ALAN [END]

By tamarabiliskii

9.3M 1.1M 546K

Meluluhkan cowok cuek? Dingin? Yang banyak fans? PART MASIH LENGKAP | TERSEDIA DI TBO & GRAMEDIA Spin Off My... More

Prolog
1. Awal
2. Alan Modus?
3. Menyatakan Perasaan
4. Pertengkaran
5. Meisya Penting?
6. Drama Pagi Hari
7. Berangkat Bareng
8. Kesurupan
9. Cemburu?
10. Hamilin Anak Orang
11. Makan Bersama
12. Janda
13. Weekend
14. Gara-Gara Kinder Joy
15. Penolakan
16. Penting?
17. Khawatir (?)
18. Rumah Sakit
19. Sebenarnya
20. Ternyata Dia
21. Fakta
22. Sedikit Rasa Cemburu
23. PMS
24. Rencana Makan Malam
25. Pertemuan Tak Disengaja
26. Kejujuran
27. Dihukum Pak Surya
28. Keputusan Yang Menyakitkan
29. Antara Alan & Kenan
30. Mulai Dekat
31. Salah Paham
32. Demi Meisya
33. Weekend Di Rumah Alan
34. Flashback
35. Ingkar Janji
36. Bertemu Lagi
37. Isi Hati Alan
38. Pulang
39. Angel Menyebalkan
40. Kebohongan
41. Gila?
43. Kabar Buruk
44. Permintaan Angel
45. Ulah Erlang
46. Rahasia Alan & Angel
47. Meisya vs Selena
48. Pernyataan Angel
Chat Alan & Meisya
49. Fakta Baru
50. Salah Paham
51. Sisi Lain Alan
52. Setelah Putus
53. Terungkap
54. Terlibat
55. Salah Sasaran
OPEN MEMBER GC
56. Salah Siapa?
57. Pembawa Sial
58. Kebimbangan Alan
59. Sindiran Meisya
60. Tentang El
61. Benar atau Salah?
62. Sisi Baik Andra
63. Terbongkar
64. Maaf Untuk Semua
65. Perjuangan Alan
66. Maaf, Sya.
67. Menyerah?
68. Akhir
69. Benar-Benar Berakhir
VOTE COVER NOVEL ALAN
SPECIAL CHAPTER + INFO PRE ORDER
PRE ORDER ALAN
INFO
SPECIAL CHAPTER ALANMEISYA

42. Permintaan Maaf Alan

113K 14.5K 3.7K
By tamarabiliskii

Malam senin lagi pada ngapain? Selain baca Wattpad

Kangen sama Alan Meisya gak? Atau kangen sama Angel? Wkwk

Semoga kalian tetep suka ya sama cerita menye-menye ini :')

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeeva


Baru saja Alan merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah membersihkan badan karena ia baru mengantar Angel pulang ke rumah. Saat di sekolah gadis itu sakit. Mau tidak mau Alan yang harus mengurus. Karena Angel tidak mempunyai teman dekat selain dirinya.

Ponsel Alan terus-terusan berdering. Tidak tahu dari siapa. Yang jelas itu mengganggunya. Alan lelah, ia ingin memejamkan matanya sebentar saja. Untuk menghilangkan rasa penat.

Sebenarnya, tadi setelah mengantar Angel pulang, Alan sempat berpikiran untuk kembali ke sekolah. Tapi menyadari bahwa lima menit lagi bel pulang sekolah akan berbunyi. Alan memutuskan untuk pulang saja. Lagipula ia sudah mendapatkan izin pulang dari guru. Urusan Meisya, tadi Alan juga sudah meminta gadis itu untuk pulang bersama sopir.

Karena terlalu lelah. Alan benar-benar terlarut dalam tidurnya. Tidak lagi memedulikan suara deringan di ponsel miliknya itu.

*****

"Sekali lagi makasih, Nan."

Kenan menghela napas panjang. Untung saja saat Meisya menghubungi dirinya. Cowok itu masih ada di parkiran sekolah. Jadi dengan cepat Kenan menuju ke kamar mandi. Membukakan pintu kamar mandi Meisya yang terkunci dari luar.

"Lo tau siapa pelakunya?" tanya Kenan menatap Meisya serius.

Meisya sudah menduga dari tadi. Ini pasti ulah si Selena. Siapa lagi kalau bukan ulat bulu itu. Beruntung Meisya membawa ponsel saat ke kamar mandi. Kalau tidak, entah bagaimana nasibnya hari ini.

"Selena," jawab Meisya yakin.

"Ya Tuhan, si cabe itu pelakunya?"

Dahi Meisya mengernyit. "Lo kenal?"

Kenan mendengus. Bagaimana tidak kenal. Gadis itu satu kelas dengan dirinya. "Dia sekelas sama gue."

Meisya hanya ber-oh-ria sebagai respon. Setidak peduli itu ia dengan Kenan. Sampai-sampai Meisya baru tahu kalau Selena satu kelas dengan Kenan.

"Gara-gara Alan?" tebak Kenan.

Meisya mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Kenan. "Iya lah, gara-gara apalagi coba. Dia kan fans Alan garis keras."

"Gimana awalnya?"

"Gue ke kamar mandi buat cuci muka sekalian buang air kecil. Terus gue sempet debat sama Selena. Abis itu gue masuk ke kamar mandi. Pas gue udah selesai, gue baru sadar kalo pintunya dikunciin Selena dari luar."

"Sarah gak nyariin lo? Kan lo izin ke kamar mandi tapi gak balik sampe bel pulang."

"Hapenya mati dari jam istirahat pertama. Makanya gue gak ada niat buat hubungin dia. Tapi barusan dia kirim chat ke gue. Dia udah pulang. Tadi dia nyariin gue di kamar mandi tapi karena dihadang sama Selena dan dia keburu dijemput sama bokapnya. Jadi dia langsung balik," jelas Meisya membuat Kenan mengerti.

"Kenapa lo telfon gue? Ah, maksudnya Alan ke..."

"Jangan bahas dia. Gue kesel," potong Meisya cepat. Gadis itu sedang tidak mood membahas tentang Alan.

Hari ini, Alan membuatnya sangat kesal. Cowok itu tidak mengangkat telfon dari Meisya. Bahkan sudah berkali-kali Meisya mencoba menghubunginya. Namun tetap saja tidak ada balasan apapun. Entah sesibuk apa Alan mengurus Angel. Sampai-sampai melupakan dan tidak memedulikan Meisya yang sedang membutuhkan bantuan.

Meisya bersumpah ingin mendiamkan cowok itu dalam beberapa waktu. Hitung-hitung ini adalah pelajaran untuk Alan. Agar di lain hari, cowok itu tidak bersikap seenaknya pada Meisya.

Tidak mau terlalu ikut campur urusan Alan dan Meisya. Kenan mengangguk paham. Mungkin Meisya memang sedang ada suatu problem dengan cowok itu.

"Gue anter lo pulang." Kalimat Kenan lebih terdengar sebagai pernyataan dari pada pertanyaan.

Meisya hendak membuka suara untuk menolak ajakan Kenan. Tapi dengan cepat Kenan menyerobotnya. "Jangan nolak. Anggep aja ini sebagai imbalan karena gue udah nolongin lo. Jadi lo harus mau gue anter."

"Oke," angguk Meisya pasrah. Mau bagaimana lagi. Kenan sudah baik. Tanpa Kenan, Meisya tidak mungkin bisa pulang sekarang.

*****

Hari berganti menjadi malam. Sejak bangun dari tidurnya Alan sibuk menghubungi Meisya. Sadar, ternyata tadi yang membuat ponselnya terus-terusan berdering itu telfon dari Meisya.

Rasa menyesal tentu saja menghantui Alan. Namun sayang, sekarang justru gadis itu yang tidak mau mengangkat telfon Alan. Bahkan tidak mau juga untuk sekedar membaca pesannya.

Alan tahu, Meisya sedang marah dengannya. Ini semua memang kesalahannya sendiri. Kecerobohannya. Baru juga hubungannya dengan Meisya berjalan selama dua minggu. Sekarang sudah ada masalah.

Yang membuat Alan sekarang gelisah. Kenapa gadis itu tadi menelfonnya hingga puluhan kali. Alan ingin tahu alasannya.

Apakah tadi Meisya begitu membutuhkannya? Atau hanya sekedar iseng?

Tanpa membuang-buang waktu. Alan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Meisya. Pikirannya tidak tenang jika harus seperti ini terus.

Hm, sepertinya Alan memang sudah bucin teman-teman.

"Ada kelapa di atas nampan. Eh anak papa yang paling tampan," sambut Anton dengan nada pantun ketika melihat Alan berjalan menuruni anak tangga. "Mau kemana, Lan?"

"Keluar," jawab Alan cuek.

"Maksud papa, keluar ke mana?"

"Ke dalem," sahut Erlang ambigu. Entah dari mana datangnya. Tapi dugaan Anton anak tengilnya itu baru saja pulang dari tempat nongkrongnya sejak pulang sekolah tadi.

"Si Rijal gak punya uang. Heh dakjal kenapa baru pulang?" pantun Anton sembari mengalihkan tatapannya ke Erlang. Jelas, bahwa pantun itu ia tujukan untuk Erlang.

Erlang terkekeh pelan. Kemudian duduk di dekat papanya. "Si plankton jadi nahkoda. Maaf pak Anton, karena anakmu ini sedang menikmati masa muda," balasnya dengan nada pantun juga. Tak mau kalah dari sang papa.

Membuat Anton langsung tertawa keras. Sepertinya Erlang ini memang benar-benar duplikat dirinya semasa muda. Ganteng, bandel, tengil, suka cengengesan dan tentunya hobi mengoleksi gebetan.

Alan menggeleng heran. Sepertinya papa dan adiknya memang sama-sama kurang waras. "Alan keluar dulu," pamitnya.

"Mpok ati lagi rebahan. Tiati di jalan," teriak Anton pada Alan yang sudah menjauh.

Erlang ikut tertawa melihat papanya yang bahagia karena bisa menjahili Alan. "Ambil kelapa di pohonnya. Jangan lupa martabaknya!!!" tambah Erlang berteriak.

"Kayanya asyik kalo kita satu keluarga ngomong pake pantun tiap hari, Lang," celetuk Anton.

Erlang tampak berpikir sejanak. "Tapi kasian bang Al. Nanti dia depresot hahaha..."

Anton mengangguk setuju. "Iya juga ya. Papa jadi bengek kalo bayangin Alan yang sikapnya kaya gitu tapi pantun tiap hari hahaha..."

"Ngapain lo pong?" Erlang menatap Aksa yang sejak tadi sibuk sendiri. Memutar musik senam di ponsel milik Anton lalu menjejerkan semua robot yang ia punya di belakang dirinya.

Sekarang kanan e...
Nona manis putar lah ke kanan...
Ke kanan, ke kanan, ke kanan dan ke kanan, ke kanan, ke kanan, ke kanan manis e...

Aksa menoleh. Ia menatap Erlang tidak suka. Abangnya itu selalu menganggu kegiatannya. Dengan wajah kesal. Aksa meletakkan satu jari telunjuknya di depan bibir. "Ssssttt....Aksa lagi ngajakin mereka senam! Jangan ganggu!"

Setelah mengatakan itu, Aksa kembali menghadap depan. Membelakangi Erlang dan robot-robotnya. Dan kembali berjoget sesuka hati. Seolah dia menjadi pemimpin senam untuk robot-robot di belakangnya itu.

Erlang mengedarkan pandangannya ke bagian belakang Aksa. Menatap aneh robot-robot yang berjajar rapi di belakang adiknya.

Miris. Batin Erlang.

"Udah biarin, tadi Aksa nangis karena ditinggal mama arisan. Ya udah papa cari ide biar gak nangis," kata Anton seolah tahu dengan kebingungan yang Erlang hadapi saat ini ketika melihat tingkah absurd Aksa.

"Ide?"

Anton mengangguk. "Papa suruh Aksa ngajak robotnya senam. Biar sehat. Tuh sampe papa download musik senam juga."

"Keren gak ide papa? Berhasil buat Aksa gak nangis lagi," ujar Anton dengan bangganya.

Erlang menepuk jidatnya sendiri. "Ya Allah untung bapak gue."

*****

Setibanya di rumah Meisya. Alan melihat Angel yang berjalan terburu-buru memasuki rumah dengan keadaan yang bisa dibilang tidak baik baik aja. Rambutnya sedikit acak-acakan dan bajunya tampak lusuh. Sepertinya gadis itu baru saja dari luar. Karena Alan melihat sebuah tas kecil yang terpasang di badannya.

Alan turun dari mobilnya lalu menghampiri Angel. "Lo kenapa?"

Suara Alan berhasil membuat Angel mematung di tempat. Ia menundukkan kepala. Tidak berani menatap wajah Alan. "G-gue gak papa, Lan. Lo cari Meisya kan? Gue panggilin."

"Dari mana? Bukannya lo sakit?" Alan memegang pergelangan tangan Angel saat gadis itu hendak masuk ke dalam rumah.

"Gue tadi ada urusan bentar."

"Urusan apa?" Bukannya kepo. Alan hanya merasa ada yang tidak beres dengan Angel. Terlihat dari gerak-geriknya yang tidak seperti biasanya.

"Kepo banget. Dia habis keluar sama gue," sahut seseorang dengan suara tidak bersahabat.

Alan menoleh ke belakang. Benar dugaannya, ternyata itu suara Kenan.

"Biarin dia masuk."

Alan melepaskan tangan Angel. Membiarkan Angel masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa-gesa. Entah ada apa dengan gadis itu.

Mata Alan menatap Kenan tidak suka. Lagi pula tadi Alan hanya ingin bertanya dengan Angel. Kenapa jadi Kenan yang sewot. Apa sekarang Kenan ada hubungan dengan Angel? Ah, bukannya Kenan masih cinta dengan Meisya ya?

"Ngapain lo di sini?" tanya Kenan.

"Gue mau ketemu cewek gue dan itu bukan urusan lo."

Kenan tersenyum sinis. "Cewek lo? Yakin?"

"Maksud lo apa?" Alan mengeram tertahan dengan pertanyaan kurang ajar yang Kenan lontarkan.

"Ke mana aja pas Meisya butuh bantuan? Giliran kaya gini, ngaku kalo Meisya cewek lo."

Alan benar-benar tidak mengerti apa yang Kenan maksud. Cowok itu datang tiba-tiba dan langsung bersikap aneh. Padahal kalau tidak salah, sebelum ini. Keduanya tidak pernah terlibat dalam percakapan apapun.

"Maksud lo ap..."

"Kalian?" Meisya keluar. Tatapan matanya sedikit terkejut melihat kehadiran dua cowok di teras rumahnya. Alan dan Kenan.

Gadis itu tampak imut dan cantik dengan balutan kaos hitam polos dan celana jeans pendeknya. "Ngapain di sini?" tanya Meisya menatap keduanya bergantian.

Kenan tersenyum pada Meisya. Sebelumnya Kenan juga sempat melirik Alan sinis. "Gak papa. Gue tadi ada urusan sama Angel. Gue balik dulu, Sya."

Meisya mengangguk. "Oh, iya deh. Hati-hati, Nan."

Hening. Setelah kepergian Kenan. Hanya ada Alan dan Meisya yang berdiri di teras rumah yang sepi itu.

"Kok malem-malem ke sini?" tanya Meisya pada akhirnya. Niatnya memang ingin ngambek pada Alan. Tapi dari pada hening tidak ada yang memulai pembicaraan. Meisya terpaksa mengalah.

"Kamu gak nyuruh aku duduk dulu?" tanya Alan menatap Meisya.

Tatapan Alan memang biasa saja. Namun entah kenapa bisa membuat Meisya salah tingkah. "Ya udah duduk aja."

Alan tersenyum tipis. Ia dan Meisya duduk berdampingan di kursi yang memang tersedia di teras.

Alan meraih salah satu tangan Meisya. Mengusapnya lembut dengan gerakan teratur. "Kenapa telfon aku gak diangkat? Chat aku juga gak dibales. Kamu marah?"

"Ke sini buat nanya itu doang?" jawab Meisya balik bertanya.

"Enggak," geleng Alan. Membuat Meisya mengernyitkan dahi.

"Terus?"

"Kangen," jawab Alan singkat tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya dari wajah Meisya.

"Gembel," cibir Meisya.

Alan terkekeh pelan. "Itu Erlang."

"Ck, mau ngapain ke sini malem-malem kaya gini, Lan?!" geram Meisya karena Alan justru bercanda.

"Emang mau ngapain lagi kalo bukan buat ketemu pacar?"

Meisya membuang napasnya pelan. "Kirain tadi Angel baru pulang abis jalan sama kamu."

"Enggak," geleng Alan panik. "Tadi aku malah bingung liat Angel yang kayanya baru pulang entah dari mana. Terus dia kaya aneh gitu."

"Biarin, urusan dia," kata Meisya tidak peduli. "Eh iya lupa. Urusan Angel kan urusan kamu juga."

Meisya tersenyum kecut lalu menarik tangannya dari genggaman tangan Alan. Mengubah posisi tangannya menjadi bersidekap dada.

"Sya..." Alan mencoba meraih tangan Meisya, lagi. Tapi susah. "Angel itu cuma temen aku. Jangan cemburu dan jangan mikir yang enggak-enggak soal kedekatan aku sama dia."

"Terus aku harus mikir yang gimana? Yang iya-iya?"

"Sya..."

"Gimana bisa aku mikir positif kalo nyatanya kamu bohongin aku demi nganterin Angel pulang." Suara Meisya yang tadinya lembut naik satu oktaf. Hilang sudah kendalinya. Perasaannya terlalu dongkol jika mengingat hal tadi siang. Di mana Alan lebih mementingkan Angel dari pada dirinya yang jelas-jelas statusnya pacar.

Katakanlah Meisya egois. Tapi bukankah apa yang ia rasakan saat ini itu hal yang wajar? Perempuan mana yang hatinya tidak panas melihat pacarnya sendiri berbohong demi mementingkan perempuan lain. Terlebih perempuan lain itu adalah musuhnya.

"Soal itu aku minta maaf, Sya. Sebenernya aku gak ada niat buat bohong. Aku pengen jelasin kalo kita udah ketemu langsung," terang Alan. "Kalo aku ngomong lewat chat, kamu pasti salah paham sama aku."

"Tapi gak harus bohong juga!"

"Iya aku salah," aku Alan. Alan berhasil meraih tangan Meisya ke dalam genggamannya. "Maaf, sayang."

Cup

Alan mencium punggung tangan Meisya lama. "Aku janji gak kaya gini lagi. Gak bohong ke kamu dan gak buat kamu kecewa. Maaf."

Meisya menghapus air mata yang tiba-tiba lolos membasahi pipinya tanpa permisi. Bukan, bukan karena Meisya cengeng. Gadis itu hanya ingin meluapkan rasa kesalnya yang sudah menumpuk dengan air mata. "Sesibuk itu kamu ngurusin Angel? Sampe aku telfon berkali-kali gak kamu angkat. Padahal aku lagi butuh bantuan."

Mendengar kata bantuan. Alan jadi teringat dengan ucapan Kenan tadi.

"Ke mana aja pas Meisya butuh bantuan? Giliran kaya gini, ngaku kalo Meisya cewek lo."

"Bantuan? Kamu butuh bantuan apa?" tanya Alan khawatir.

Meisya tersenyum tipis lalu menggeleng. "Tadi aku dikunciin Selena di kamar mandi. Untungnya Kenan bisa aku hubungi pas kamu sibuk ngurus Angel. Jadi Kenan yang bantu aku."

Alan terdiam sesaat. Mencoba mencerna ucapan Meisya barusan. Dikunci? Di kamar mandi? Oleh si Selena?

Ah, Alan merasa tidak berguna kalau begini. Harusnya tadi dia tidak mengabaikan ponselnya yang terus berdering. Harusnya tadi dia tidak ketiduran.

"Maaf, tadi aku ketiduran sepulang dari nganter Angel."

Meisya terlonjak kaget ketika mendapati Alan yang tiba-tiba berjongkok di hadapannya. Tangan Alan sibuk menggenggam kedua tangan Meisya. Sesekali menciumnya sembari menggumamkan kata maaf. Alan merasa bersalah. Karena tidak ada di waktu Meisya membutuhkannya.

Sekeras apapun gunung es. Pasti akan mencair ketika terus-terusan dihadapkan dengan matahari. Mungkin itulah yang bisa menggambarkan sosok Alan dan Meisya sekarang.

Alan luluh oleh kehadiran Meisya di hidupnya.

"Lan, jangan gini." Meisya berusaha menegakkan badan Alan. Tapi, tentu saja percuma.

"Kenapa?" tanya Alan mendongak. Ia menatap Meisya dari bawah. Entah kenapa Meisya jadi terlihat lebih cantik dalam keadaan begini.

"Malu," ringis Meisya pelan saat Alan justru meletakkan dagunya di paha polos Meisya. "Nanti ada yang liat dikira mau ngapain?"

Alan terkekeh mendengarnya. "Emang mau ngapain kalo posisinya kaya gini?"

"Alan ih!" Meisya memukul lengan Alan.

"Udah dimaafin belom?"

Meisya menggeleng dengan bibir mencebik kesal. Justru tampak lucu di mata Alan. "Belom, aku masih kesel sama kamu. Udah bohong terus ngilang pas aku butuh."

"Maaf. Gak lagi," kata Alan tulus.

Alan mengangkat dagunya lalu beranjak untuk kembali duduk di kursi samping Meisya. "Kamu tau gak kenapa Selena kunci kamu di kamar mandi? Kalian berantem?"

"Gara-gara kamu," jujur Meisya.

Lagi-lagi Alan terkekeh melihat raut kesal di wajah Meisya. Tangannya terulur ke samping untuk mengacak rambut Meisya, gemas. "Gak usah diladeni kalo dia ngajak ribut gara-gara aku. Kamu tenang aja. Aku bakal tetep jadi milik kamu."

Meisya berdecak. "Tapi tuh anak nyebelin, Lan. Aku gak kenapa-napa malah dikatain yang enggak-enggak."

"Kalo kamu ladenin malah kamu capek sendiri."

"Jadi aku harus diem aja gitu?" cemberut Meisya seolah tidak terima dengan usul yang Alan berikan.

"Kalo kamu diapa-apain sama dia lagi. Kaya kejadian tadi, gimana?"

Meisya memeluk lengan Alan. "Kan ada kamu!"

"Tapi dia gak apa-apain kamu kan? Kamu cuma dikunci di kamar mandi?"

Meisya mengangguk. Untungnya Selena hanya melakukan itu. Tidak melakukan pembullyan secara fisik.

Alan bernapas lega. "Aku gak mau kamu kenapa-napa gara-gara aku, Sya."

Tangan Alan terus bergerak mengusap rambut Meisya. Kadang tangannya juga turun ke pipi untuk mengusap pipi putih itu dengan lembut. Sesekali Alan akan mencium puncak kepala Meisya yang bersandar di dadanya.

Alan takut setelah ini Selena akan bertindak lebih pada Meisya. Apalagi jika Meisya terus-terusan meladeni gadis itu. Mungkin apa yang akan Selena lakukan akan lebih parah dari kejadian tadi.

"Mau jalan-jalan gak?"

Meisya mengangkat kepalanya. "Katanya besok?"

"Iya besok jadi," angguk Alan menatap Meisya lekat. "Sekarang jalan-jalam aja bentar. Beli makanan yang kamu mau."

"Ya udah ayo. Aku pamit mami dulu." Meisya sudah berdiri dari duduknya dan hendak melangkah ke dalam rumah sebelum tangan Alan mencekal pergelangan tangannya lembut.

"Ganti baju juga."

Meisya menatap bajunya. Memangnya kenapa dengan baju yang ia kenakan sekarang? Ada yang salah? Meisya rasa bajunya normal-normal saja.

"Aku gak mau orang lain liat kamu kaya gini. Cepet ganti," titah Alan tak terbantahkan. Ia menatap tak suka pakaian yang Meisya kenakan saat ini. Kalau untuk di rumah saja tak masalah. Masalahnya mereka mau keluar. Alan tidak mau orang lain menatap Meisya dengan tatapan lapar.

"Kenapa sih? Baju aku kenapa?" Sebenarnya Meisya tahu maksud Alan. Ia hanya ingin pura-pura tidak paham untuk menjahili Alan.

"Sya, ganti," ucap Alan dengan wajah datarnya.

Meisya cekikikan. "Gak ah, males. Ini aja ya?"

"Ganti apa telanjang sekalian?!"

Meisya membulatkan matanya mendengar ucapan frontal dari bibir Alan. Tidak menyangka cowok sedingin Alan bisa posesif juga.

"Ya udah nih telanjangin aja," cengir Meisya mendekatkan dirinya pada Alan tanpa rasa takut.

Lagi pula kenapa harus takut. Meisya tahu betul kalau ucapan Alan itu hanya ancaman semata.

"Sya, ganti," titah Alan, lagi. "Apa gak jadi keluar?"

Meisya langsung lari ke dalam rumahnya sambil berteriak. "Iya iya! Aku ganti kok Alan sayang!"

Sepeninggalan Meisya. Alan menggeleng heran. Tapi tak bisa dipungkiri jika sedari tadi sudut bibirnya berkedut menahan senyum ketika mendengar Meisya memanggilnya dengan embel-embel 'sayang'.

"Bisa gila gue," gumam Alan mengusap dadanya pelan.

*****

Jantungnya aman gak????

Nilai untuk part ini dari 10 sampai 100???

Lanjut gak???

Pesan buat Alan?

Pesan buat Meisya?

Atau buat keluarga Alan?

Pesan buat siapa aja, buat author juga boleh :

Mau up kapan? Spam disini!!! Semakin banyak yg komen dan vote semakin cpt juga up nya.

Spam komen pake emoji ❤ :

Jangan lupa follow Instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeevaa

Alan kalo lagi marah ke Meisya gara-gara bajunya terbuka, tatapannya gini :')

Meisya udah ganti baju kaya gini

Ekspresi Aksa pas marah ke Erlang

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2M 109K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
778K 65.5K 49
"𝙳𝚒𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚌𝚒𝚙𝚝𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚖𝚞. 𝙼𝚊𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞."-𝙰𝚊𝚛𝚊𝚟'𝚜 Aarav Denta Karanva...
51K 4.2K 38
Jika diibaratkan 4 musim, Milo berada dimusim yang mana? "Aku tak bisa memilih. Karena, Milo bisa aja berada di 4 musim tersebut. Sifat hangat bagai...
8M 605K 46
FOLLOW SEBELUM MEMBACA BIAR GAK ADA PART YANG ERROR PAS BACA‼️ [ Genre : Humor-fiksiremaja ] Plagiat saja, jika otakmu sudah tidak bisa berpikir 🤭 D...