang baru saja mengisi perutnya di kantin sekolah sontak terbelalak terkejut ketika air meluncur jatuh mengguyur tubuhnya mulai dari ujung rambut sampai kaki.

Semua basah.

Sherly kuyup. Rambutnya yang sudah lurus kini menjadi semakin lurus karena lepek. Seragam sekolahnya pun menjadi mengerut seolah tengah mengecil. Tetesan - tetesan air yang menempel di pakaiannya jatuh membasahi lantai.

Suara tawa terdengar. Sebagian besar siswa - siswi tampak terhibur dengan apa yang terjadi. Beberapa ada yang mengabadikannya dengan ponsel, namun beberapa juga ada yang hanya diam. Memilih memalingkan wajah atau tertidur acuh tak acuh.

Ini benar - benar menyebalkan.

Sherly menipiskan bibir. Meremat kedua tangannya kesal. Sabin di belakangnya hanya terdiam dengan mata melebar juga sangat terkejut dengan peristiwa yang baru saja terjadi.

Tidak menyangka bahwa aksi penindasan ini akan terjadi begitu cepat. Kelereng hijaunya bergulir, menatap punggung teman barunya yang gemetar. Anak baru ini pasti sangat syock dan ketakutan sekarang, sama seperti dirinya dahulu kala.

Sabin hati - hati mendekat. Mengulurkan tangan menyentuh bahu Sherly, "Ce... Cecil, kau tidak apa - apa?" Bisiknya. Tentu saja dia sangat tahu bahwa gadis itu sedang tidak baik - baik saja sekarang. Tetapi entah kenapa dengan bodohnya dia tetap menanyakan hal itu.

Dia tidak tahu harus bereaksi apa lagi.

Sementara itu, Sherly yang dengan kondisi basah dan menjadi tontonan itu hanya terdiam. Manik kelamnya lalu bergulir menatap laki - laki yang duduk di kursi paling akhir tepat di pojokan. Lelaki itu hanya terdiam menenggelamkan wajahnya ke dalam jaket hitam yang ditutup sampai ke leher. Matanya terpejam tampak tak menggubris kehebohan apapun yang terjadi di dalam kelas ini.

Tanpa kata, Sherly kemudian mendekat ke arahnya. Setengah menggebrak meja dia berucap, "Hey kau ~ ketua kelas. Mengapa kau hanya diam ketika di dalam kelasmu terjadi penindasan? Tidakkah seharusnya kau melerai semua ini?"

Maxwell perlahan membuka mata. Dia hanya menatap Sherly tanpa sepatah kata yang muncul di bibirnya. Lelaki itu kemudian dengan acuhnya kembali tidur.

"Hey kau!" Sherly geregetan, "Aku sedang bicara padamu, bocah?"

"Su... Sudah Cecil, lebih baik bersihkan dirimu sekarang!" Ujar Sabin yang menarik lengan Sherly agar gadis itu menjauh. Maxwell tidak terlibat dengan semua ini.

Ck.

Sherly menghiraukan Sabin. Perempuan itu masih menatap Maxwell menuntut jawaban dan pertanggung jawaban. Bagaimanapun sosok di depannya ini adalah ketua kelas. Itu berarti dia adalah pemimpin di sini, yang bertanggung jawab di kelas ini. Segala apapun tindakan berlebih teman - temannya, setidaknya dia menegur mereka. Bagaimana bisa seseorang dengan terang - terangan meletakkan sebuah ember berisi air di atas pintu masuk dan itu dilakukan ke dalam kelas dimana semua anak - anak di sini tentunya bisa melihatnya.

Kenapa tidak ada satupun yang menegur orang yang dengan usilnya meletakkan ember itu? Bahkan si ketua kelas, orang pertama yang dia temui kala dia menginjakkan kaki ke tempat ini. Bahkan kepala sekolah saat itu juga menyuruh Maxwell Fringer untuk membantu dia bukan?

Tetapi lihat apa yang dilakukan bocah itu. Malah tidur seolah tak ada keributan yang terjadi.

Ini benar - benar menyebalkan.

Kening Maxwell mengernyit tak nyaman ketika si anak baru itu masih berada di dekatnya. Mengocehinya panjang lebar. Bahkan mejanya terasa berguncang - guncang saat Sherly menekan meja itu dengan punggung tangannya. Anak - anak yang lainnya pun juga tengah menontonnya.

Huh.

Mata Maxwell kembali terbuka. Dia menatap Sherly, "Saranku segera pindah dari sini!"

Hah?

Sherly ternganga mendengar jawaban itu. Dia tidak bisa berkata - kata lagi. Ternyata benar, seluruh siswa di sini sangat laknat. Benar - benar menyebalkan. Mereka seolah sudah serempak bekerjasama membully orang biasa yang lemah dan tidak memiliki kemampuan sihir.

Sangat sombong, benar - benar kurang ajar.

Heh....

Perlahan sudut bibir Sherly terangkat. Perempuan itu tersenyum kemudian melepaskan kedua tangannya yang menekan meja Maxwell.

"Saranmu sangat bagus." Perempuan itu kemudian mundur. Dia lalu berbalik menatap siswa - siswi yang saat ini menjadikannya tontonan, "Jangan khawatir, aku memang akan keluar dari sini." Manik gelap Sherly kemudian berkilat. Dia berucap sungguh - sungguh, "Tapi tidak sekarang."

Sherly kemudian melangkah. Berhenti sejenak di depan siswa yang dengan santainya memvidiokannya. Dia lalu menunduk. Memeras pakaiannya yang basah, pun dengan rambutnya yang kuyup hingga di setiap perasannya membuat lantai kelas itu basah terkena air.

Para siswa tercengang.

Sherly terus melakukannya dan kini sambil berjalan menciptakan tetesan - tetesan air yang memercik mengotori seluruh lantai. Bukan hanya lantai ruang kelasnya, bahkan di sepanjang lorong - lorong lantai di depan kelas sampai keluar dan menuju asramanya.

Ia tidak peduli jika akan ada orang yang terpeleset karena lantai yang basah bahkan jika itu guru sekalipun.

***

"Ce... Cecil, kau di dalam?" Tanya Sabin. Mengetuk pintu kamar asrama temannya. Setelah kelas selesai, perempuan itu buru - buru ke sini menengok keadaan temannya.

Cecil pasti trauma.

"Ya, masuklah!" Jawab Cecil alias Sherly. Perempuan itu membuka pintu tampak baru bangun dengan piyama kuning bermotif bintang. Wajah Sherly terlihat lesu. Tidak bersemangat.

Sabin menatap prihatin. Temannya itu pasti sangat syock dan tertekan. Pikirnya. Namun kenyataannya, wajah tidak bersemangat Sherly itu lantaran dirinya baru saja tidur pulas namun terpaksa terbangun gara - gara mendengar pintunya diketuk dan suara Sabin terus memanggilnya di seberang.

"Maaf!" Sabin tiba - tiba berucap. Dia menunduk, ekspresinya tampak merasa bersalah, "Maafkan aku Cecil."

Alis Sherly terangkat, "Kenapa kau minta maaf?"

"Karena aku diam saja, tidak bisa membantumu." Jawabnya. Sebagai teman, dirinya benar - benar pengecut dan tak bisa diandalkan.

Sherly memperthatikan kemudian menghela nafas, "Tidak apa - apa Sabin. Aku mengerti." Balasnya. Perempuan itu lalu duduk di ranjang. Kedua tangannya terkepal dengan ekspresi menggebu - gebu, "Aku sungguh tak menyangka bahwa anak - anak Black Militer benar - benar menyebalkan. Tidak ada satupun dari mereka yang baik~" Sherly melirik gadis di sampingnya, "Kecuali kau Sabin."

"Bahkan ketua kelas itu sangat ~."

Sabin seketika menggeleng, "I.. Itu tidak benar Cecil. Tidak semua anak - anak Black Militer seperti itu. Ada anak - anak yang baik juga." Gadis itu tiidak setuju.

"Termasuk Maxwell." Imbuhnya yang sontak membuat Sherly mencibir dalam hati.

Dia membela laki - laki itu karena sangat memujanya.

"Dia baik." Kata Sabin. Ia kembali menunduk, kali ini wajah ceria yang selalu ia tampilkan telah surut. Sherly menyadari perubahan diri Sabin sejak perempuan berambut merah itu datang menghadang.

"Kau mungkin kecewa padaku. Aku bukanlah siswa yang kuat di sini." Sabin mulai bercerita.

Ya, Sherly memang berpikir sejak pertama kali anak ini datang lalu menyapanya kemudian mengajaknya berteman, ia pikir Sabin gadis yang periang itu pastilah memiliki banyak teman dan dia pasti sangat hebat. Namun tak disangka dia keliru, remaja di depannya ini hanya memiliki beberapa teman dan cenderung menunjukkan sikap periangnya yang ekstream hanya pada dirinya ~ siswi baru di sini.

"Aku dulu juga salah satu murid baru di sini Cecil. Sama sepertimu, aku dulu juga mendapat penindasan." Tangan Sabin tanpa sadar meremas roknya mengingat kejadian dahulu kala.

"Aku berasal dari Distrik 2, dan aku memang memiliki kemampuan sihir. Tetapi sihirku sangat lemah, orangtuaku memaksaku masuk ke tempat ini. Mereka menggelontorkan banyak uang agar aku bisa menjadi bagian dari Black Militer. Agar keluargaku bisa dihormati lagi." Sabin menunduk, bukan kemauannya bersekolah di sini. Menjadi pasukan Black Militer lalu melawan para Daemon. Sungguh dia tidak mau.

Ia sangat sadar akan kemampuannya. Tetapi dia harus bertahan demi keluarganya.

Keluarganya dulu merupakan bagian dari Distrik 3, hanya saja mereka mengalami kebangkrutan hingga akhirnya terpaksa turun dan tinggal di Distrik 2. Lalu ketika menyadari bahwa anaknya memiliki kekuatan supranatural, mereka menggelontorkan semua uang mereka agar Sabin masuk ke Black Militer. Dengan begitu keluarganya kembali dihormati.

"Aku dibully besar - besaran tetapi aku tetap harus bertahan demi keluargaku. Aku tidak bisa mengecewakan mereka."

"Aku terus menerus menangis. Kala itu rasanya aku ingin mati saja. Tetapi aku bersyukur masih ada orang - orang baik yang berada di sampingku." Manik hijau Sabin lalu melirik ke depan, sebuah ranjang kosong di depan ranjang Sherly.

"Salah satunya Maria. Dia adalah temanku pertama kali saat di sini." Sabin tersenyum mengenang, "Dia baik."

Sherly mendengarkan dan merasa penuh ironi mendengar kisah Sabin.

Ternyata seperti itu?

"Tetapi aku masih terus ditindas oleh Leon dan antek - anteknya. Sampai semuanya berhenti ketika ketua kelas ~ Maxwell membelaku." Ujarnya. Pipi Sabin tiba - tiba bersemu mengingat Maxwell yang telah menyelamatkannya.

"Maxwell sampai bertarung dengan Leon untuk menghentikan tindakan penindasan terhadapku."

"Dan akhirnya berhenti juga. Leon dan antek - anteknya memutuskan untuk membiarkanku." Senyum Sabin melebar, "Itu semua karena Maxwell."

Sekarang Sherly tahu kenapa gadis di depannya begitu memuja Maxwell. Selain karena parasanya yang tidak manusiawi, pria itu ternyata adalah pahlawan di hati Sabin.

"Kau tahu, Maxwell itu merupakan teman Leon."

Hah?

Ia tentunya kaget untuk yang satu ini.

Sabin mengangguk, "Ya, mereka sangat dekat. Bahkan mereka termasuk bagian dari ksatria langit."

Hooo.... Maksudnya?

Sabbin meringis, "Kau belum tahu ksatria langit ya? Kapan - kapan akan aku ceritakan."

"Tetapi untuk sekarang aku hanya ingin memperingatkanmu tentang Leon. Ke depannya mereka pasti akan
lebih gencar menindasmu. Membuatmu putus asa agar kau segera pergi dari Black Militer."

"Kau harus bertahan. Ingat hampir sebagian besar murid di sini bahkan masterpun setuju dengan tindakan Leon."

"Kenapa seperti itu? Leon begitu berpengaruhkan?" Tanya Sherly yang seketika mendapat anggukan dari Sabin.

***

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

1.8M 140K 102
Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Thalia mengalami kecelakaa...
1.4M 75.7K 75
[𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚] [𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭-𝐛𝐢𝐛𝐢𝐭 𝐩𝐞𝐥𝐚𝐤𝐨𝐫] [𝐓𝐞𝐫𝐝...
Mommy? Bởi yuzii

Viễn tưởng

613K 58.4K 28
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
3.2M 207K 50
Elisa Latasha Mauren hendak di jual oleh ibu tiri nya ke salah satu rumah wanita malam. Elisa tentu tak terima, ia memilih kabur dari sana dan sialny...