Black Military

By uwakiya

33.1K 5.7K 573

Daemon adalah sebutan bagi monster bermacam bentuk yang menyerang negara Avalon. Dan Black Milliter merupakan... More

Disclaimer
1. Tawaran satu millyar
2. Negara Avalon
4. Hari pertama menjadi murid
5. Sang Penindas
6. Korban Selanjutnya
8. Serangan Pertama
9. Leon Hassel
10. Meledeknya
11. Melawan (A)
12. Melawan (B)
13. Akhirnya ketemu
14. Penindasan yang sebenarnya (A)
15.Penindasan yang sebenarnya (B)
16. Penindasan yang sebenarnya (C)
17. Pria dengan wajah berbalut perban
18. Perlengkapan Ribel News
19. Maria Wenberg
20. Siapa yang bertahan? (A)
21. Siapa yang bertahan? (B)
22. Mengatasi Leon
23. Daemon mulai tersebar
24. Trauma
26. Di Perpustakaan
27. Melalui rintangan
28. Datangnya Jenderal Aiden
29. Aiden dan Sherly (Flasback)
30. Bersembunyi (A)
31. Bersembunyi (B)
32. Bersembunyi (C)
33. Maxwel dan Maria (Ruang Perawatan)
34. Ujian Perburuan (A)
35. Ujian Perburuan (B)
36. Ujian Perburuan (C)
37. Daemon tingkat tinggi (A)
38. Daemon tingkat tinggi (B)
39. Zavier Asmonac
40. Tiger
42. Mantan Kekasih
43. Pembunuh (A)
43. Pembunuh (B)
44. Pembunuh (C)
45. Ujian The Duel (A)
46. Ujian The Duel (B)
47. Pembagian Duel
48. Sudah menerka
49. Siapa atau Apa?
50. Pertemuan Markus
51. Persiapan menuju Duel (A)
52. Persiapan menuju Duel (B)
53. Side Story Leon
54. The Duel dimulai
55. Sabin vS Jovan (A)
56. Sabin Vs Jovan (B)
57. Cecil Vs Robin (A)
58. Cecil Vs Robin (B)
59. Secret
60. Berkabung
61. Sebelum pemakamam
62. Maria dan Maxwell (A)
62. Maria dan Maxwell (B)
63. Maxwell dan Maria (C)
64. Grey D Jock
65. Mengejutkan
66. Kecurigaan Aiden
67. Maxwell Vs Grey (A)
68. Maxwell Vs Grey (B)
69. Maxwell Vs Grey (C)
70. Masih Flasback
71. Maxwell POV (Flasback)
72. Maria dan Maxwell (Masih Flasback)
62. Flasback selesai

25. Sherly, Maria, Sabin

230 54 1
By uwakiya

Hari yang tenang. Akhirnya ia bisa merasakan kehidupan yang nyaman dan damai. Menjalani aktivitasnya tanpa perlu rasa was - was lagi. Semenjak kejadian tiga hari lalu, tidak ada lagi penindasan terhadap dirinya. Leon Hassel bahkan tidak kunjung terlihat batang hidungnya seolah tengah menghilang seperti di telan bumi.

Sherly ingin tertawa saat pertama kali ia memeluk laki - laki itu. Menularkan noda - noda sampah beserta cairan lengket berwarna merah nan bau tidak sedap seperti slime atau cairan kimia aneh yang para anak - anak itu guyurkan padanya. Sherly tidak pernah menduga bahwa reaksi yang Leon berikan akan sehisteris itu.

Dia masih ingat bagaimana kagetnya Leon saat dirinya tiba - tiba memeluknya. Wajah sombong, tengil dan penuh kuasa itu seketika berubah menjadi kaku, pucat lalu berubah menjadi histeris. Netra biru lelaki itu melebar kaget pun dengan tubuhnya yang menegang syok dengan apa yang Sherly lakukan.

Leon bahkan masih bergeming sebelum kemudian mengerjapkan mata panik menyadari apa yang Sherly perbuat. Anak itu terlihat ingin melepaskan dirinya yang tengah memeluknya namun tangan bersih dan terawatnya seolah menolak melakukan itu. Leon luar biasa jijik dan pria itu hanya bisa berteriak panik kala mencoba menjauhkan Sherly dari tubuhnya. Bahkan wajah Leon sudah memucat, tak berdaya dan nyaris pingsan saat dirinya mengusap - ngusapkan seluruh tubuhnya yang dipenuhi kotoran ke dalam pakaian anak itu.

Sherly benar - benar ingin tertawa. Puas sekali bisa membalas bocah nakal itu. Dan dirinya sebenarnya juga tak menyangka bahwa Leon Hassel ternyata memiliki tingkat kebersihan tinggi. Anak itu benci kotor dan seolah akan mati bila terkena benda kotor. Benar - benar lucu.

Sherly tersenyum. Perempuan itu berjalan tanpa beban ke ruang kelas seolah beberapa hari ini semilir angin yang sejuk mengiringi setiap langkahnya. Guguran bunga berwarna pink menerpa wajahya seolah menyambut kemenangan seorang Sherly August. Bahkan kali ini tidak ada para siswa yang terlihat berani mengganggunya.

Rasanya sungguh tentram.

"Ahh, benar - benar damai." Gumam Sherly. Merentangkan tangan sembari menghirup udara yang begitu segar. Menghiraukan tatapan anak - anak lain yang menyorotnya aneh.

Sabin di sebelahnya tersenyum mengikuti langkahnya. Dia juga sedikit merasa takjub dengan Sherly. Tak menyangka bahwa anak baru ini begitu berani menantang Leon Hassel. Dan jika dipikir - pikir, Cecil August meski ditindas habis - habisan tetap terlihat santai, sama sekali tidak mengalami tekanan apapun. Benar - benar anak yang bermental baja. Dia benar - benar salut.

"Cecil hari ini apa kegiatanmu?" Sabin merangkul lengan Sherly. Berjalan dengan senyum riang.

"Tentu saja sekolah. Apalagi." Jawabnya.

"Ahh kau tidak tahu, hari ini jam kosong."

"Jam kosong? Benarkah?" Tanya Sherly memastikan. Dirinya sudah sangat bersemangat mendengar kata jam kosong.

Sabin mengangguk, "Ya, akhir - akhir ini Avalon sedang tidak stabil." Ia menjelaskan, "Kau tahu bukan bahwa selama ini Daemon hanya ada di Distrik 3 dan 4? tidak ada sejarahnya bahwa para Daemon muncul di Distrik 1 dan 2. Tetapi entah kenapa tahun ini para Daemon itu kini datang ke Distrik tersebut. Penampakan mereka di sana bahkan sudah beberapa bulan terakhir telah menjadi Headline news."

Ya, tentu saja dirinya tahu. Karena ia sudah melihat penampakan Daemon dengan mata kepalanya sendiri. Daemon yang telah menghancurkan rumahnya dan karena itu dirinya berakhir di sini. Ahh, tidak. Semua itu bukan hanya karena Daemon, melainkan juga karena salah satu pasukan Black Militer yang sekarang dirinya masih mempertanyakan itu si Zavier atau bukan.

"Itu masih tanda tanya. Apalagi sejak kematian wali kota Distrik 4 yang tewas di tangan Daemon. Bayangkan, seorang walikota dengan penjagaan ketat apalagi diketahui Van Rustell juga memiliki kekuatan supranatural yang hebat, orang berkedudukan seperti itu bisa tewas dibunuh Daemon?" Sabin menjelaskan dengan semangat. Dia juga menggeleng - gelengkan kepala tak percaya, "Ku dengar orang - orang walikota juga dibantai habis oleh para Daemon." Dia kemudian bergidik ngeri di kalimat selanjutnya, "Mengerikan."

Sherly hanya menyimak sembari mengangguk - angguk. Daripada tertarik dengan para Daemon itu, sejujurnya ia lebih memperhatikan cara si Sabin bercerita. Gadis itu tampak begitu menggebu layaknya pembawa acara gosip.

"Lalu puncaknya, beberapa hari lalu dua Daemon tingkat tinggi muncul dalam waktu bersamaan di kedua Distrik itu." Jeda sejenak ia mengimbukan, "Hal ini membuat pemerintah khawatir. Gejolak kepanikan masyarakat semakin meningkat. Oleh karena itu~" Ekspresi Sabin yang tadi terlihat penuh semangat kini berubah pilu, "Semua anggota Black Militer akan secepatnya dipersiapkan."

Kening Sherly berkerut, "Maksudnya?"

"Aku juga kurang tahu, hanya saja~" Sabin menunduk, dia menggigit bibirnya cemas, "Semua orang yang tergabung dalam Black Militer, baik pasukan inti maupun tidak, kita semua akan diperiapkan untuk bertarung langsung melawan Daemon."

"Kita semua tanpa terkecuali."

Itu berarti meskipun orang tanpa kemampuan sama sekali seperti Sherly.

Sherly terdiam. Dirinya jadi teringat mengenai pembicaraan mengenai tes kala itu.

"Dan beberapa master terhebat akan tiba di sini untuk melatih kita." Sabin menggeleng, meralat perkataannya, "Lebih tepatnya menguji kita."

Ohh, begitu?

Sherly mengangguk - angguk mengerti. Entah apa yang akan ia lakukan ke depannya, yang jelas itu hanya akan ia pikirkan nanti. Sekarang fokusnya ialah mencari tahu mengenai Demi Human.

"Ahh..."

Sherly seketika berjingkat kaget ketika Sabin tiba - tiba menepuk lengannya. Ekspresi sendunya tadi seakan menghilang dan gadis itu kini tersenyum ke arahnya, "Tapi kau tidak perlu terlalu khawatir Cecil. Kita pasti baik - baik saja. Oke!"

Hah?

Sherly hanya melongo.

Siapa yang khawatir? Bukankah kau sendiri tadi yang khawatir? Hmm dasar anak - anak. Batin Sherly menggeleng - geleng dalam hati.

"Kalau begitu aku akan ke perpustakaan." Balas Sherly. Perempuan itu segera mebelokkan langkahnya menuju bangunan tua di dekat asrama laki - laki. Itu adalah perpustakaan Black Militer. Siapa tahu di sana, dia akan menemukan buku petunjuk mengenai Demi human.

"Ahh, perpustakaan ya? Aku ikut." Sabin berseru riang. Ngomong - ngomong mengenai perpustakaan, sejujurnya dirinya tak terlalu suka. Hanya saja jika Sherly pergi ke perpustakaan umum yang dekat dari asrama laki - laki, itu berarti dia bisa cuci mata. Atau setidaknya dia bisa bertemu dengan Maxwell pujaannya.

***

"Haa, Maria." Sabin tercengang ketika mendapati Maria sudah berada di akademi. Perempuan itu tadi tampak berjalan keluar dari asrama laki - laki.

"Kau kembali." Imbuh Sabin segera menghampiri Maria kemudian merangkul gadis itu. Keningnya kemudian berkerut saat melihat dahi gadis itu tampak dibalut perban, "A... apa yang terjadi padamu? Kau tidak apa - apa kan?" Tanyanya cemas.

Maria menggeleng, "Aku tidak apa - apa." Dia tersenyum, "Jangan khawatir!"

"Ahh... Bagaimana aku tak khawatir. Kau adalah temanku, sahabatku. Bila terjadi sesuatu padamu tentunya aku juga ikut merasakannya." Sabin mulai berlebihan. Perempuan itu tampak menelisik seksama luka yang ada di dahi Maria. Luka itu terlihat masih baru. Bahkan matanya yang awas kini melihat ada memar di tangan serta lutit Maria.

"Apa kau habis dipukuli?" Sabin mulai berspekulasi, "Siapa yang memukulimu? Bilang padaku, akan ku beri pelajaran."

Maria hanya meringis kemudian menggeleng, "Tidak Sabin. Tidak ada yang memukuliku."

"Tapi kau terluka." Sabin masih bersi keras akan spekulasinya. Sementara Sherly yang melihat itu hanya menggeleng sembari bergumam dalam hati.

'Aduh gadis bodoh ini, spekulasi - spekulasimu itu benar - benar sudah sangat akut.'

Sabin, Sabin.

"Apa kau berkelahi dengan Daemon?" Sherly mendekat. Seketika bertanya mengenai penyebab luka gadis itu. Demi Tuhan dirinya tak mau menyia - nyiakan waktu berada di sini dan ingin segera ke perpustakaan.

Dia juga hanya asal menebak kenapa perempuan yang tiga hari lalu masih dalam keadaan mulus kini dioemuhi luka.

Maria mengangguk, sama sekali tak ingin menyangkal, "Ya. Tapi aku baik - baik saja. Tidak perlu khawatir, hmm!" Dia melirik Sabin yang terus menerus menggerutu cemas di sampingnya. Akhirnya Sabin mengerti dan dirinya mulai menutup mulutnya.

"Tapi kenapa kau baru saja keluar dari asrama laki - laki?"

Oke. Sherly ingin menarik kata - katanya tadi. Sabin_ anak itu ternyata belum enggan menutup mulutnya. Aduhh benar - benar cerewet dan kepo sekali.

"Menemui seseorang." Jawab Maria singkat. Tak mau menjelaskan detail siapa yang gadis itu temui. Sementara Sherly yang sedari tadi berdiri di depan mereka, telah menebak siapa orang yang Maria maksud.

Orang itu mungkin saja Maxwell Fringer_ kakak tirinya bukan? Dan melihat bagaimana cara gadis itu terlihat menyembunyikan sesuatu, mungkin saja di sini tidak banyak orang yang tahu mengenai hubungan Maxwell dan Maria.

Ya, mungkin saja si Sabin juga belum tahu.

"Kalian mau kemana?" Maria kini bertanya. Manik orangenya menatap Sherly sesaat.

"Perpustakaan." Jawab Sabin. Dia kembali merangkul Maria dan menggiringnya menuju perpustakaan bersama - sama.

Tidak tahu apakah Maria ingin ikut atau tidak, Sabin tetap saja menariknya. Dia juga telerihat sangat senang, dan sepenjang perjalanan dia terus menerus berceloteh serta mengatakan pada Maria, "Ke depannya kau harus terus masuk Maria. Jika tidak miss Xenna akan menghukummu lagi."

Maria mengangguk, "Ya, aku akan masuk." Jawabnya.

'Setidaknya sampai tes berakhir.' Imbuh Maria dalam hati. Dia sudah membawa ayahnya ke rumah sakit dan setidaknya di sana ada perawat yang menjaganya. Dirinya juga harus berterimakasih pada jenderal Aiden. Jika bukan karenanya, malam itu dia pasti sudah mati di tangan Daemon.

***

Sherly mengutak - atik perpustakan. Mencari - cari buku mengenai Daemon dan Ibis. Dia berharap di dalam buku - buku itu ada menyebutkan mengenai Demi Human. Selama ini tidak pernah ditemui hal - hal yang berkaitan mengenai peranakan Ibis. Seekor ibis memang bisa bercinta dengan manusia hanya saja kemungkinan lahirnya anak hasil hubungan Ibis dengan manusia tidak pernah ada atau mungkin tidak pernah dituliskan.

Sherly mengambil sebuah buku tua dengan sampul berwarna merah darah. Gambar sampul di buku itu adalah segitiga di dalam lingkaran persis seperti lambang Ibis. Buku tersebut berjudul About Ibis : Lord Daemon. Sherly membuka halaman pertama, di sana dirinya melihat sebuah gambar seorang laki - laki bersurai panjang dengan sayap di punggung serta dua tanduk mencuat di kepala. Ini merupakan ilustrasi dari sosok Ibis menurut orang - orang yang pernah menjumpainya. Entah itu benar atau tidak, yang jelas penggambaran dari tahun ke tahun, dari zaman ke zaman begitulah visualnya.

Ia kemudian membaca dengan seksama. Mencari kata yang berkaitan tentang Demi Human. Dan ya, tepat di halaman ke sebelas, pembahasan mengenai Demi Human ditemukan.

"Cecil, kau terlihat serius sekali." Sabin melongokkan kepala ke samping Sherly. Penasaran apa yang dibaca temannya sampai seserius ini. Dirinya tadi baru saja mengambil novel romance berjudul 'Menggoda tuan L' dan berniat meminjamnya sebagai teman baca di malam hari. "Kau sangat tertarik dengan Ibis dan segala macamnya ya?"

Sherly mengangguk, "Ya, aku ingin bertemu dengannya. Hehe." Jawabnya guyon.

Sabin bergidik, "Jangan sampai keinginanmu terkabul. Kau bisa mati tahu."

Sherly hanya meringis. Sementara Maria duduk tenang sembari membaca beberapa buku ensiklopedia. Dia sesekali juga ikut menyimak apa yang kedua temannya bicarakan.

"Ahh, aku juga akan mencari buku untuk mengembangkan kekuatanku." Gumam Sabin, "Titip ini ya!" Perempuan itu lalu meletakkan novel yang hendak ia pinjam ke atas meja sebelum kemudian berkeliling mencari buku yang dimaksud.

Sepeninggal Sabin. Dua perempuan berbeda karakter dan umur itu masih duduk dalam diam dengan kesibukan masing - masing.

Sherly masih sibuk membaca mengenai Demi Human. Dan informasi yang ada di buku ini tidak lebih sama dengan informasi yang telah ia dapat dari Ribel News.

Ciri - ciri fisik Demi Human, kemampuan bahkan di sini juga tidak mengungkapkan dengan jelas tanda - tanda spesifik sosok Demi Human. Yang dijelaskan hanyalah mereka memiliki kekuatan setara dengan Ibis bahkan bisa melebihinya. Aura sosok Demi Human juga berbeda dengan manusia kebanyakan.

Demi Human mewarisi aura Ibis. Yakni aura bersahaja, pemimpin, dapat menundukkan, mempengaruhi, manipulatif serta kamuflase. Hal - hal ini rasanya mirip sekali dengan Leon Hassel.

Ahh, agar misinya cepat selesai lebih baik dirinya berbohong saja dengan langsung menyimpulkan bahwa si cucu kepala sekolah Black Militer lah adalah sosok Demi Human. Dengan begini smeuanya selsai dan dirinya bisa kembali hidup nyaman sebagai kaum biasa. Bermain dan melihat dua adik kembarnya yang imut - imut itu.

"Hmmm sepertinya itu ide bagus." Sherly bergumam sembari mengangguk - angguk dengan senyum lebar.

Tanpa disadari gumanan lirihnya berhasil didengar Maria. Gadis itu sontak mendongak menatap Sherly yang ada di depannya. Kening Maria berkerut melihat senyum aneh yang muncul di bibir Sherly.

Siswi baru ini memang terlihat aneh. Bukan tampak seperti anak - anak baru kebanyakan. Dan yang paling tak disangka ialah, teman sekamarnya yang bernama Cecil August itu telah bisa melewati penindasan yang Leon lakukan.

Ya, bagaimanapun kabar mengenai aksi Cecil yang tak terduga terhadap Leon sudah menyebar ke seluruh akademi.

"Kau, mengenai Leon~" Maria tiba - tiba berseru membuat Sherly sontak mengangkat kepala mengalihkan atensinya dari buku Ibis ke arah Maria. "Apa kau membencinya?"

"Ya tentu saja." Sherly tak perlu berpikir untuk menjawabnya. Siapapun akan jengkel dan marah jika ditindas.

"Ku harap kau jengan membencinya."

Haa?

Kali ini tentu saja Sherly melongo akan permintaan perempuan di depannya.

Maria menghela nafas mengerti. Namun kemudian dia berkata, "Sebenarnya Leon pria yang baik. Dia melakukan semua ini karena ada alasannya." Maria menunduk. Dia meringis, "Ya, walaupun memang caranya salah."

"Memangnya apa alasannya sampai dia sangat membenci orang yang tidak mempunyai kekuatan?" tanya Sherly, dia ingin mengetahui alasan yang tepat dan masuk akal sehingga anak di depannya ini sampai meminta untuk tak membenci si pembully.

"Dia bukan membenci, hanya saja tidak menyukai orang tanpa kemampuan menjadi bagian dari Black Militer. Enam tahun yang lalu, di sekolahan ini seperti biasa menerima siswa yang tak berkemampuan. Mereka ada lima anak." Maria mulai bercerita, "Ke lima anak itu sangat dekat dengan Leon. Dulu tentunya Leon masih menjadi junior di sini."

"Dan kala itu ada situasi genting di dalam Black Militer yang mengharuskan semua siswa akademi turun ke lapangan bertarung melawan Daemon. Dan kau tahu apa yang terjadi~" Jeda sejenak Maria menghela nafas, "Kelima anak biasa itu tewas di tangan Daemon di depan mata kepala Leon." Maria menatap mata Sherly, "Kau tahu perasaan Leon bukan? Melihat temannya tewas di depan mata kepalanya sendiri membuatnya terpuruk. Oleh karena itu dia bersumpah untuk tidak akan membiarkan orang - orang tak berkemampuan datang menjadi pasukan. Dan para siswa - siswi di sini juga setuju akan hal itu."

Maria menghela nafas, "Aku pun juga begitu." Akunya. Dia lalu menatap Sherly serius, "Oleh karena itu sebelum pertempuran yang sebenarnya berlangsung, bisakah kau meninggalkan akademi ini?"

"Sebelumnya aku minta maaf untuk mengatakan hal ini." Imbuh Maria, "Jadi ku ~"

"Tenang saja." Sherly seketika berseru. Memotong kalimat yang hendak Maria lontarkan, "Tenang saja, nasibku tidak akan sama seperti lima anak itu."

"Aku tidak akan mati." Imbuh Sherly meyakinkan, "Kau bisa pegang kata - kataku."

***

"Hah? Kakak sepupuku sudah kembali?" Leon tampak kaget. Dia sontak bangkit dari ranjangnya. Mengambil ponsel dan memeriksa pesan.

"Kenapa aku tidak diberitahu dalam grup?" Pria itu mengacak - acak rambutnya. "Hah? Apa hanya aku saja yang tidak tahu?"

Sebastian hanya mengangkat bahu, "Ya, mungkin hanya kau anggota dari ksatria langit yang tidak tahu." Jeda sejenak dia menambahkan, "Kau terlalu sibuk mengusir anak baru itu."

Leon tidak berkata apapun lagi. Dia hanya menghela nafas. Jika kakak sepupunya_ si jenderal berdarah gila itu datang, itu berarti Black Militer harus siap siaga. Dan gadis biasa tanpa kemampuan itu masih bertahan di akademi.

***

Continue Reading

You'll Also Like

257K 15.4K 20
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
169K 15.2K 17
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
1.8M 142K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
10.1M 1.2M 62
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...