Black Military

uwakiya által

32.9K 5.6K 572

Daemon adalah sebutan bagi monster bermacam bentuk yang menyerang negara Avalon. Dan Black Milliter merupakan... Több

Disclaimer
1. Tawaran satu millyar
2. Negara Avalon
4. Hari pertama menjadi murid
5. Sang Penindas
6. Korban Selanjutnya
8. Serangan Pertama
9. Leon Hassel
10. Meledeknya
11. Melawan (A)
12. Melawan (B)
13. Akhirnya ketemu
14. Penindasan yang sebenarnya (A)
15.Penindasan yang sebenarnya (B)
16. Penindasan yang sebenarnya (C)
17. Pria dengan wajah berbalut perban
18. Perlengkapan Ribel News
19. Maria Wenberg
20. Siapa yang bertahan? (A)
21. Siapa yang bertahan? (B)
22. Mengatasi Leon
23. Daemon mulai tersebar
24. Trauma
25. Sherly, Maria, Sabin
26. Di Perpustakaan
27. Melalui rintangan
28. Datangnya Jenderal Aiden
29. Aiden dan Sherly (Flasback)
30. Bersembunyi (A)
31. Bersembunyi (B)
32. Bersembunyi (C)
33. Maxwel dan Maria (Ruang Perawatan)
34. Ujian Perburuan (A)
35. Ujian Perburuan (B)
36. Ujian Perburuan (C)
37. Daemon tingkat tinggi (A)
38. Daemon tingkat tinggi (B)
39. Zavier Asmonac
40. Tiger
42. Mantan Kekasih
43. Pembunuh (A)
43. Pembunuh (B)
44. Pembunuh (C)
45. Ujian The Duel (A)
46. Ujian The Duel (B)
47. Pembagian Duel
48. Sudah menerka
49. Siapa atau Apa?
50. Pertemuan Markus
51. Persiapan menuju Duel (A)
52. Persiapan menuju Duel (B)
53. Side Story Leon
54. The Duel dimulai
55. Sabin vS Jovan (A)
56. Sabin Vs Jovan (B)
57. Cecil Vs Robin (A)
58. Cecil Vs Robin (B)
60. Berkabung
61. Sebelum pemakamam
62. Maria dan Maxwell (A)
62. Maria dan Maxwell (B)
63. Maxwell dan Maria (C)
64. Grey D Jock
65. Mengejutkan
66. Kecurigaan Aiden
67. Maxwell Vs Grey (A)
68. Maxwell Vs Grey (B)
69. Maxwell Vs Grey (C)
70. Masih Flasback
71. Maxwell POV (Flasback)
72. Maria dan Maxwell (Masih Flasback)
62. Flasback selesai

59. Secret

213 59 7
uwakiya által

Sherly terbangun dari tidurnya setelah beberapa jam lalu dia langsung dilarikan ke klinik akademi dan mendapat perawatan pasca pemukulan yang Robin lakukan padanya.

Organ internalnya sudah dipastikan tengah mengalami patah tulang dan perutnya tadi terasa mual, ngilu, nyeri   dan saking sakitnya sampai dia mengalami muntah darah. Tetapi beruntung dia bisa pulih dengan cepat.

Sherly syock, tak menyangka bahwa Robin secara tiba - tiba akan menghantamkan tinjunya tepat ke ulu hatinya. Lalu dia mendengar beberapa orang bicara berbisik - bisik.  Sherly menoleh mengamati dinding pembatas  tempat dimana dua atau sekitar tiga orang tengah bergumam.

"Kalian tahu, barusan aku mendengar Robin Guzalt meninggal dunia."

Mata Sherly bertambah lebar mendengar kabar itu. Ini sungguh mengejutkan. Robin meninggal?

Bagaimana bisa?

"Apa karena jenderal Aiden?" Tanya salah satu perawat. Temannya sontak menggeleng.

"Bukan. Jenderal Aiden bahkan hanya melempar Robin saja."

Ya bagaimana pun Aiden tadi hanya mencegah tindakan Robin yang semakin brutal. Aiden bahkan sama sekali tidak menggunakan kekuatannya saat menghalangi Robin menyerangnya. Yang pria itu lakukan hanyalah melumpuhkan Robin agar tidak bisa bertindak sembrono. Dan tadi Robin hanya pingsan. Namun....

Kenapa tiba - tiba anak itu meninggal?

"Itu karena sesuatu yang hinggap di tubuh Robin."

Sherly mendengarkan. Sesuatu yang hinggap? Maksudnya?

"Kalian tahu, di tubuh Robin Guzalt ditemukan serangga pengendali."

"Serangga pengendali?"

Perawat itu mengangguk. Serangga pengendali adalah spesies serangga langka yang bahkan keberadaannya sudah tidak pernah ditemukan lagi.

Serangga itu mempunyai tubuh panjang berbentuk seperti belalang berwarna hitam namun kepalanya mirip kepala tengkorak. Dan serangga itu sudah tidak pernah terlihat selama ribuan tahun dan tidak pernah ditemukan. Bisa dikatakan serangga itu merupakan hewan purba.

Dikatakan bahwa serangga pengendali bisa mengendalikan saraf seseorang bila serangga tersebut masuk ke dalam tubuh makhluk hidup lain.

Seperti yang Robin lakukan tadi?

Sherly lalu teringat peristiwa siang tadi dimana saat pertandingan duel antara dirinya dan Robin berlangsung.

Saat itu Robin mendekat hendak kembali menghantamkan tinju ke arahnya. Pria itu juga menyeringai dan menatapnya dengan bengis. Lalu dia berkata,

"Semoga kau bisa bertahan Cecil!" Satu tinju kembali dilayangkan dan Sherly beruntung kembali bisa menghindar. Dia lalu mundur perlahan sembari menyeret tubuhnya.

Tetapi rupanya Robin semakin menggila. Memberikan dirinya pukulan bertubi - tubi.

"Bertahanlah Cecil!"

Sherly tertegun. Mencermati.

"Bertahanlah Cecil!" Bibir Robin yang menyeringai dengan ekspresinya yang menggila namun mengatakan sesuatu yang ternyata memiliki arti berbeda. Seperti sebuah pesan.

"Bertahanlah Cecil!"

Sebuah pesan yang mengisyaratkan bahwa sebenarnya dia tidak ingin melakukan ini.

"Bertahanlah Cecil!"

Dan kali ini Sherly tersentak. Matanya melebar saat mengingat - ngingat dan mengamati netra sewarna zamrud milik Robin itu ada sebuah kilatan. Kikatan seperti rasa sakit. Manik hijau itu memerah, bukan karena begitu senang dan bergairah membunuh. Melainkan Robin tengah menahan sesuatu. Anak itu menangis.

Serangga pengendali yang masuk ke dalam tubuhnya mengendalikannya. Menggerogoti seluruh sarafanya, dan bila inangnya tidak menurut... Serangga itu akan terus menggerigiti saraf - saraf itu sampai si pemilik saraf menderita dan tak kuat menahan sakit. Alhasil secara buatan, tubuh Robin bergerak di luar kendali bahkan saraf otaknya juga menjadi terasa nyeri, luar biasa menyakitkan hingga dirinya tak bisa berpikir apapun. Lalu pada akhirnya serangga itu bisa membunuhnya.

Seseorang yang terkena serangga itu, kemungkinan juga tidak akan bisa bertahan dan mati seperti Robin.

Ini sungguh kejam.

Siapa yang melakukan itu padanya?

Tanpa terasa Sherly memejamkan matanya bersamaan dengan air matanya yang mengalir mengingat betapa menyedihkannya anak bernama Robin itu.

***

Flasback. Sebelum pertandingan.

"Halo Cecil August." Robin menyapa ramah. Tetapi matanya tampak bengis, "Perkenalkan, aku Robin Guzalt. Orang yang akan menghabisimu di arena pertandingan."

Itu adalah pertemuan pertama dirinya dengan Robin. Anak itu setiap kali bertemu dengannya selalu mengatakan kalimat ancaman - ancaman seperti itu padanya. Ditunjang dengan ekspresinya yang merendahkan serta wajahnya yang begitu songong seperti preman menjadikan ancaman itu menjadi berkali - kali lipat menakutkan dan sesuatu yang sangat serius serta patut diwaspadai.

Ya, setiap kali Sherly hendak berlatih ke arena latihan bersama siswa - siswi akademi lain, setiap itulah Robin juga berada di sana. Bukan karena berlatih. Tetapi memang karena sengaja ingin mengintimidasi Sherly.

Membuat anak baru itu tahu siapa Robin Guzalt sebenarnya. Dan Cecil patutlah menjadi orang yang harus takut padanya.

"Halo Cecil. Bersiaplah! Aku akan menghabisimu!" Sekali lagi setiap bertemu, Robin akan mengatakan hal yang sama.

Hari pertama. Hari kedua. Hari ketiga latihan.

"Cecil, lihat ini!" Robin Guzalt sengaja memukul siswa lain tepat di depan matanya. Semua siswa di sana sontak berteriak histeris dan langsung bubar.

Hari keempat.

"Cecil, latihan yang benar! Kau akan habis di tanganku!"

Hari kelima latihan.

"Cecil, bersiaplah! Kau akan the end."

Hari keenam latihan. Dimana para siswa - siswi akademi sontak menyingkir, malas sekali meladeni tingkah Robin dan mereka memutuskan untuk berlatih di tempat lain daripada harus berada bersama Robin Guzalt. Dan Sherly sudah mulai bosan akan ancaman laki - laki itu dan sama sekali tetap di tempat itu tak menyingkir seperti anak - anak lain.

Hari ketujuh persiapan the Duel.

"Cecil, sebentar lagi aku benar - benar akan....."

Kali ini Sherly benar - benar muak. Wanita itu menghela nafas, ancaman itu sudah tidak terdengar menakutkan lagi buatnya. Malahan dia merasa si preman ini benar - benar sangat konyol.

"Akan menghabisiku, bukan?" Haa.... Potong Sherly menatap Robin malas. Dia malah mendekat lalu menepuk pundak Robin.

Robin tertegun.

"Kau tidak punya bahan lain untuk bicara?" Sherly menghela nafas. Dia lalu duduk santai di dekat Robin, "Aku benar - benar lelah mendengarnya."

Rahang Robin mengeras. Dia lalu mengepalkan kedua tangannya menatap Sherly galak, "Apa kau tidak takut padaku, hah?"

Sherly mendongak. Dia bertopang dagu, "Sekarang aku benar - benar tidak tahu apa harus takut atau tidak padamu."

Robin menipiskan bibirnya, "Aku akan memukulmu perempuan."

"Oh ya ampun, apa kau tidak lelah terus mengancam seseorang?" Sherly tidak peduli kalau Robin saat ini tengah mengepalkan tangannya seperti memang benar - benar akan menghantamkan tinju ke arahnya.

"Lebih baik makan dulu." Sherly mengulurkan tangan memberi sebungkus roti kepada Robin.

Robin tertegun.

"Haa... Perutku lapar sekali. Tenaga ku rasanya mau habis karena latihan." Gumam Sherly tidak peduli reaksi Robin saat ini.

Robin masih tertegun. Dia melihat roti yang berada di tangan Sherly lalu melihat wajahnya.

"Kau tak takut padaku?" Sekali lagi Robin bertanya. Suaranya masih sama keras dan bengisnya.

"Aku takut." Jawab Sherly, "Sudah. Makanlah! Kau tidak mau?"

Hah....

"Kau bilang takut, tapi ekspresi mu seperti itu?" Robin tak percaya. Gadis ini mengatakan takut tapi reaksinya sungguh berbanding terbalik dengan ucapannya.

Oh ya ampun. Sherly menghela nafas, "Aku sudah bilang kalau aku tidak tahu harus takut atau apa sekarang. Tetapi yang jelas aku sangat lelah sekarang. Bosan dan butuh makan. Lebih baik kau juga ikut makan."

"Mengancam orang lain itu juga butuh energi kan? Ini!"

Robin kembali tertegun. Dia menjadi tidak bisa berkata - kata lagi. Lalu mendengkus dan pada akhirnya meraih roti yang Sherly berikan lalu duduk di sebelahnya.

"Aku akan memakannya setelah itu akan menghabisimu."

Sherly tertawa, "Setelah makan ya minum."

Robin langsung memelototi Sherly. Tetapi rupanya Sherly benar - benar tak takut padanya.

"Tenang saja Robin, ujian besok aku sudah sadar diri bahwa aku lemah." Sherly tiba - tiba berujar, dia menoleh dan tersenyum pada Robin, "Aku tidak menginginkan poin The Duel." Imbuhnya.

Dan Robin seketika melengos, "Aku tetap akan menghabisimu."

Sherly tertawa. Entah kenapa baginya kalimat Robin itu terdengar seperti ucapan sayang.

"Kenapa kau tertawa? Hah."

"Aku tertawa karena aku ingin." Jawab Sherly.

"Terakhir kali aku menonjok mulut perempuan dan mematahkan dua jarinya karena tertawa."

"Perempuan yang kau tonjok itu mungkin mengatakan sesuatu yang menyakiti hatimu."

Robin kembali tertegun. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum kemudian tidak mengatakan apapun lagi dan hanya memakan roti yang Sherly berikan.

Ini adalah pertama kalinya ada seseorang yang duduk di dekatnya dengan santai lalu mengajaknya bicara. Dan ini adalah pertama kalinya dia merasa dimengerti.

Ya, siswi yang ia buat babak belur itu karena mengatakan dia anak haram. Anak pelacur sehingga tidak mirip kakaknya Justin. Meski itu benar bahwa dia anak haram, tetapi.... tidak sepatutnya orang lain menghinanya bukan? Padahal dia hanya menginginkan satu. Dianggap sama dengan keluarganya. Dianggap sama seperti halnya ayah dan ibunya menganggap Justin adalah anak yang mereka sayangi dan berharga.

Dan Sherly tahu bahwa segalanya pasti ada alasannya.

***

Air mata Sherly masih mengalir turun. Berduka untuk pemuda sembilan belas tahun itu. Dan lampu yang ada di kamar rawat itu dimatikan bersamaan dengan para perawat di ruang sebelah yang juga berlalu pergi. Jam malam sudah berdentang dan saatnya semua penghuni akademi beristirahat dalam tidur. Dan mayat Justin telah diambil oleh keluarganya dan besok pemakaman laki - laki itu akan dilangsungkan.

Sebuah nyanyian berkabung sontak terdengar mengantarkan kepergiaan siswa yang dikenal sebagai berandal sekolah. Banyak yang berduka, tetapi tidak ada yang merasa kehilangan sosoknya.

Robin telah mengukir nama yang kurang menyenangkan di hati para siswa.  Tetapi sebenarnya, mereka harus melihat seperti apa kehidupan seorang Robin Guzalt sebenarnya.

Mata Sherly kembali terbuka. Dia  bangkit dari ranjangnya seolah tidak ada rasa sakit di bagian ulu hatinya yang mengakibatkan bahkan beberapa waktu yang lalu, dia sama sekali tidak bisa berdiri.

Sherly berjalan menuju jendela kamar pasiennya. Membuka gorden itu lalu melirik jam yang menunjukkan pukul satu dini hari.

Keberadaan serangga pengendali itu telah memberi isyarat bahwa seseorang benar - benar serius untuk membunuhnya. Bahkan pembunuh itu sampai tega mengorbankan orang lain untuk melenyapkannya.

Dia tidak boleh membiarkan lagi pembunuh itu bukan?

Dia akan langsung mencari tahu.

Mata Sherly berkilat. Dia seketika menoleh dan refleks memegang sebuah benda berujung runcing yang tadi dilesatkan ke arahnya.

Sherly menyeringai lalu segera menembakkan kembali benda berujung runcing tadi ke arah sang pelempar.

Orang yang melempar itu begitu kaget saat Sherly bisa melakukan hal ini. Bahkan kini gadis itu sudah melesat cepat mengejarnya.

***

Olvasás folytatása

You'll Also Like

609K 24.9K 33
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
144K 13.3K 16
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
614K 58.5K 28
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
3.7M 240K 77
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...