ALAN [END]

由 tamarabiliskii

9.3M 1.1M 546K

Meluluhkan cowok cuek? Dingin? Yang banyak fans? PART MASIH LENGKAP | TERSEDIA DI TBO & GRAMEDIA Spin Off My... 更多

Prolog
1. Awal
2. Alan Modus?
3. Menyatakan Perasaan
4. Pertengkaran
5. Meisya Penting?
6. Drama Pagi Hari
7. Berangkat Bareng
8. Kesurupan
9. Cemburu?
10. Hamilin Anak Orang
11. Makan Bersama
12. Janda
13. Weekend
14. Gara-Gara Kinder Joy
15. Penolakan
16. Penting?
17. Khawatir (?)
18. Rumah Sakit
19. Sebenarnya
20. Ternyata Dia
21. Fakta
22. Sedikit Rasa Cemburu
23. PMS
24. Rencana Makan Malam
25. Pertemuan Tak Disengaja
26. Kejujuran
27. Dihukum Pak Surya
28. Keputusan Yang Menyakitkan
29. Antara Alan & Kenan
30. Mulai Dekat
31. Salah Paham
32. Demi Meisya
33. Weekend Di Rumah Alan
34. Flashback
35. Ingkar Janji
36. Bertemu Lagi
37. Isi Hati Alan
38. Pulang
39. Angel Menyebalkan
40. Kebohongan
41. Gila?
42. Permintaan Maaf Alan
43. Kabar Buruk
44. Permintaan Angel
45. Ulah Erlang
46. Rahasia Alan & Angel
47. Meisya vs Selena
Chat Alan & Meisya
49. Fakta Baru
50. Salah Paham
51. Sisi Lain Alan
52. Setelah Putus
53. Terungkap
54. Terlibat
55. Salah Sasaran
OPEN MEMBER GC
56. Salah Siapa?
57. Pembawa Sial
58. Kebimbangan Alan
59. Sindiran Meisya
60. Tentang El
61. Benar atau Salah?
62. Sisi Baik Andra
63. Terbongkar
64. Maaf Untuk Semua
65. Perjuangan Alan
66. Maaf, Sya.
67. Menyerah?
68. Akhir
69. Benar-Benar Berakhir
VOTE COVER NOVEL ALAN
SPECIAL CHAPTER + INFO PRE ORDER
PRE ORDER ALAN
INFO
SPECIAL CHAPTER ALANMEISYA

48. Pernyataan Angel

96.2K 13.6K 14.6K
由 tamarabiliskii

Masih nungguin Alan up?

Kalo aku buat GC WA Alan mau gak?

Gimana puasanya? Lancar gak?

Gimana doinya? Udah punya gak? Haha

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeeva
@erlangaileen

_________________________________

Meisya menghembuskan napas kecewa ketika membaca balasan pesan dari Alan. Alan tidak bisa mengantarkan dirinya pulang. Oke, mungkin Alan memang benar-benar ada urusan penting yang tidak bisa cowok itu tinggalkan begitu saja. Meisya tidak mau mempermasalahkan hal itu. Karena Meisya bukanlah tipe cewek ribet. Jadi untuk apa ia harus mempermasalahkan hal yang memang tidak perlu dipermasalahkan. Kecuali....

Alan berbohong.

"Kepala lo masih sakit?" tanya Sarah saat mendapati ekspresi wajah Meisya yang terlihat tidak baik-baik saja.

Meisya bergumam pelan. "Gue pulang aja deh. Tadi gue juga udah izin ke Rifki."

Rifki itu ketua kelas. Tadi Meisya memang sudah izin pada Rifki kalau dirinya izin pulang karena tidak enak badan. Untungnya, hingga saat ini belum ada guru yang masuk ke kelas. Karena rapat memang belum selesai.

"Sama siapa?"

"Minta jemput sopir."

"Gak minta anter kak Alan aja?" tanya Sarah heran. Harusnya Meisya bisa memanfaatkan Alan dong. Punya pacar, gak afdol kalau gak dimanfaatkan. Begitu menurut Sarah.

Meisya menggeleng sebagai jawaban. "Dia gak bisa. Katanya ada urusan penting yang gak bisa ditinggal."

"Ya udah yuk, gue anter lo ke depan," kata Sarah yang hendak mengikuti Meisya berdiri.

"Gak usah. Nanti ada guru masuk kelas malah lo telat," cegah Meisya.

"Ya elah, lebay amat lo. Tinggal bilang kan kalo abis nganter lo, lo sakit."

"Gak, gue sendiri aja," kekeuh Meisya menolak.

Sarah menghembuskan napas beratnya. Meisya memang keras kepala. "Hm, oke. Tiati lo, cepet sembuh ya jangan mati dulu."

"Cie perhatian." Meisya tertawa jahil membuat Sarah berdecak kasar.

"Ck, jangan mati karena lo masih ada utang ke gue. Lunasin dulu," balas Sarah sembari terkekeh. Puas melihat raut wajah Meisya yang kesal.

"Kampret! Gue balik dulu. Jangan kangen! Bye!" Pamit Meisya kemudian gadis itu beranjak keluar dari kelas dengan membawa tasnya.

"Dih najis kangen sama lo. Mending kangen sama...."

"Sama gue ya?" sahut seseorang yang tiba-tiba muncul dari jendela kelas samping tempat duduk Sarah.

"Astagfirullah, kak Akbar ngapain?" tanya Sarah kaget. Siapa yang gak kaget coba, tiba-tiba muncul kepala Akbar dari jendela. Untung Sarah tidak mempunyai riwayat penyakit jantung.

Akbar tersenyum lebar. Memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Mampir bentar. Mau liat calon masa depan," gombalnya.

"Merdu banget suara buaya jantan," ledek Sarah terkekeh.

"Eh btw Meisya pulang? Kenapa dia?" tanya Akbar. Barusan Akbar memang sempat melihat Meisya berjalan keluar kelas dengan membawa tas. Tapi belum sempat menyapa, Meisya sudah melangkah jauh.

"Sakit. Kepalanya pusing. Terus dia lagi gak mood hari ini gara-gara berantem sama Selena tadi. Jadi mau pulang aja."

Akbar mengangguk-anggukkan kepala memahami apa yang Sarah jelaskan. "Moga aja Alan udah gak ada."

"Hah? Maksudnya?" tanya Sarah tidak mengerti.

"Tadi gue liat Alan masih di parkiran sama Angel. Alan mau nganter Angel ke rumah sakit. Takutnya Meisya liat terus salah paham," jelas Akbar santai. Namun tidak dengan respon yang Sarah berikan. Dada gadis itu seketika menggebu-gebu meluapkan amarah ketika mendengar penjelasan dari Akbar.

Apa katanya? Alan akan mengantar Angel ke rumah sakit? Gila! Jadi itu yang dimaksud Alan urusan penting yang tidak bisa ditinggal?

Mengantar Angel ke rumah sakit sementara membiarkan Meisya pulang sendirian. Padahal Meisya juga sedang tidak baik-baik saja. Dasar brengsek!

"Bangsat!" umpat Sarah pelan. Tapi Akbar masih bisa mendengarnya.

"Heh! Cewek gak boleh ngumpat! Gue cipok mampus lo!" kata Akbar memperingati. Membuat Sarah langsung kicep di tempat.

*****

Angel melirik Alan di sampingnya. "Lan, maaf ya gue ngerepotin lo lagi," ujarnya merasa tidak enak. Karena beberapa hari belakangan ini, Angel sering meminta bantuan pada Alan.

Alan tidak menoleh. Cowok itu masih fokus menatap jalan raya di depannya. "It's okey."

It's okey mbahmu!

Mata Alan bergerak menatap Angel sebentar. "Sejak kapan lo kaya gini? Em, maksud gue, sejak kapan lo ngerasa sakit?"

"Seminggu yang lalu," jawab Angel kemudian mengambil napas dalam-dalam. "Sejak seminggu yang lalu gue ngerasa ada yang gak beres sama badan gue. Gue jadi sering lemes tanpa sebab. Terus gak nafsu makan. Pokonya gue ngerasa badan gue sakit semua."

Angel menundukkan kepalanya dengan kedua tangan saling bertaut. "Gue takut punya penyakit yang serius, Lan. Lo tau kan kalo almarhum mama gue sering sakit-sakitan. Gue takut gue juga bakal kaya gitu."

"Gak, lo gak boleh ngomong gitu, Ngel. Ucapan adalah doa." Alan menatap Angel tidak suka. Meksi hanya sekedar sahabat. Alan juga tidak mau melihat Angel kenapa-kenapa. Itu sebabnya Alan langsung gerak cepat saat Angel menelfon nya dan mengatakan kalau ia ingin memeriksakan diri ke rumah sakit.

Urusan Meisya, Alan juga sama khawatirnya ketika mendapat kabar kalau gadis itu sakit kepala. Tapi di sini, Alan beranggapan bahwa untuk sekarang Angel lebih membutuhkan dirinya dari pada Meisya. Mungkin Meisya hanya sakit kepala biasa. Sedangkan Angel, kondisi gadis itu tidak baik-baik saja sejak beberapa hari yang lalu. Besar kemungkinan, ada sesuatu yang tidak beres mengenai kesehatan Angel.

"Gue beruntung punya sahabat kaya lo. Semoga lo bisa kaya gini terus ya, Lan." Lirih Angel membuat hati Alan sedikit bimbang. Namun Alan tetap tersenyum untuk menanggapinya.

Sebenarnya, Alan juga tidak nyaman jika harus berbohong pada Meisya seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, hanya ini yang bisa Alan lakukan untuk sekarang. Nanti, Alan akan mencoba bicara baik-baik dengan Meisya. Agar gadisnya itu tidak salah paham ketika Alan berbuat baik pada Angel. Alan yakin, pelan-pelan Meisya pasti akan terbiasa dengan hal ini dan bisa menerima Angel kembali. Alan hanya ingin hubungan Angel dan Meisya membaik seperti dulu.

Mata Angel menatap Alan yang sedang mengetikkan sesuatu di ponsel. Kepala cowok itu bergerak naik turun. Seolah sedang berusaha membagi fokusnya antara jalanan dan layar ponsel.

Angel tersenyum miris ketika melirik ke layar ponsel Alan. Tertera jelas nama Meisya di sana. Jadi, sejak tadi Alan mencoba mengirim pesan untuk Meisya?

Sepenting itu memang sampai Alan begini? Dulu, Angel tidak pernah melihat pemandangan seperti ini. Alan yang selalu cuek dengan ponselnya. Alan yang hanya menggunakan ponselnya untuk urusan kantor. Namun lihatlah sekarang. Cowok itu menjadi bucin sejak mengenal Meisya. Dan jujur, Angel tidak suka.

"Jangan main hape, Lan. Lo kan lagi nyetir," nasihat Angel. Sayangnya Alan hanya menanggapinya dengan gumaman pelan.

"Emangnya lo lagi chat siapa sih?" kepo Angel. Meskipun sudah tahu, ia bersikap pura-pura tidak tahu. Karena ingin melihat bagaimana reaksi Alan. Apakah cowok itu akan jujur atau menutupinya.

Menghela napas. Cowok di samping Angel itu meletakkan ponselnya di saku baju. Sedari tadi Alan khawatir karena Meisya tidak kunjung membalas pesan darinya. Padahal Alan ingin tahu, apakah gadis itu sudah pulang atau masih di sekolah.

"Gue lagi chat Meisya. Dia sakit."

"Meisya sakit?" tanya Angel sedikit terkejut.

"Hm," angguk Alan. "Sakit kepala katanya."

Tidak langsung menjawab. Angel mengalihkan tatapannya ke luar mobil. Ia menghembuskan napasnya pelan. Kemudian berujar, "Meisya itu dimanja banget sama mami papi. Jadi kadang sakit dikit ngeluhnya gak karuan. Beda sama gue, gue kalo sakit mau ngeluh sama siapa lagi kalo gak sama lo?"

"Papi?" Angel tertawa miris. "Mana peduli sih sama gue. Paling cuma disuruh minum obat. Gak kaya Meisya, kalo ngeluh sakit, pasti langsung dipeluk, disayang-sayang."

Memang benar apa yang Angel ucapkan barusan. Kemaren saat Angel sakit, Sadam hanya memanggilkan dokter dan memintanya minum obat. Berbeda dengan Meisya, kemaren gadis itu juga mengeluh sakit tenggorokan. Tapi Sadam langsung gerak cepat. Memeluk Meisya, menciumnya, bahkan Meca dan Sadam sampai menemani Meisya tidur di kamar. Sesayang itu mereka dengan Meisya. Dan jujur, Angel sangat iri melihatnya. Ia merasa tidak diharapkan siapa-siapa kecuali mamanya.

"Jangan mikir gitu. Mereka juga pasti sayang sama lo. Cuma, kalian belum terlalu deket aja. Kalo Meisya udah dari bayi sama mereka. Jadi wajar kalo mereka bakal sekhawatir itu," ujar Alan panjang lebar. Kalau bukan menyangkut persoalan Meisya. Mana mungkin Alan mau bicara sepanjang ini.

Alan tahu, jadi Angel itu tidak mudah. Gadis itu pasti sering merasa kesepian dan tertekan karena belum terbiasa tinggal dengan keluarga Meisya. Selepas dari sikap buruk Angel ke Meisya yang sudah Alan ketahui. Alan tetap ingin menjadi sahabat untuk Angel. Biar bagaimanapun, Angel sebenarnya gadis baik-baik. Hanya saja, keadaan yang membuatnya menjadi seperti sekarang.

"Lan, gue boleh nanya gak?"

"Apa?" jawab Alan tanpa repot-repot menolehkan kepala.

"Sesayang dan secinta apa lo sama Meisya?"

Dahi Alan mengernyit bingung. Kenapa Angel bertanya tentang hal demikian. Bukannya sudah jelas Alan sangat menyayangi dan mencintai Meisya. Kalau tidak, mana mungkin Alan menjadikan gadis itu sebagai pacar pertamanya dan satu-satunya. Mengingat begitu banyak cewek lain yang lebih cantik dan lebih segalanya dari Meisya di luaran sana yang selalu mengejar-ngejar Alan.

"Maksud lo?"

Angel bergerak gelisah dalam duduknya. Tidak lama kemudian gadis itu kembali buka suara untuk menjawab pertanyaan Alan. "Apa gak ada kesempatan buat gue, Lan?"

Kesempatan? Ini maksudnya Angel mengungkapkan perasaannya pada Alan secara tidak langsung?

"Kesempatan?" bingung Alan. Heran dengan ucapan Angel yang semakin ngawur.

"Maksud lo apa, Ngel?" tanya Alan mulai berfirasat tidak enak. Tidak biasanya Angel begini. Alan tahu maksud Angel ke arah mana. Tapi Alan hanya ingin memastikan.

Angel mengigit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa gugup. "Gue...em...gue suka sama lo, Lan. Gue....jatuh cinta sama lo."

Alan diam. Ia tidak tahu harus memberikan respon seperti apa. Bahkan hal ini tidak pernah sekalipun Alan bayangkan sebelumnya. Orang yang ia anggap sebagai sahabat, sebagai saudara ternyata menyimpan perasaan lebih untuk dirinya.

Lalu Alan harus melakukan apa sekarang?

Apakah Alan terlihat jahat jika cowok itu boleh mengatakan kalau dirinya justru merasa geli dengan pengakuan Angel barusan?

Melihat keterdiaman Alan yang cukup lama. Angel berinisiatif untuk memegang lengan kekar Alan. Sebelumnya, Angel lebih dulu memejamkan mata dan mengambil napas dalam-dalam. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Tidak apa terlihat sedikit murahan. Toh dia hanya ingin mengungkapkan perasaannya yang sudah ia pendam sejak lama. Tidak salah bukan?

"Apa lo gak ada perasaan sedikitpun ke gue, Lan?" Angel memberanikan diri menatap wajah Alan yang masih tampak begitu datar.

Alan menyingkirkan tangan Angel pelan-pelan. Ia mulai tidak fokus dengan jalanan mendengar pertanyaan Angel barusan. "Jangan kaya gini, Ngel," kata Alan tidak nyaman. Jujur, Alan risih dengan sikap Angel yang seperti ini.

Angel menjauhkan tangannya lalu tersenyum pahit. "Salah ya kalo gue ada perasaan lebih ke lo?"

Tatapan Alan masih lurus ke depan. Ia sama sekali tidak melirik Angel. "Gak salah. Semua orang boleh jatuh cinta ke siapapun. Termasuk lo yang jatuh cinta ke gue. Tapi, lo harus inget. Semua ada konsekuensinya."

Angel belum paham kemana arah pembicaraan Alan. "Maksudnya?"

"Gue hargai perasaan suka lo ke gue, Ngel."

Angel tersenyum bahagia. Apa ini artinya masih ada kesempatan untuk dirinya?

Tapi perlahan senyum Angel mulai luntur mendengar lanjutan pembicaraan Alan.

"Tapi, maaf. Gue gak bisa bales dengan perasaan yang sama. Selama ini gue anggep lo sahabat dan selamanya akan tetep kaya gitu."

"Jadi....tolong buang perasaan lo jauh-jauh, Ngel. Gue gak mau cewek gue salah paham." Alan menekankan kata 'cewek gue' agar Angel sadar kalau Alan ini sudah mempunyai pacar. Bahkan saudara tiri gadis itu sendiri.

Deg!

Rasa nyeri tiba-tiba menghantam dada Angel. Bahkan rasanya seperti menjalar ke sekujur tubuh. Sakit. Dan ini pertama kalinya Angel merasakan sakit yang luar biasa karena Alan.

Alan menolaknya mentah-mentah? Ya Tuhan, kenapa takdirnya begitu buruk.

"Sorry, Ngel. Kalopun ada perasaan yang lebih dari sekedar sahabat. Mungkin itu perasaan sayang gue ke lo sebagai seorang kakak laki-laki ke adek perempuannya."

Alan tahu, mungkin perkataannya ini akan melukai hati Angel. Tapi bukankah lebih baik seperti ini?

Dari pada harus ditutup-tutupi dan ujungnya Angel akan merasakan sakit yang lebih parah.

Menghela napas. Angel pura-pura tersenyum. Hatinya boleh hancur tapi senyumnya tetap harus mengembang lebar di wajah pucat nya itu. "Oke, gue paham. Maaf gue lancang, Lan."

Setelah itu tidak ada lagi percakapan di antara mereka. Dua-duanya sama-sama tenggelam dalam keheningan dan keterdiaman. Sibuk dengan pemikiran di kepala mereka masing-masing.

Mata Angel melirik Alan sekilas. Ia tersenyum kecut. Sosok yang ia cintai sedari dulu ternyata baru saja menolaknya mentah-mentah. Apakah setelah rencananya kali ini berjalan dengan mulus, Alan akan tetap bersikap seperti sekarang?

Ah, Angel mulai pesimis. Padahal ia sudah menyiapkan semuanya jauh-jauh hari. Rencana besar yang mungkin akan membuatnya bisa bersama dengan Alan lebih lama. Dan pelan-pelan akan membuat rasa cinta di hati Alan tumbuh untuknya.

Cinta bisa tumbuh karena kebiasaan bukan? Dan itu yang Angel harapkan nantinya.

"Maaf, Sya. Lo udah punya segalanya. Biarin gue egois untuk satu hal ini.

*****

Di sisi lain, Sadam yang baru saja menyelesaikan rapat kerjanya bersama Anton. Kini duduk santai di ruangan kerja Sadam.

"Kalo anak kita jodoh gimana?" celetuk Anton tiba-tiba.

"Kawinin," enteng Sadam menjawab.

Anton terkekeh. "Nikah dulu lah baru kawin."

"Tapi ya, bayangin deh kalo Alan sama Meisya jodoh. Terus mereka nikah, bakal se-good looking apa cucu kita nanti?"

Sadam menanggapinya dengan geleng-geleng kepala. Heran. Kenapa teman lamanya ini sudah berpikiran sejauh itu? Bahkan Meisya masih kelas dua SMA dan Alan kelas tiga SMA. Masih begitu jauh perjalanan mereka untuk meraih masa depan. Masih banyak hal yang harus mereka capai sebelum menikah.

"Meisya masih kecil, Ton. Jangan mikir ke sana dulu."

"Ya kenapa? Lo gak gaul ya? Liat tuh di aplikasi Wattpad masih SMA udah pada nikah. Dijodohin sama orang tuanya. Kenapa kita gak gitu juga?"

"Lo tua bangka tau aja sama aplikasi begituan," cibir Sadam.

Anton tertawa terbahak. "Istri gue bacanya begituan. Mana yang dibaca cerita duda semua. Masa katanya dia pengen ngerasain nikah sama duda kaya raya."

"Pengen jadi kesayangan duda katanya," lanjut Anton terkekeh.

"Ya udah kalian cerai. Ntar rujuk lagi. Kan sama aja tuh istri lo nikah sama duda," saran Sadam ngawur.

"Matamu."

"Hahahaha," Sadam tertawa. Sudah lama rasanya ia tidak berbincang hal absurd begini dengan teman semasa kuliahnya dulu semenjak lost contact.

Anton menggeser duduknya lebih dekat dengan Sadam. Wajahnya berubah menjadi lebih serius.

"Ngapain lo?" tanya Sadam was-was. Takut Anton macam-macam. Bapak-bapak tiga anak yang satu ini kan memang agak kurang waras.

"Ngomong-ngomong, janda depan rumah lo masih janda gak?" tanya Anton sembari mengangkat sebelah alisnya menatap Sadam serius.

"Bodo amat. Cari tau aja sendiri."

Anton ini memang tidak pernah berubah. Sedari dulu suka sekali topik pembicaraan mengenai janda. Pantas saja kalau Erlang sekarang juga begitu. Ternyata turun temurun.

"Kapan lo mau kasih tau Angel kalo dia bukan anak kandung lo?" tanya Anton tiba-tiba. "Kasian kalo dia hidup dengan kebohongan ini. Lebih baik dia tau dari lo sendiri daripada tau dari orang lain."

Sadam menghela napas. Ia juga tidak tahu kapan akan memberitahu Angel yang sebenarnya. Semua jadi serba salah. Sadam bingung harus bagaimana.

"Nanti di waktu yang tepat."

Anton berdecak. "Gak ada waktu yang tepat. Yang ada lo mau kasih tau dia apa enggak. Udah gitu doang."

"Nunggu waktu yang tepat sampe kiamat juga gak tepat kalo lo gak ada niat ngasih tau dia," tambahnya.

"Gak semudah itu," bantah Sadam.

Sadam menatap Anton. "Alan udah tau yang sebenarnya."

"Kok bisa?" tanya Anton. Perasaan Anton tidak pernah membahas soal ini dengan Alan. Meskipun Anton sudah tahu masalah ini beberapa bulan yang lalu. Karena Sadam sendiri yang menceritakan. Tapi tidak pernah sekalipun Anton membicarakan mengenai latar belakang keluarga Angel dengan Alan.

"Waktu itu gue kasih tau anak lo. Gue liat, cuma Alan orang yang begitu Angel percaya setelah mamanya. Gue mau Alan yang bantu Angel jika suatu saat Angel gak bisa nerima kenyataan ini."

Masih ingat jika dulu Sadam pernah mengajak bicara Alan berdua saja? Nah sebenarnya hal itu yang mereka bicarakan.

Drtt...drttt...drttt...

Anton berdecak ketika melihat ponselnya. Ternyata si anak dakjal yang menelfon.

"Kenapa, Lang?"

"Papa di mana? Erlang kangen banget."

"To the point. Mau apa?"

Erlang terbahak di seberang sana. Ternyata papanya begitu peka.

"When pamungkas said. Kalo makan mungkin gak bisa sampai ke tulangnya. Tapi kalo papa gak transfer uang sekarang, bisa-bisa badan Erlang tinggal tulangnya aja."

"Jadi?"

"Jadi transfer uang ke Erlang sekarang, pa. Gak pake lama."

"Gak sopan kamu. Telfon cuma mau minta uang."

"Cuma uang doang. Emang kalo Erlang minta adek papa masih sanggup?"

"Ngremehin papa kamu, hah?"

"Enggak-enggak. Erlang percaya papa kuat. Tapi gak usah kasih adek lagi ya. Adek satu kaya Yulpong aja bikin Erlang pusing. Apalagi nambah. Udah kaya panti asuhan tuh rumah."

"Minta uang berapa jangan bacot terus kamu, Lang."

"Sesuatu yang berlebihan itu gak baik, pa. Tapi kalo uang ya gak papa. Jadi, Erlang minta tiga juta deh."

"Oke, habis ini papa transfer."

"Papa baik deh. Erlang jadi makin sayang sama mama."

Baru saja Anton akan membalas ucapan anak kurang ajarnya itu. Tapi ternyata telfonnya sudah Erlang matikan terlebih dahulu. Durhaka memang.

"Untung Alan gak gitu," kekeh Sadam yang sejak tadi memang mendengarkan pembicaraan Anton dan Erlang.

Anton menghela napas. "Ya gak papa lah. Setidaknya gue masih punya satu keturunan yang waras."

Drtt...drtt...drttt...

"Halo?"

"Papi! Hiks..."

Sadam terkejut mendengar suara tangis istrinya. "Kenapa?" tanya Sadam panik.

"Meisya...Meisya kecelakaan!"

*****

Gimana part ini? Apakah cukup menguras emosi? Untung udah buka puasa.

Kalo kalian punya sodara tiri kaya Angel, mau kalian apain?

Btw kalo Alan versi cetak terbit tahun gimana?

Lanjut gak?

Pesan buat Alan?

Pesan buat Meisya?

Pesan buat Angel?

Atau buat siapa aja, buat author juga boleh :

Mau up kapan? Spam disini!!! Semakin banyak yg komen dan vote semakin cpt juga up nya.

Spam komen pake emoji ❤ :

Jangan lupa follow instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeeva
@erlangaileen

See yoouu 🤍💙

Yang punya akun tiktok, kuy follow akun tiktok aku wkwk


Nih ada yang lebih seger dari es campur



Nih ada paketu juga



Ini Alan sama Meisya

继续阅读

You'll Also Like

19.9M 520K 41
⚠️ Sudah Terbit!!! 🛒 Tersedia di Gramedia dan TBO ~Revenge Hasn't Been Avenged~ SEBAGIAN PART DI HAPUS ⚠️Second book from REGAL (dianjurkan membaca...
778K 65.5K 49
"𝙳𝚒𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚌𝚒𝚙𝚝𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚖𝚞. 𝙼𝚊𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞."-𝙰𝚊𝚛𝚊𝚟'𝚜 Aarav Denta Karanva...
ARSYAD DAYYAN 由 aLa

青少年小说

2M 109K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
630K 23.1K 49
[COMPLETE] Senio Reygan Pratista. Seorang lelaki yang terkenal troublmaker, bad boy, leadernya tauran, juaranya balapan, tengil, ngeselin, dan sejeni...