ALAN [END]

By tamarabiliskii

9.3M 1.1M 546K

Meluluhkan cowok cuek? Dingin? Yang banyak fans? PART MASIH LENGKAP | TERSEDIA DI TBO & GRAMEDIA Spin Off My... More

Prolog
1. Awal
2. Alan Modus?
3. Menyatakan Perasaan
4. Pertengkaran
5. Meisya Penting?
6. Drama Pagi Hari
7. Berangkat Bareng
8. Kesurupan
9. Cemburu?
10. Hamilin Anak Orang
11. Makan Bersama
12. Janda
13. Weekend
14. Gara-Gara Kinder Joy
15. Penolakan
16. Penting?
17. Khawatir (?)
18. Rumah Sakit
19. Sebenarnya
20. Ternyata Dia
21. Fakta
22. Sedikit Rasa Cemburu
23. PMS
24. Rencana Makan Malam
25. Pertemuan Tak Disengaja
26. Kejujuran
27. Dihukum Pak Surya
28. Keputusan Yang Menyakitkan
29. Antara Alan & Kenan
30. Mulai Dekat
31. Salah Paham
32. Demi Meisya
33. Weekend Di Rumah Alan
34. Flashback
35. Ingkar Janji
36. Bertemu Lagi
37. Isi Hati Alan
38. Pulang
39. Angel Menyebalkan
40. Kebohongan
41. Gila?
42. Permintaan Maaf Alan
43. Kabar Buruk
44. Permintaan Angel
45. Ulah Erlang
46. Rahasia Alan & Angel
47. Meisya vs Selena
48. Pernyataan Angel
Chat Alan & Meisya
49. Fakta Baru
50. Salah Paham
51. Sisi Lain Alan
52. Setelah Putus
53. Terungkap
54. Terlibat
55. Salah Sasaran
OPEN MEMBER GC
56. Salah Siapa?
57. Pembawa Sial
58. Kebimbangan Alan
59. Sindiran Meisya
60. Tentang El
61. Benar atau Salah?
62. Sisi Baik Andra
63. Terbongkar
64. Maaf Untuk Semua
66. Maaf, Sya.
67. Menyerah?
68. Akhir
69. Benar-Benar Berakhir
VOTE COVER NOVEL ALAN
SPECIAL CHAPTER + INFO PRE ORDER
PRE ORDER ALAN
INFO
SPECIAL CHAPTER ALANMEISYA

65. Perjuangan Alan

125K 15.5K 13.8K
By tamarabiliskii

Haii, seneng gak Alan up lagi?

Komen bisa tembus 50k, aku up lagi besok haha. Buat seru-seruan aja sih, udah lama gak gini. Kalo beneran bisa berarti kalian niat bgt🤣

Absen di sini pake emot yang rame dong :

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

________________________________


"Aksa udah bangun?"

Aksa, anak laki-laki yang baru saja ketiduran di sofa ruangan Erlang dirawat itu menjawab santai. "Belom ma, ini Aksa lagi mimpi."

Anton terkekeh. Ternyata anak bungsunya sudah mewarisi sifat tengilnya sejak dini. "Sini-sini anak papa. Ini bang Er udah bangun. Katanya kangen?" tanya Anton sembari membawa Aksa ke dalam gendongan.

Aksa menatap Erlang sekilas lalu menggeleng. "Gak jadi kangen."

Dahi Andin mengernyit heran. "Loh kenapa?"

"Muka bang Er lebih ngeselin kalo melek. Mending merem aja deh."

"Sembarangan lo!" sahut Erlang tidak terima. "Paling kemaren lo nangis-nangis nyariin gue. Sekarang gue udah bangun lo malah sok jual mahal."

Erlang memang sudah sadarkan diri sejak tadi sore dan sekarang sudah dipindahkan ke ruang rawat inap biasa. Cowok itu sudah terlihat membaik. Bahkan sudah bisa bercanda seperti kemarin-kemarin saat masih sehat.

"Jujur aja lo kangen sama gue kan, Pong?"

Mata Aksa mengerjap beberapa kali. Kemudian mengangguk. "Iya."

"Tuh kan, pesona gue emang gak usah diraguin lagi."

"Tapi boong pale pale!" ledek Aksa menjulurkan lidah ke Erlang.

Andin dan Anton hanya bisa menggeleng heran. Dua anaknya ini memang jarang bisa akur. Tapi sebenarnya mereka berdua saling sayang. Kalau salah satu tidak ada pasti saling mencari.

"Pa..." rengek Aksa dalam gendongan papanya.

"Kenapa?"

"Aksa mau nonton youtube."

Dengan terpaksa Anton memberikan ponselnya pada Aksa. Agar anaknya itu tidak rewel. Akhir-akhir ini Aksa memang lebih senang menonton youtube dibanding bermain game seperti biasanya. Entah apa alasannya.

"Bang Al kemana?" tanya Erlang tiba-tiba.

"Ke Meisya."

"Mereka udah baikan, pa?" Erlang terlihat kaget. Karena seingatnya sebelum kecelakaan terjadi, Alan dan Meisya masih dalam mode bermusuhan. Apa sekarang mereka tiba-tiba berbaikan?

"Udah," angguk Anton. "Eh maksudnya belom baikan. Meisya belom maafin abang kamu. Tapi abang kamu udah sadar. Gitulah pokoknya."

Andin menatap Erlang. "Kamu tahu gak siapa yang donorin darah buat kamu?"

"Siapa?"

"Selain papa, ada Meisya sama Andra."

"Kayanya banyak yang terjadi pas Erlang koma. Ceritain dong, pa, ma. Masa seorang Erlang kudet. Gak banget."

"Wani piro?" kekeh Anton dengan logat sok jawa. Padahal Anton bukan orang jawa. Jadi, bahasanya malah terdengar agak aneh.

"Ayolah, pa. Kalo papa gak mau cerita Erlang koma lagi nih."

Anton memukul bahu Erlang pelan. "Lambemu!"

Erlang tergelak. "Makanya ayo ceritain."

"Jadi gini..."

"PAPA!"

Anton menoleh ke Aksa. Ralat, semua orang termasuk Andin dan Erlang, menoleh ke Aksa yang sudah duduk santai di sofa sembari menonton youtube.

"Kenapa sih dek teriak-teriak?" Kali ini justru Andin yang bertanya.

"PAPA!" ulang Aksa. Karena Anton belum menyahut.

Anton mendengus. "Iya, kenapa Aksa?"

Aksa tersenyum lalu berteriak lantang menirukan lagu yang ia putar di youtube. "BOJOMU SEMANGATKU!!!"

*****

"Maaf ya, Lan. Meisya udah tidur."

Meskipun merasa kecewa, Alan tetap tersenyum. "Oh, iya tante, gak papa."

"Mau nitip pesan gak? Biar nanti tante sampein."

Alan menyerahkan kantong kresek berisi makanan pada Meca. "Nitip ini aja tante. Biar dimakan sama Meisya."

Meca menerima pemberian dari Alan. "Aduh dari kemaren kamu bawain makanan terus. Mana bawanya banyak. Tante jadi enak. Eh, gak enak"

Alan tersenyum tipis. Setiap datang menjenguk Meisya dirinya memang selalu membawa berbagai makanan dengan tujuan membuat Meisya senang.

"Gak papa, Alan ikhlas kok. Tapi dimakan sama Meisya kan?"

Meca mengangguk. "Dimakan kok," jawab Meca berbohong. Sebenarnya makanan pemberian Alan sama sekali tidak Meisya sentuh. Namun karena Meca merasa kasihan pada Alan, Meca terpaksa berbohong agar Alan merasa sedikit senang.

Menghela napas lega. Alan merasa perjuangannya tidak sia-sia meski sudah beberapa hari ini tidak ada kemajuan yang besar. "Kalo gitu Alan permisi. Mau nemein Erlang dulu."

Meca mengangguk. "Nitip salam ya buat Erlang. Semoga cepet sembuh."

*****

Hari-hari selanjutnya, Alan masih melakukan hal yang sama. Tidak menyerah untuk mendapatkan maaf dari Meisya. Alan selalu datang ke ruangan Meisya dengan membawa berbagai makanan. Namun tetap saja seperti sebelumnya. Selalu penolakan yang ia dapat.

Sampai hari di mana Meisya dan Erlang keluar dari rumah sakit. Alan pun tetap tidak berhenti untuk memperjuangkan Meisya. Seperti sekarang contohnya, cowok itu menunggu di depan teras rumah Meisya untuk menjemput Meisya berangkat ke sekolah.

"Alan."

Alan menoleh. "Kenapa?" tanya Alan tidak senang. Bukannya Meisya yang keluar namun justru Angel.

Angel duduk di sebelah Alan. Hal itu membuat Alan langsung menggeser kursinya agar jarak di antara mereka tidak terlalu dekat. Jujur, Alan risih. Ini adalah pertama kalinya Alan kembali bertatap muka dengan Angel setelah hari di mana semua kebusukan Angel terbongkar.

"Gue...gue minta maaf, Lan. Gue tau lo mungkin gak bakal mau maafin gue dan ngerasa jijik banget sama gue. Tapi gue cuma..."

"Itu lo tau," potong Alan cepat. "Kalo lo udah tau gue gak mau maafin lo dan merasa jijik banget sama lo. Kenapa lo masih berani nampakin diri lo di depan gue?"

"Lo punya malu gak?" sarkas Alan membuat Angel kicep di tempatnya.

Angel semakin menunduk dengan jari-jemarinya yang ia tautkan. "Iya, Lan, maaf. Gue cuma mau pamit sama lo. Besok gue bakal pergi jauh untuk waktu yang lama."

"Bagus. Sekalian gak usah balik lagi."

"Maaf gara-gara gue, lo sama Meisya..."

Alan berdecak. Mulai sekarang ia tidak akan terhasut lagi dengan tampang Angel yang sok menyedihkan. "Hubungan gue dan Meisya hancur. Itukan yang lo pengen? Puas lo sekarang?!"

"Lan gue...."

"Udah siap?" Nada Alan langsung berubah 180 derajat saat bertanya pada Meisya yang baru keluar.

"Ngapain lo di sini?" ketus Meisya pada Alan. Ia juga sempat melirik ke arah Angel namun hanya sekilas lalu beralih menatap tajam Alan.

Alan berdiri hendak mengandeng tangan Meisya. "Jemput kamu."

"Jimpit kimi," tiru Meisya menghempaskan tangan Alan. "Emang lo sopir? Main jemput-jemput aja. Gak perlu!"

"Tapi aku udah dapet izin dari papi kamu. Katanya selama kamu masih belum sepenuhnya sehat aku yang bakal anter jemput."

"Ck, papi apaan sih?!" Meisya menggerutu lalu memanggil papinya di dalam rumah.

"Papi!!!"

Sadam keluar bertepatan dengan Angel yang masuk ke dalam rumah. Mungkin gadis itu merasa malu karena diabaikan oleh Alan. "Kenapa sih sayang, pagi-pagi teriak?"

"Kenapa papi nyuruh dia anter jemput Meisya?!" tunjuk Meisya ke Alan.

Sadam menatap Alan lalu terkekeh pelan. "Loh emangnya kenapa? Mang Onang kan lagi sakit. Papi gak bisa anter jemput kamu, makanya papi minta tolong ke Alan."

"Meisya bisa naik taksi!"

"Papi gak izinin. Kamu itu baru sembuh. Nanti kalo terjadi apa-apa di jalan gimana? Siapa yang jagain kamu?"

Meisya mendengus kasar. "Meisya bisa jaga diri sendiri, pi! Meisya bukan anak kecil!"

"Enggak-enggak, pokonya kamu tetep harus dianter jemput sama Alan. Udah ah, papi mau siap-siap ke kantor," final Sadam. "Lan, om titip Meisya, ya. Tolong jagain yang bener."

"Iya, om," angguk Alan patuh.

Meisya memerhatikan mereka berdua dengan tatapan jengkel. "Emang keliatan sekongkol!"

"Ayo berangkat nanti kita telat," ajak Alan menggandeng tangan Meisya.

Meisya menjauh. "Gue tonjok muka lo kalo pegang-pegang tangan gue!"

*****

"Ya ampun, Sya! Gue kangen sama lo!" Sarah memeluk Meisya begitu gadis itu memasuki ruang kelas. "Tapi bohong hehe..."

Meisya melepaskan pelukan Sarah. "Kampret! Lo kemana aja? Kenapa gak jenguk gue? Katanya mau jenguk?"

Sarah hanya nyengir. "Sorry, gue kemaren bener-bener gak bisa. Eh tapi lo barusan berangkat sama kak Alan, ya? Udah baikan? Lo udah maafin dia?"

"Gak! Siapa yang udah maafin." Meisya menatap Sarah penuh selidik. "Kok lo tau kalo gue berangkat bareng Alan?"

Sarah menunjuk ke arah luar kelas. "Noh, dari tadi dia buntutin lo dan sekarang dia liatin lo."

Meisya mengikuti arah pandang Sarah. Benar, tak jauh dari kelasnya ada Alan berdiri. Menatap lurus ke Meisya.

Saat tahu Meisya melihatnya, Alan langsung menunjukkan senyum tipisnya. Membuat beberapa siswi yang tidak sengaja melihat langsung menjerit kegeeran.

Meisya menghela napas. Jadi sedari tadi Alan mengikutinya dari belakang hingga dirinya masuk ke dalam kelas? Padahal tadi Meisya buru-buru keluar dari mobil Alan saat sampai di parkiran karena tidak mau terlibat pembicaraan.

"Berita kebusukan Angel udah kesebar satu sekolah. Makanya fansnya Alan balik lagi. Bejibun."

"Kok bisa?"

Sarah berdecak. "Lo kaya gak tau aja. Di sini semua muridnya ahli dalam bidang pergibahan."

*****

"Gimana Meisya, Lan?"

"Cantik," jawab Alan cuek.

Ilham berdecak. "Ck, bucin. Maksud gue tuh gimana hubungan lo sama Meisya? Bukan Meisya gimana."

"Apa sih, Ham. ribet banget lo," sahut Akbar.

"Yang kemaren habis diusir sama orang tuanya Sarah, diem lo!" balas Ilham pada Akbar.

Akbar mengelus dadanya. "Sabar gue mah."

"Lo habis diusir orang tuanya Sarah, Bar?" tanya Gala terkejut.

"Iya. Sian banget Akbar jadi sad boy."

"Apa sih?! Gue yang ditanya lo main jawab-jawab aja!" kesal Akbar menatap Ilham sengit. "Dasar jenglot!"

"Kok bisa sih? Emang lo ngapain sampe diusir?"

"Gak ngapa-ngapain. Gue cuma bilang ke bapaknya Sarah gini, anak om cantik tapi lebih cantik lagi kalo keluar malam mingguan sama saya. Eh malah dia murka."

Gala tertawa. "Ya lo bego. Baru ketemu sama bapaknya sekali udah ngomong kaya gitu. Gak sopan. Pantes lo diusir."

"Bapaknya Sarah galak banget. Emaknya juga."

"Makanya sebelum dapetin hati anaknya lo harus luluhin hati emak bapaknya dulu. Biar gampang kalo mau PDKT," nasihat Gala.

"Susah," geleng Akbar. "Kalo kaya orang tuanya Riri atau Meisya gitu enak anjir. Mereka welcome. Nah ini belom apa-apa gue udah dipelototin ama emaknya. Judes banget dah."

"Kaya bapaknya Nenda. Lumayan galak juga tapi baik."

"Udah pernah ketemu lo Ham?"

Ilham menatap Gala lalu mengangguk. "Udah, beberapa kali waktu gue main ke rumah Nenda. Niat gue ngajak jalan Nenda gagal. Karena gue malah diajak bapaknya Nenda main catur."

"Mending lah diajak main catur, lah gue diajak main pelotot-pelototan mata."

Gala dan Ilham tertawa. "Bilang, Bar. Jangan gitu om nanti matanya copot kaya temen saya. Dia dulu hobinya melotot sekarang matanya bolong," kata Ilham bermaksud menyindir Alan yang memang sering menghadiahinya tatapan tajam.

"Apa lo?!"

Ilham bergidik ngeri. "Buset ngeri gak ada pawangnya."

"Lan itu ada Meisya sama Sarah," ujar Gala memberitahu.

Alan, Akbar dan Ilham menoleh bersamaan ke arah pintu kelas. Terlihat Meisya dan Sarah berjalan memasuki kelas.

Alan berdiri, menghampiri mereka. "Kenapa?" tanya Alan lembut.

Meisya berdecak. "Minggir gue mau lewat!"

Alan tetap berdiri di depan Meisya. Tidak bergerak sedikitpun meski Meisya mengusirnya. "Kamu mau ngapain ke sini?" Alan mengubah pertanyaannya setelah pertanyaan yang pertama tak kunjung Meisya jawab.

"Bukan urusan lo!" Meisya mendorong bahu Alan lalu menyusul Sarah.

"Kak Akbar," panggil Sarah gugup.

"Iya, kenapa?" jawab Akbar tersenyum lebar.

Sarah balas tersenyum canggung. "Boleh minjem baju olahraganya lagi, gak?"

Dengan cepat Akbar mengangguk. "Oh tentu boleh dong," jawab Akbar mengambil baju olahraganya di laci meja.

"Ini, pake aja. Tapi nanti habis istirahat mau dipake. Ada jam olahraga soalnya."

Sarah mengangguk. "Iya nanti dibalikin pas istirahat."

"Gak usah dibalikin, Sar. Bakar aja," kekeh Gala.

"Sembarangan mulut lo bos." Akbar beralih menatap ke Sarah. "Nanti biar gue aja yang ambil ke kelas lo. Biar lo gak usah repot-repot ke sini."

"Halah modus!" ledek Ilham namun tak digubris oleh Akbar.

"Makasih ya kak Akbar. Bajunya gue bawa dulu."

"Iya cantik. Sama-sama."

"Sya..." Alan mencekal pergelangan tangan Meisya. Cowok itu juga memberi kode agar Sarah pergi duluan.

"Gue duluan ya, Sya! Baiii!" pamit Sarah.

"Ck! Kenapa sih?" Meisya menatap Alan jengkel.

Tangan Alan beralih menggenggam tangan Meisya lembut. Jangan lupakan mereka saat ini masih ada di dalam kelas Alan. Hal itu tentu saja membuat keduanya menjadi pusat perhatian oleh banyak pasang mata.

"Jangan ikut olahraga dulu. Kamu baru sembuh."

Meisya memutar bola matanya malas. Malas dengan sikap Alan yang sok perhatian. Lagian kemaren-kemaren sikap manisnya ini hilang kemana? Kenapa sekarang tiba-tiba muncul lagi di saat Meisya sudah benar-benar ingin melepaskan cowok itu.

"Apa urusan lo?" sengit Meisya bertanya. "Mau gue ikut kek! Mau enggak kek! Hak gue lah!"

"Iya tau, tapi kamu baru sembuh. Badan kamu belom sepenuhnya sehat, Sya."

"Tau apa lo tentang gue?" tantang Meisya.

Alan menjawab dengan santai. "Semuanya aku tau."

Meisya terkekeh. Merasa jawaban Alan sangat lucu. "Semuanya? Halah bullshit! Kalo lo tau semuanya tentang gue, lo gak mungkin kemakan omongan Angel kaya kemaren!"

Ucapan Meisya barusan membuat Alan terdiam. Ada benarnya juga. Tapi biar bagaimanapun semua sudah terlanjur terjadi.

"Lepasin! Gue muak berhadapan sama cowok plin plan kaya lo! Dikit-dikit baik! Dikit-dikit marah! Gak jelas lo!"

Meisya menghempaskan tangan Alan dan pergi menyusul Sarah.

"Minum dulu, Lan," tawar Ilham saat Alan kembali ke tempat duduknya.

Alan menyingkirkan tangan Ilham yang memberinya botol minum. Cowok itu mengambil ponselnya di dalam tas untuk ia bawa keluar kelas. Entah kemana. Tidak ada yang berani bertanya jika Alan sedang dalam mode menyeramkan seperti sekarang.

"Lo sih Ham, pake nawarin minum. Lo kira Alan haus apa," decak Akbar.

"Kan habis berantem sama Meisya. Sampe tegang gitu. Makanya gue tawarin minuman. Biar gak tegang-tegang amat kaya anu."

"Ck, ambigu."

Gala menatap kepergian Alan. "Kadang gue merasa kasihan sama Alan," gumam Gala pelan.

Akbar menyahut. "Iya sih, apalagi kaya barusan. Alan sampe rela digituin Meisya di depan banyak orang, tapi biar gimanapun ini juga salahnya. Coba kalo dulu Alan gak percaya sama Angel. Gak bakal kaya gini."

"Namanya doang Angel. Kelakuan kaya setan," celetuk Ilham.

*****

"Aduh capek gue!" Meisya merasa sangat lelah. Padahal ia baru berlari setengah putaran.

"Tuh kan, gue bilang juga apa. Lo istirahat aja, gak usah ikut lari. Pasti diizinin kok, kan lo habis sakit."

"Tapi gue pengen ikut, Sar."

"Ck, emang dasarnya ngeyel."

Meisya kembali berlari diikuti Sarah di belakangnya. Tapi tidak lama kemudian Sarah melihat tubuh Meisya mendadak sempoyongan.

"Sya, lo gak pa..."

Bruukk

"Meisya!!!" teriak Sarah saat tubuh Meisya ambruk begitu saja.

"Woi tolongin dong ini temen gue sekarat!!!" jerit Sarah yang langsung menjadi pusat perhatian.

"Kenapa?" tanya Rifki, ketua kelas. Beberapa yang lainnya juga ikut menghampiri.

Sarah menatap Rifki dongkol. "Kenapa-kenapa! Buta mata lo? Pingsan nih! Bantuin bawa ke UKS! Cepet!"

"Biasa aja dong! Gak usah ngegas!" balas Rifki tak suka.

Rifki berusaha mengangkat tubuh Meisya sekuat tenaga. Sebenarnya Meisya itu kurus jadi tidak terlalu berat. Hanya saja Rifki, cowok itu memang mempunyai tenaga di bawah rata-rata.

"Biar gue aja."

Suara itu berhasil membuat Sarah, Rifki dan teman kelas Meisya yang lainnya menoleh ke belakang. Ternyata itu adalah suara Alan.

Alan datang dengan satu botol air mineral di tangannya. Niatnya tadi ingin memberi Meisya minuman. Tapi alangkah terkejutnya ketika ia sampai di lapangan justru mendapati Meisya pingsan.

Yang membuat Alan paling kesal adalah hampir saja ia terlambat dan ada cowok lain yang berniat menggendong Meisya, membawanya ke UKS. Tentu saja Alan tidak rela melihat cowok lain menyentuh Meisya seperti itu. Sedikitpun tidak akan rela.

Dengan sekali gerakan Meisya sudah ada di dalam gendongan Alan. Alan berjalan membopong tubuh Meisya dengan santai dan tidak terlihat keberatan sama sekali.

Langkahnya yang tegap. Tatapan matanya yang tajam. Dengan sedikit keringat mengucur di pelipisnya. Berhasil membuat beberapa siswi yang melihat, menelan ludah karena terhipnotis oleh pesona seorang Alan Aileen.

"Ganteng banget jodoh orang ya Allah."

"Plis kalo gue jadi Meisya gue bakal pingsan tiap hari biar digendong terus."

"Oke google, gimana caranya menjadi Meisya?"

"Mimpi dulu!"

*****

Gimana? Suka gak sama chap ini?

Satu kata buat chap ini?

Nungguin Alan versi novelnya?

Biar gak ketinggalan info-infonya langsung follow instagram aku ya, karena aku lebih aktif di sana

Lanjut?

Pesan buat Alan?

Pesan buat Meisya?

Pesan buat Erlang?

Pesan buat Aksa?

Pesan buat Angel?

Pesan buat Akbar dan Sarah?

Atau buat siapa aja, buat author juga boleh :

Mau up kapan? Spam disini!!! Semakin banyak yg komen dan vote semakin cpt juga up nya.

Spam komen pake emoji ❤ :

Jangan lupa follow instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeeva
@erlangaileen

See yoouu 🤍💙

Alan





Meisya

Angel

Erlang

Aksa

Continue Reading

You'll Also Like

778K 65.5K 49
"𝙳𝚒𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚌𝚒𝚙𝚝𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚖𝚞. 𝙼𝚊𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞."-𝙰𝚊𝚛𝚊𝚟'𝚜 Aarav Denta Karanva...
1.9M 12.5K 149
✨ [SELESAI] ✨ Rekomendasi ini udah selesai ya, jadi kalian bisa lanjut ke rekomendasi cerita wattpad ke 2. Berisi berbagai rekomendasi cerita wattpad...
3.4M 416K 60
#1 in Indonesia (25 Juni 2021) #2 dingin (21 November 2021) #2 teenfiction (12 Maret 2024) Di awal part emang garing. Tapi lanjut aja, pasti bakal su...
51K 4.2K 38
Jika diibaratkan 4 musim, Milo berada dimusim yang mana? "Aku tak bisa memilih. Karena, Milo bisa aja berada di 4 musim tersebut. Sifat hangat bagai...