Kalian yang baca vote dan komen dong, aku marah nih 😠 tinggal pencet aja gamau, jahat 😠
Vote dan komen 2k baru up ya, bisa kan? Kalo bisa nyampe hari ini ya oke-oke aja sih, aku uda siap! 😋
Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3
Jangan lupa follow Instagram :
@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2
@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeevaa
"Sya..."
Alan menghadang Meisya. Membuat gadis itu sedikit terkejut. Meisya baru saja keluar dari kelas setelah izin pada guru yang sekarang sedang mengajar di kelasnya. Ia ingin pergi ke kamar mandi. Tapi dihadang Alan di tengah koridor.
"A-alan? Ngapain?" bingung Meisya.
Alan dengan muka datarnya menjawab. "Gue pengen nanya sesuatu sama lo."
"Apa?"
"Boleh?"
"Boleh apa?"
Alan menghela napas. "Gue boleh nanya?"
"Hm," balas Meisya sok cuek. Padahal dalam hatinya ingin menjerit girang. Jiwa bar-bar Meisya memang susah untuk ditahan.
"Lo sama Kenan putus karena Angel?"
Meisya mengerjapkan mata terkejut. Tunggu-tunggu, kenapa Alan bertanya mengenai hal itu? Lagi pula kenapa Alan bisa tahu?
"Lo tau dari mana?"
"Jadi beneran lo putus sama Kenan karena Angel?"
Meisya mengangguk santai. Namun ekspresi wajahnya tidak bisa berbohong. Meisya memang agak sensitif kalau diajak bicara tentang hubungannya dengan Kenan dulu. Apalagi dengan menyangkut-pautkan Angel. Sebenci itu Meisya pada kisah cinta di masa lalunya.
"Angel...jadi orang ketiga?" tanya Alan hati-hati. Ia tahu ini bukan urusan dia. Seharusnya Alan memang tidak perlu menanyakan atau kepo tentang masalah ini. Tapi entahlah setelah mendengar pembicaraan Meisya dan Kenan di rumah sakit kemarin. Membuat Alan jadi kepikiran. Kenapa Meisya bisa bilang kalau dia tersakiti oleh orang yang sama untuk kedua kali.
Mata Meisya memincing ke Alan. "Bentar deh, lo ngapain nanya soal masa lalu gue?" selidik Meisya curiga.
Alan dengan sikap tenangnya, mengedikan bahu santai. "Gue cuma pengen tahu gimana masa lalu pacar gue," alibi Alan.
Jelas-jelas Angel bukan pacarnya. Masih saja Alan berbohong. "Oh gitu," angguk Meisya pura-pura percaya. Padahal ia tahu kalau Alan sedang berbohong. Angel bukan pacar Alan. Hanya sahabat.
"Btw sorry gue ngga bisa jawab pertanyaan lo. Kalo lo pengen tau, tanya aja ke pacar lo." Meisya menampakkan senyum termanisnya di hadapan Alan. "Emm...gue duluan bai!"
"Sya!"
Setelah beberapa langkah Meisya berjalan. Ia kembali berbalik badan. Menatap Alan dengan satu alis terangkat. Kedua tangannya bersedekap dada. Sepertinya Meisya sudah berhasil menjalankan acting dengan baik. Pura-pura sudah tidak menyukai Alan lagi. Padahal....ya tentu kalian tahu sendiri isi hati seorang Meisya.
"Apa?"
"Lo beneran udah...." Alan sedikit ragu untuk bertanya. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Nyerah?"
Meisya tertawa sumbang. "Bukannya lo yang udah nyuruh gue buat ngga berharap lebih?"
"Gue emang ngga bisa hapus rasa suka gue ke lo semudah itu, tapi gue bakal berusaha kok," lanjut Meisya tersenyum manis. Ah, lebih tepatnya itu senyum palsu.
Alan mengangguk paham. Ia membalas ucapan Meisya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Meisya duluan. "Bagus."
"Dih, gengsi digedein. Untung lo cowok bukan cewek, kalo cewek udah gue sosor duluan lo!" gerutu Meisya menatap punggung lebar Alan yang perlahan menjauh.
*****
"Lo ngapain sih, Ham!" protes Nenda melihat Ilham yang sibuk mengusap-usap kursinya dengan tisu.
"Biar bersih, Nen," cengir Ilham. "Tuan putri ngga boleh duduk di kursi yang kotor."
Nenda memutar bola matanya malas. "Ya tapi lo ganggu gue, Ham! Gue asyik duduk ngerjain tugas. Lo dateng-dateng nyuruh gue buat berdiri!"
"Kalo kaya gini, tugas gue ngga selesai-selesai!" lanjut Nenda masih dengan wajah kesalnya. Ilham itu kebiasaan, ingin cari perhatian ke Nenda tapi selalu dengan cara yang agak aneh.
"Maaf, Nen, kan gue cuma peng..."
"Ya udah sana! Gue mau duduk!" usir Nenda menggeser tubuh Ilham yang sedang berjongkok di dekat kursinya.
Ilham nyengir lagi. Hobi nyengir emang. "Iya, silahkan tuan putri." Ia mempersilahkan Nenda duduk dengan gaya tangan ala-ala seorang pengawal yang mempersilahkan ratunya untuk duduk.
"Astaga Ham, lo yang kaya gitu, gue yang malu," kata Akbar sembari bersedekap dada di ambang pintu.
"Diem, Bar! Bacot amat!"
"Gue balik ke kelas ya, Nen. Kalo lo butuh bantuan, langsung bilang ke gue," pamit Ilham yang hanya mendapat deheman pelan dari Nenda.
"Apa lo liat-liat!" ketus Ilham pada temen sekelas Nenda yang memandangnya aneh. Mereka memang memperhatikan segala gerak-gerik kebucinan Ilham.
Hal itu sebenarnya sudah menjadi hal biasa bagi teman sekelas Nenda, namun tetap saja mereka agak heran. Ilham, yang notaben nya salah satu most wanted Cakrawala yang juga menjadi anggota inti Drax. Bisa-bisanya menjadi bucin seorang Nenda. Gadis biasa-biasa saja, tidak tenar dan jarang diketahui. Ya, meskipun paras Nenda cantik.
"Lo juga? Mau gue tonjok?!" Ilham melotot pada salah satu cowok yang sedang menghapus papan tulis. Padahal cowok itu tidak berulah. Ilham saja yang gabut.
Cowok itu tergagap. "E-engga, gu...gu..."
"Gu-gu, gudek?!" kesal Ilham kemudian diseret oleh Akbar.
"Lo ngapain si buset! Kalo galau karena dijutekin Nenda tuh jangan lampiasin ke orang lain," nasihat Akbar. Ilham hanya diam tanpa merespon. "Eh temen gue ketinggalan satu."
Akbar kembali ke kelas Nenda. "WOI GAL! BUCIN MULU! AYO BALIK KANDANG!!!" teriak Akbar dari pintu. "NOH SI ILHAM UDAH BURU-BURU MAU NYEMIL RUMPUT!!!"
"Ck, ganggu!" Gala berdiri. Ia mengusap pucak kepala pacarnya. "Gue balik dulu, ya, Ri."
*****
"MY LOVELY ALAN!!!" teriak Ilham berlari ala-ala film india.
Alan bergidik ngeri. Ia menghindari Ilham yang hampir saja memeluknya. Amit-amit, kesucian seorang Alan bisa hilang kalau sampai Ilham berhasil memeluknya.
"Ngejauh!" usir Alan.
"Tega banget! Padahal dedek kangen," goda Ilham membuat Alan semakin menjaga jarak. Ia tidak mau berjalan berdampingan dengan Ilham.
Ilham berdecak. "Ngga asik lo, Lan. Gue jadi kangen si dakjal Erlang. Kemaren ke rumah lo dia ngga ada."
"Ke rumah Alan yuk ntar malem?" usul Akbar. Ia menyusul Alan dan Ilham bersama Gala. Kedua cowok itu berjalan di belakang Alan dan Ilham.
"Ngga bisa."
"Kenapa?" tanya Ilham ke Alan.
"Gue mau ada acara?"
"Sunatan si Erlang?" cetus Akbar terkekeh.
"Ya kali udah bangkotan kaya Erlang baru sunat, Bar," timpal Ilham ikut tertawa.
"Bengek gue ngebayangin Erlang jalan pake sarung kaya abis sunat gitu," sahut Gala. "Jalannya dengan kaki melebar, kaya lagi social distancing!"
"Hahahaha...goblok gue jadi bayangin juga anjrot!"
"Eh itu si Mei Mei sama cowok ya?" tanya Ilham menunjuk ke arah kelas Meisya. Terlihat dua orang yang sedang asyik mengobrol di depan kelas.
"Kok akhir-akhir ini gue ngga pernah liat dia nyari lo si, Lan?" tanya Akbar penasaran. "Dia udah ngga suka sama lo, ya?"
Alan menatap Akbar tidak suka. "Sok tau!" Setelah mengucapkan itu, Alan berjalan lebih cepat meninggalkan ketiga temannya yang semakin jauh di belakang.
"Dih, kok ngamok?"
"Sabar, Bar, anak perawan gue emang lagi PMS, makanya sensitif gitu."
Akbar sedikit berpikir. "Btw PMS itu singkatan apasi? Gue sering ngomong tapi ngga pernah tau apa kepanjangannya?"
"PMS itu singkatan dari PEREMPUAN MENJADI SINGA HAHAHA....!!!"
"Buset bener!"
Mereka bertiga tertawa. Sementara Alan, jangan ditanya. Entah cowok itu kemana. Yang pasti Alan memang agak bersikap aneh hari ini. Teman-temannya juga tidak ada yang paham dia kenapa.
*****
Gimana part ini???
Mau up kapan? Spam disini!!!
Haram minta next buat yang gamau follow aku 😠
Mau nyampein pesan ke siapa?
Spam komen dan vote yang banyak untuk part selanjutnya!!!!
Jangan lupa follow Instagram :
@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2
@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@sarahadeevaa
Alan Aileen
Meisya mulus gini Alan gamau huhu
Gala si paketu Drax
Ilham waktu mau jemput Nen Nen eh Nenda
Akbar jomblo terus kasian 🥺
Riri gemoy pacarnya paketu
Si Nen Nen pujaan hatinya Ilham