Black Military

Af uwakiya

33K 5.7K 573

Daemon adalah sebutan bagi monster bermacam bentuk yang menyerang negara Avalon. Dan Black Milliter merupakan... Mere

Disclaimer
1. Tawaran satu millyar
2. Negara Avalon
4. Hari pertama menjadi murid
5. Sang Penindas
6. Korban Selanjutnya
8. Serangan Pertama
9. Leon Hassel
10. Meledeknya
11. Melawan (A)
12. Melawan (B)
13. Akhirnya ketemu
14. Penindasan yang sebenarnya (A)
15.Penindasan yang sebenarnya (B)
16. Penindasan yang sebenarnya (C)
17. Pria dengan wajah berbalut perban
18. Perlengkapan Ribel News
19. Maria Wenberg
20. Siapa yang bertahan? (A)
21. Siapa yang bertahan? (B)
22. Mengatasi Leon
23. Daemon mulai tersebar
24. Trauma
25. Sherly, Maria, Sabin
26. Di Perpustakaan
28. Datangnya Jenderal Aiden
29. Aiden dan Sherly (Flasback)
30. Bersembunyi (A)
31. Bersembunyi (B)
32. Bersembunyi (C)
33. Maxwel dan Maria (Ruang Perawatan)
34. Ujian Perburuan (A)
35. Ujian Perburuan (B)
36. Ujian Perburuan (C)
37. Daemon tingkat tinggi (A)
38. Daemon tingkat tinggi (B)
39. Zavier Asmonac
40. Tiger
42. Mantan Kekasih
43. Pembunuh (A)
43. Pembunuh (B)
44. Pembunuh (C)
45. Ujian The Duel (A)
46. Ujian The Duel (B)
47. Pembagian Duel
48. Sudah menerka
49. Siapa atau Apa?
50. Pertemuan Markus
51. Persiapan menuju Duel (A)
52. Persiapan menuju Duel (B)
53. Side Story Leon
54. The Duel dimulai
55. Sabin vS Jovan (A)
56. Sabin Vs Jovan (B)
57. Cecil Vs Robin (A)
58. Cecil Vs Robin (B)
59. Secret
60. Berkabung
61. Sebelum pemakamam
62. Maria dan Maxwell (A)
62. Maria dan Maxwell (B)
63. Maxwell dan Maria (C)
64. Grey D Jock
65. Mengejutkan
66. Kecurigaan Aiden
67. Maxwell Vs Grey (A)
68. Maxwell Vs Grey (B)
69. Maxwell Vs Grey (C)
70. Masih Flasback
71. Maxwell POV (Flasback)
72. Maria dan Maxwell (Masih Flasback)
62. Flasback selesai

27. Melalui rintangan

227 55 1
Af uwakiya

Mulai!

Pintu gerbang akademi Black Militer dibuka, para murid akademi berlarian memburu waktu sesuai perintah. Anak - anak yang memiliki kekuatan super tidak diperkenankan menggunakan kemampuan mereka sebelum mencapai bukit. Mereka baru diperbolehkan menggunakan kekuatan jika hendak melewati beberapa rintangan lalu kembali ke asrama sebelum matahari terbit dan ayam berkokok.

Meskipun mereka berlari tanpa menggunakan kekuatan mereka, tetapi tetap saja yang berada di barisan terakhir dan tertinggal jauh ialah Sherly. Dia yang notabene bukan siapa - siapa, bukan atlet, bukan pecinta olahraga tentunya hanya bisa berlari secepat yang ia bisa dan tentu saja dia tertinggal jauh. Bahkan Sabin, sudah jauh di depannya lantaran dia memiliki ketahanan fisik yang mumpuni dan seolah otot - ototnya sudah terlatih untuk melakukan kegiatan kemiliteran ini.

BRUKKK!

"Semangat baby girl!" Seru Trinity sengaja menyenggol bahu Sherly hingga membuat gadis itu jatuh. Sherly hanya mendengkus. Latihan ini diikuti semua kalangan bahkan kelas Grande A juga dan wanita berambut merah beserta antek - anteknya seolah tadi memang sengaja berlari lamban mengikutinya untuk kemudian menubruknya seperti ini.

Hah, benar - benar kekanakan.

Sherly menunduk membersihkan tangan serta pakaiannya yang kotor dan ketika dirinya bangkit, kini si Bernard pemuda jangkung yang Sherly ketahui merupakan anak buah setia Leon itu menabraknya. Alhasil kembalilah ia jatuh tersungkur di tanah.

Bernard menyeringai dan menatap puas.

Sepertinya para pengikut Leon begitu dendam pada dirinya. Boss mereka mungkin trauma dan sampai sekarang juga tidak terlihat batang hidungnya.

'Hiih. Pemuda - pemuda sialan.'

Kini dia tertinggal sangat jauh sekarang. Bahh...

"Cecil, kau baik - baik saja?"

Sherly perlahan mendongak ketika seseorang berjongkok lalu mengulurkan tangan padanya. Pemuda itu tersenyum teduh menatapnya.

Mata Sherly mengerjap beberapa kali sebelum kemudian membalas uluran tangan itu lalu bangkit dari posisinya. Dia tak menyangka bahwa masih ada orang lain yang berada di sini sementara anak - anak lainnya telah menghilang masuk ke dalam rerimbunan hutan. Dan pemuda ini ialah.....

Zavier.

Anak ini baik sekali.

Mata Sherly berkaca - kaca saking terharunya. Tetapi di sisi lain, dia masih amat curiga dengan laki - laki itu. Apakah dia memang pemuda polos atau pria seribu wajah?

Tetapi selama ini_ sejak dirinya masuk ke akademi, dia adalah bocah paling masuk akal di antara murid - murid yang lainnya. Tidak pernah ikut merisaknya, malah membantunya.

"Kenapa kau tertinggal?" Tanya Sherly. Mengerutkan kening ke arah pria yang wajahnya masih berbalut perban.

Di depannya Zavier meringis. Dia juga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "A.. aku bangun telat. Dan aku tidak bisa mengikuti mereka, lukaku masih belum sembuh dan a... aku takut jika kesakitan. Kau tahu kegiatan ini, ini sangat melelahkan." Terangnya dengan malu.

Saat mengatakan itu, ekspresi Zavier memang benar - benar terlihat seperti orang kikuk serta ketakutan. Sherly juga tidak bisa memungkiri hal itu. Dari wajah hingga hampir sekujur tubuh pria ini memang dibalut perban. Luka - lukanya yang katanya akibat dikeroyok puluhan Daemon tentunya pasti sangat menyakitkan. Dan semakin Sherly mengenalnya, semakin dirinya dibuat ragu bahwa orang yang menghancurkan rumahnya adalah orang yang sama.

Itu bukan anak ini kan? Itu orang lain kan? Penglihatannya mungkin sudah mulai rabun dan memorinya mungkin sudah mulai lemah dimakan usia.

Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, dia meragukan sesuatu.

"Heh Zavier, apa selain kau di sini juga ada pria lain yang wajahnya tertutup perban sepertimu?" Tanya Sherly langsung. Manik kelamnya menyimpit memperhatikan reaksi Zavier.

Netra abu - abu Zavier bergulir ke atas. Telunjuknya mengetuk - ngetuk dagu berpikir lalu sedetik kemudian dia menggeleng, "Maaf Cecil, aku tidak tahu. Di akademi ini banyak sekarang orang dan aku tidak hafal satu persatu dari mereka." Jawabnya.

Sherly diam sejenak. Manik kelamnya masih menyorot tajam, menyelami gestur wajah serta cara bicara pria di depannya. Tetapi kemudian lagi - lagi dirinya tidak menemukan kebohongan dari pria itu. Dia pada akhirnya menghela nafas menyerah, "Baiklah, ayo pergi! Jangan sampai kita terlambat." Serunya lalu segera berlari memasuki rerimbunan hutan menuju bukit.

***

Rintangan pertama ialah melewati semak belukar serta ranting - ranting pohon yang penuh duri. Jika tidak hati - hati, semua itu pasti dapat merobek kulit. Sherly tak menyangka bahwa jalanan berliku ini harus dilewati sebelum fajar datang. Apalagi dengan kondisi yang masih gelap sudah pasti orang biasa akan kesusahn untuk melewatinya.

Seorang pemuda berbadan besar terlihat memejamkan mata sejenak lalu ketika matanya terbuka, bola matanya sontak memancarkan warna terang seperti sorot lampu yang menyinari jalanan itu. Anak - anak yang berjalan di belakangnya sontak mengikuti dan dengan mudah mereka bisa melewati ranting - ranting pohon serta duri - duri tajam memeuhi jalanan, seolah semak - semak itu memang disengaja untuk diletakkan di sana.

'Hah? Apakah mereka berniat mencelakai orang?' Batin Sherly. Jika dirinya tadi tidak melihat dengan jelas seperti apa penampakan jalanan itu lantaran terkena cahaya dari si pria dengan mata ajaib, dirinya tentu saja tidak menyangka bahwa kondidi jalanan itu sungguh mengerikan.

Banyak sekali semak belukar serta ranting dengan duri - duri tajamnya menjalar di sana.

Dia lalu melihat beberapa anak mengangkat tangan mereka kemudian dengan ajaib, semak - semak belukar itu tersingkirkan ke pinggir jalan seolah sengaja untuk memberi mereka jalan hingga dengan mudah mereka bisa melewatinya. Dan ketika ada dua anak yang hendak berlari mengikuti mereka, dengan kejamnya siswa - siswi tadi kembali menggerakkan tangan mereka untuk membuat semak - semak itu kembali ke tengah. Menghadang seperti semula.

Salah satu anak yang hendak lewat tadi bahkan tertusuk ranting pohon, "Aww! Dasar pelit." Umpatnya. Dia lalu mengangkat tangannya dan dengan ajaib sebuah api muncul di dalam telapak tangannya lalu ia semburkan untuk membakar semak - semak tersebut. Dia beserta rekan - rekannya yang lain dengan mudah melewati. Namun saat Sherly hendak mengikuti, semak - semak yang terbakar tadi secara mengejutkan kembali tumbuh. Seolah ada energi mistis yang membuat semak - semak itu meski dipotong - potong, bahkan dibakar sekalipun dalam beberapa detik akan kembali tumbuh seperti semula.

Sherly menelan ludah, "Wah ini benar - benar sulit." Bisiknya. Dia kemudian menoleh dan melihat banyak anak menggunakan kekuatan supranatural mereka.

Ada yang dengan ajaib mengeluarkan sayapnya dari punggung untuk kemudian terbang, ada juga yang menciptakan barier pelindung berbentuk lingkaran agar bisa melewati semak - semak itu tanpa harus khawatir kulit mereka tertusuk duri. Ada yang dengan ajaib mengubah diri mereka menjadi burung yang bisa terbang melintasi langit, ada juga yang berubah menjadi serangga kecil menerjang - nerjang duri. Dan masih banyak kekuatab supranatural yang mereka gunakan demi melewati jalananan itu. Namun ada juga anak - anak yang tidak menggunakan kekuatan mereka dan memilih menggunakan cara biasa. Seperti Trinity beserta teman - temannya.

Mereka meloncat - loncat dengan gesit seperti ninja melewati semak - semak itu. Ya meskipun hal ini tetap saja di mata orang biasa dianggap mereka seolah menggunakan kekuatan supranatural agar bisa meloncat - loncat dengan tinggi dan cepat. Padahal hal itu hanya sebuah kemampuan dari hasil latihan ala ninja. Siapapun orangnya, meski tak memiliki kekuatan superpun tetap akan bisa melakukannya dan tentunya melalui latihan yang tekun selama bertahun - tahun serta bakat mumpuni.

Seperti halnya seorang pria bertubuh dempal yang mereka panggil Boby. Pria itu dengan tenang berjalan melewati ranting - ranting dan duri - duri itu seolah tak peduli bahwa hal itu akan melukainya. Dia bahkan tak menjerit atau mengerutkan kening merasakan sakit sama sekali.

Sherly mengernyit, "Apa dia tak kesakitan?"

Atau mungkin dia memiliki kemampuan atau penyakit yang tidak bisa merasakan apapun? Pikirnya dalam hati.

Lalu anehnya rata - rata orang yang melewati semak itu dengan cara biasa adalah siswa dari kelas unggulan.

Mungkin mereka menganggap rintangan ini sangat kecil hingga akan malu jika menggunakan kekuatan super mereka hanya untuk menerjang semak yang sama sekali tidak ada apa - apanya.

Akan tetapi tak berselang lama Sherly mendengar suara jeritan. Dia mendongak dan ternganga kaget kala para siswa yang terbang menggunakan sayap mereka tadi, tiba - tiba kaki mereka dibelit oleh sulur - sulur yang secara tak teduga memanjang dan menarik mereka jatuh.

Pun dengan anak - anak yang sudah masuk terlebih dahulu tadi tampak panik dan terkejut. Semak - semak yang ada di jalanan itu seolah hidup dan menjalar menyerang murid - murid Black Militer.

Suara riuh sontak terdengar di depan sana. Cahaya warna - warni juga terlihat bertaburan, pun dengan api yang disemburkan untuk melawan ranting - ranting pepohonan yang menyerang.

Ternyata rintangan ini tak semudah yang dibayangkan.

Sherly membeku dan beberapa kali menelan ludahnya.

'Mereka berniat membunuh orang ya?' Gumam Sherly.

Zavier yang sedari tadi berada di sampingnya menoleh. Dia memperhatikan Sherly, "Cecil, apa kau takut?"

Sherly perlahan menoleh kemudian mengangkat kepala menatap Zavier, "Menurutmu?" Jawabnya lirih. Tak perlu ditanyakan, untuk orang yang baru pertama kali melihat pelatihan seperti ini tentu saja dia sangat syock. Dan bukankah ekspresinya sudah menjelaskan semuanya?

Seharusnya Zavier tidak perlu bertanya.

Tapi..... Eh!

Sherly tercenung. Mengerjapkan mata, sepertinya dia tadi merasakan ada hal yang aneh. Entah kenapa cara bicara pria tadi terdengar......

Sherly mengangkat kepalanya lagi menatap Zavier. Pemuda itu masih terdiam menatap para siswa yang tengah berusaha melepaskan diri dari belitan semak - semak belukar di depan sana. Dia lalu menunduk, menoleh pada Sherly lagi untuk kemudian menelan ludahnya.

"A... aku juga takut." Seru Zavier tiba - tiba. Dia sontak mencengkeram lengan Sherly. Keningnya juga mengeryit dengan ekspresi ngeri, "Bagaimana ini Cecil, apakah kita bisa melewati ini? Hah, Bagaimana ini? Bagaimana?' Tanyanya panik.

Pemuda yang hampir dua puluh tahun itu tampak seperti anak SD yang tengah merengek mencari perlindungan kepada ibunya. Dia menggoncang - goncangkan lengan Sherly mencari solusi. Tetapi tentu saja hal itu membuat Sherly tambah gugup.

Jika seperti ini dirinya tidak bisa berkonsentrasi.

Zavier ini apakah benar - benar payah? Apakah dia juga tidak punya kekuatan supranatural?

Hmmm... benar - benar.

Ya mungkin saja seperti itu. Mengingat dia juga salah satu siswa yang dijauhi.

"Aku juga tidak tahu Zavier. Berhentilah merengek!" Jawab Sherly. Dia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah empat. Jika begini terus, mereka tidak akan bisa melewati rintangan sebelum matahari terbit.

Apa yang harus ia lakukan? Hmmm... saat Sherly hendak memejamkan mata berpikir, Zavier tiba - tiba berseru, "Tenang Cecil, sepertinya aku ada solusi."

Sontak mata Sherly membuka, dia menoleh menatap Zavier. Laki - laki itu kemudian mendekat ke arah jalanan semak - semak. Dia mengambil sebatang kayu yang jatuh, "Kita menunggu."

"Menunggu? Maksudmu?"

Zavier menoleh, bibirnya kemudian mengembangkan senyum, "Kita menunggu para siswa itu bertarung melawan semak - semak." Dia kembali berbalik menatap ke depan. Sherly mengikuti pandangannya.

"Lihat! Semak - semak itu lama kelamaan akan mati." Imbuhnya. Menunjuk ke sebuah ranting - ranting pohon yang perlahan mulai melayu.

Manik kelam Sherly seketika melebar. Benar saja apa yang Zavier katakan. Seberapa ajaibnya semak - semak itu, mereka tetap akan kalah melawan kekuatan supranatural para parajurit Black Militer.

Dan semakin banyak siswa - siswi yang mengerahkan kekuatan mereka untuk melawan semak - semak itu, semakin cepat pula semak - semak itu melayu dan mati.

"Wuahh, Zavier. Kau benar - benar cerdas." Puji sherly sembari merangkul bahu Zavier.

Zavier yang tiba - tiba dirangkul seketika tersentak. Dia tercenung sejenak menatap tangan Sherly yang mengapit tubuhnya,pria itu lalu menunduk dan tersenyum malu - malu.

Suka jika dirinya dipuji.

"Kalau begitu ayo jalan, Cecil." Ujarnya. Mengangkat batang kayu yang dipegangnya untuk kemudian menyingkap semak - semak yang lama - kelamaan mulai layu. Mereka akhirnya bisa berjalan menembus semak tanpa terluka.

***

Rintangan kedua, melewati sungai dengan arus yang cukup deras.

Maria berdiri di pinggir sungai. Nafasnya terengah dan dirinya memegangi perutnya yang berdenyut nyeri. Luka akibat serangan Daemon beberapa hari lalu tentu saja belum pulih sepenuhnya, apalagi tadi ketika berusaha membantu Sabin melewati semak dan ranting - ranting pohon_ sulur - sulur pohon itu tiba - tiba saja membelit perutnya dan tidak sengaja menekan lukanya yang masih basah. Alhasil lukanya pun kembali terbuka. Tetapi dia tetap kuat. Harus bertahan.

Sabin di sebelahnya mengerjap panik. Dia menelan ludahnya sebelum kemudian mengambil sebuah tali yang dibawanya lalu melemparkan tali itu tepat di batang pohon besar yang ada di depan sungai.

Dalam menghadapi tes - tes seperti ini, dirinya sudah siap sedia menyiapkan beberapa alat untuk membantunya menghadapi rintangan. Sadar bahwa kekuatan supranaturalnya tidak hebat, dirinya harus dengan teliti dan siap siaga membawa alat - alat seperti ini di setiap tes.

Tangan Sabin lalu bergerak menarik tali. Memastikan bahwa tali itu cukup kuat untuk mengangkut dirinya.

"Maria, aku duluan." Ujar Sabin. Dia kemudian turun lalu berjalan dengan hati - hati menginjak batu - batu yang ada di sungai itu. Kedua tangannya memegang erat tali agar tak jatuh. Jikapun dia nanti terpeleset dan menyebur ke sungai, dirinya masih berpegangan pada tali dan bisa berjalan melewati arus itu.

Diawasi Maria yang ada di belakangnya, akhirnya dengan perjuangan susah payah Sabin bisa menyeberangi sungai dengan selamat. Sementara anak - anak super yang lain tentu saja bisa menyeberangi sungai itu dengan mudah asalkan mereka tidak terbang. Karena ketika tadi ada beberapa orang yang dengan entengnya mencoba menyeberang dengan terbang layaknya burung_ di atas sungai itu rasanya seperti ada dinding tak kasat mata hingga membuat mereka yang terbang tertekan jatuh. Bahkan tadi ada yang terjebur ke dalam sungai lalu terbawa arus. Beruntung dia anak super yang langsung sigap menggunakan kekuatannya keluar dari arus itu.

Maria menghela nafas, bersyukur bahwa Sabin bisa menyeberang dengan selamat. Dia membalas lambaian tangan sabin di seberang sana dan mengisyaratkan agar perempuan itu tak menunggunya dan terus maju kerintangan selanjutnya.

Sabin mengangguk lalu berbalik dan berlari menju rintangan berikutnya. Mengejar waktu. Bagi Sabin, waktu tentunya harus digunakan dengan sebaik - baiknya karena dirinya menyadari bahwa dia tidak seperti Maria atau anak - anak yang lain di sini yang dengan mudah memanfaatkan kekuatan supranatural mereka untuk hal ini.

Lebih baik mendengarka perkataan Maria. Toh dia yakin Maria bisa menyusul. Malah lebih cepat darinya.

Sementara itu, Maria yang masih berada di seberang sungai tampak terdiam. Dia terus memegangi perutnya yang luar biasa nyeri. Keningnya berkerut saat dia menyadari bahwa pakaiannya basah. Tepatnya dibagian perutnya. Lukanya terbuka, dan kini darahnya menembus perban yang membalut perutnya pun darah itu lalu meresap ke pakaiannya. Manik emasnya lalu bergulir, memperhatikan arus sungai itu yang semakin lama semakin deras. Bahkan batu - batu besar yang berada di tengah - tengah sungai kini hanya terlihat bagian atasnya saja.

Arus yang deras membuat batu itu tertutupi.

Maria menggigit bibirnya sembari memejamkan mata menahan nyeri.

Jauh di samping kanannya, Maxwell melirik Maria. Memperhatikan gadis itu yang terus memegangi perutnya.

Maria kini maju selangkah. Mengulurkan tangannya, kemudian memunculkan cahaya hijau yang berbentuk seperti tali. Tali bercahaya itu sontak membelit pohon yang besar di sana, dia pun kemudian menarik tali tersebut dan hati - hati meluncur.

Maria nyaris jatuh dan terseret arus, tubuhnya bahkan terombang - ambing. Namun dia harus bertahan, dengan sekuat tenaga dia mengerahkan energinya lalu secepat kilat keluar dari arus itu hingga akhirnya sampai ke dasar sungai.

Maria duduk sejenak mengontrol tubuhnya yang kini semakin bertambah perih karena lukanya yang terbuka, kini terkena air. Bahkan semua lukanya, tidak hanya di perut saja, bahkan yang di punggung hingga kepala dan dahi yang belum kering kini terasa nyeri. Air sungai membuat tubuhnya yang terluka basah dan memperparah lukanya.

Rasanya Maria akan limbung saat ini.

"Aku tidak boleh menyerah." Gumamnya. Menggigit bibirnya menahan nyeri sebelum kemudian bangkit menuju ke rintangan selanjutnya.

***

"Wah, arusnya deras sekali." Sherly berseru. Mereka baru sampai ke tempat ini dan sudah disuguhkan dengan arus yang semakin deras bagai banjir bandang.

Dia melihat ke depan, anak - anak lain sudah tidak terlihat. Mereka pasti sudah berada ditantangan berikutnya atau mungkin telah menyelesaikan ke tiga tantangan dan kembali ke asrama.

Ahh, masa bodoh. Tidak masalah dia yang terkahir. Yang penting dirinya bisa menyelesaikan semua ini dengan selamat dan tubuhnya masih utuh tanoa cacat. Dia lalu melirik Zavier yang mendekat di pinggir sungai.

Bagaimana cara dia melewati ini?

"Cecil, apakah kau bisa menyeberangi ini?" Tanya Zavier. Menoleh dan menatap Sherly.

Sherly diam sejenak. Dia tidak mungkin terbang atau meloncat - lomcat seperti katak. Tidka mungkin pula naik perahu, karena memang tidak ada perahu di sini. Arusnya pun cukup deras. Satu - satunya cara yang ia lakukan adalah berenang.

Ya, berenang. Dia akan memakan pil hitam dari Ribel News yang membuatnya agar bisa beberapa menit bernafas dalam air.

Ya, pas sekali itu digunakan saat seperti ini.

"Aku akan berenang." Jawabnya yakin.

"Tapi arusnya deras sekali." Gumam Zavier. Agak sedikit ngeri memikirkan perempuan itu berenang. Apalgi dengan arus yang deras seperti ini. Netra abu - abunya lalu menatap Sherly seksama.

Perempuan di depannya ini sangat mungil. Dia khawatir bila Cecil berenang, tubuh semungil itu pasti akan dengan mudah diterjang arus bagai ranting pohon yang rapuh.

Dia tidak tega.

"Tapi kau~."

"Sudahlah, jangan banyak berpikir. Ayo segera seberangi sungai." Tukas Sherly. Dia memberikan pil hitam pada Zavier dan satu pil ia makan.

"Makan itu! Kau bisa bernafas dalam air." Lalu tanpa menunggu jawaban dari Zavier, Sherly sudah terjun dan tenggelam masuk ke dalam sungai.

Zavier yang melihatnya tercengang. Dia panik kala tubuh perempuan itu, bahkan rambutnya saja tidak terlihat.

Apakah Cecil tenggelam?

"Cecil, Cecil?" Panggil Zavier berkali - kali dan tak berselang lama, dia melihat Sherly yang sudah berada di permukaan.

Perempuan itu tampak mengurut pakaiannya yang basah sebelum kemudian melambai - lambaikan tangannya ke arahnya.

"Zavier, cepat!"

Zavier tercengang. Matanya berbinar lega. Dia kemudian memasukkan pil itu ke sakunya, dan bukannya berenang, pria itu dengan lincah melompat - lompat menapak batu menyeberang.

Di sana mata Sherly membulat. Tercengang dengan apa yang laki - laki itu lakukan.

"Wahh, kau bisa melompat ternyata." Seru Sherly ketika Zavier sudah berada di depannya. Ia mengerutkan kening, sedikit curiga. Tak menyangka bahwa dia bisa melakukan gerakan ala ninja.

Hmmm... Jangan - jangan!

"Kau meremehkanku?" Ekspresi Zavier tampak terkejut. Dia lalu menunduk dengan kecewa, "A.. Aku memang tidak hebat. Tetapi setidaknya aku masih bisa melakukan hal seperti itu. Aku sudah berlatih lama." Gumamnya lirih.

Eh...

Mata Sherly mengerjap. Dia lalu meringis, merasa tak enak hati dan merasa bersalah.

Hah, tak seharusnya dia meremehkan laki - laki ini bukan?

Seharusnya dia bisa berpikir bahwa wajar bila orang yang sudah lama tergabung dalam Black Militer walauoun tidak memiliki kekuatan, tetapi mereka bisa belajar untuk melatih gerakan ala ninja yang gesit dan cepat.

"Ahh, maaf! Bukan seperti itu maksudku." Sherly meringis, "Aku hanya tidak menyangka saja. Jika tahu begitu, aku tidak usah repot - repot berenang. Seharusnya kau menggendongku saja. Hehe." Jawab Sherly bercanda.

Zavier seketika mengangkat wajahnya. Ekspresinya sekarang malah yang jadi merasa bersaah, "Ahh, iya. Maaf Cecil! Harusnya aku menggendongmu. Kau mungil, tidak akan berat. Jadi kau tidak perlu basah."

"Ahh, maaf Cecil."

Sherly hanya tersenyum.

Ohh ya ampun. Pria ini manis sekali. Seoerti bocah. Seperti adik kembaranya yang berumur lima tahun. Benar - benar lucu.

"Sudah, kau tak perlu miinta maaf. Yang penting kita berhasil dengan selamat." Ucapannya laku berlari menuju ke are selanjutnya.

***

"Apa kau pikir anak baru itu akan berhasil?" Ruth bertanya di samping Trinity. Mereka kini sudah berhasil melinttasi rintangan ke tiga.

"Hah, mana mungkin! Jikalau berhasil dengan selamat, dia tidak akan bisa menyelesaikannya tepat waktu." Jawab Trinity.

Ruth dan tiga temannya yang lain mengangguk, "Benar juga." Tetapi kemudian Ruth menelengkan kepala, "Tapi ngomong - ngomong, apa cuma perasaanku saja ya, matahari lama sekali terbitnya." Gumamnya melihat jam yang sudah menunjukkan pukul lima pagi namun langit masih saja gelap. Tidak ada tanda - tanda ayam berkokok apalagi sinar matahari yang terbangun.

***





Fortsæt med at læse

You'll Also Like

633K 59.6K 29
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
1M 86.5K 42
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
390K 26.3K 25
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...
321K 26K 28
••Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki banyak teman karena status sosialnya...