53 🔪Bye..🔪

978 70 0
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote and komen.

Happy reading
.
.

Seluruh orang dari kalangan pembisnis orang tua mereka datang untuk mengucapkan dukacita. Mama Tiwi berjalan menghampiri Maya.

"Maya" panggilnya pelan. Keadaannya sangat kacau sekarang. Wajahnya sembab. Mata merah dan bibir pucat

"Iya tante?" tanya Maya, Maya prihatin akan keadaannya.

"Tante gapapa?" tanya Maya. Mama Tiwi menggeleng pelan. Lalu dia pun memberikan kotak kertas untuk Maya.

"Dari Tiwi untuk kamu" ujarnya. Maya menerima kertas itu. Lalu membukanya.

From : Katiwi...

Hai? Apa kabar? Baik kan. Gue harap lo selamat dalam kecelakaan itu, yah sekarang gue berpikir gitu. Jujur kemaren gue berfikir untuk lo mati aja. Tapi sekarang gue sadar, keegoisan gue malah buat penyesalan tersendiri di hidup gue. Gue minta maaf karena suka sama Kenath di saat lo udah bareng Kenath. Gue minta maaf karena mau rebut Kenath dari lo. Dan satu lagi.. Tentang Deandra. Itu semua karena gue. Gue yang buat Dean balik, gue yang nyuruh Dean untuk deketin lo dan jauhin lo dari Kenath. Dean gak sakit seperti yang dia bilang. Yang sakit itu gue, bukan Dean. Gue kira dengan ko pisah dengan Kenath gue bisa dapetin Kenath:) tapi nyatanya enggak. Kenath setia untuk Lo. Se berusaha apapun gue kenath gak goyah, dia stay buat lo. Maka itu gue minta lo jagain Kenath. Gue tau umur gue udah gak panjang lagi. Gue pasrah, dan gue dalam fase Penyesalan. Dean meninggal:) gue nyesel. Nyesel banget. Karena keegoisan gue Dean pergi. Karena kesalahan gue Dean mati. Dan gue penuh dengan penyesalan. Lalu untuk apa gue hidup? Gue gabisa apapun tanpa Dean. Dean penyelamat hidup gue. Dan dia cinta pertama lo. Gue tau ini salah, kesalahan mencintai Dean, kesalahan mencintai Kenath. Dan kesalahan karena hadirnya gue di hidup lo. Thanks Maya. Dari lo gue belajar banyak, cara lo sabar nerima kenyataan hidup lo, cara lo yang tetep bahagia walau lo tau keluarga lo hancur. Gue belajar banyak.

Gue boleh minta satu hal? Gue minta.. Jagain Mama gue:) jagain Papa kita. Jagain Oma dan Opa. Plis:). Gue udah gak bisa jagain Mama gue lagi. Jadi gue mohon sangat ke Lo untuk jagain mereka:). Dan gue minta maaf yang sebesar besarnya.

Bye.. Kamaya..

Maya terdiam membisu. Jadi semua yang terjadi kemarin adalah rencana Tiwi?. Lalu tentang kado itu? Apa itu juga dari Tiwi?. Maya menghela nafas. sudahlah semuanya sudah berlalu.

"Gue bakalan tepatin janji gue" gumam Maya.
.
.

Pemakaman telah selesai satu jam yang lalu. Seluruh keluarga Pradipta berkumpul melingkari kuburan yang terdapat foto Tiwi dan Salib di sana. Mila menggunakan pakaian hitam dan kerudung hitam, berdoa dengan Mama dan Papanya untuk Tiwi walau dengan cara berbeda seperti yang lain.

Pendeta memimpin doa dan yang lain mengikuti, Mama Tiwi terus menangis sedari tadi. Rasanya sangat sakit di tinggal oleh satu satunya anaknya, anaknya yang kuat dan sanggup bertahan beberapa tahun dengan rasa sakitnya. Dan kini Tiwi telah bahagia. Tidak merasakan sakit lagi, tidak akan terluka dengan perasaan nya untuk Kenath lagi, dan tidak merasa bersalah atas kepergian Deandra lagi. Kini hanya bayangan Tiwi yang bersemayan di semua fikiran orang.

"Amenn". Pendeta mengakhiri doa nya. Mila pun mengakhiri doa nya juga.

"Selamat jalan orng kuat. Sekarang lo gak akan ngerasain sakit lagi. Lo udah bebas sekarang, lo gak akan ngerasain nyeri lagi. Lo udah sehat sekarang. Selamat" Ucap Mila membuat Mama Tiwi tambah histeris.

"Selamat jalan Wi. Gue janji, gue bakalan jagain Papa kita, gue bakalan jagain Mama lo, gue bakalan jagain Oma Opa. Lo tenang aja" lanjut Maya.

.
.

Semuanya telah selesai. Mila dan Maya kembali ke rumah setelah di antar Kenath. Dan Kenath telah pulang untuk beristirahat.

Mila merebahkan dirinya di atas kasur. Memejamkan matanya perlahan. Lelah. Satu kata untuk badannya. Mila berdiri dan segera memasuki kamar mandi. Membasuh tubuhnya dan melupakan segala pikirannya tentang Bara. Lagian Bara sudah melupakannya kan?.

Setelah selesai berkeramas dan mandi, Mila memakai handuk kimono nya dan keluar kamar mandi. Mila menuju rak dan melakukan rutinitas SkinCare nya. Melakukan segala rangkaian skincare. Mila mengeringkan rambutnya dan menyisir. Setelah smua selesai Mila kembali ke kasurnya. Merebahkan dirinya dan menghidupkan musik. Sangat lelah.

Cklek

Pintu terbuka tak menyadarkan Mila. Seseorang berbaring di sebelahnya. Sudah jelas itu Maya tanpa Mila lihat.

"Ko ngapain lo?" tanya Mila. Maya membaringkan badanya.

"Ish jahat lo! Kan udah lama kita gak tidur bareng sekasur sekrang" rajuk Maya. Mila mencibir.

"Bodo Amat!!!" kesal Mila. Keduanya pun tertidur setelah beberapa saat.

.
.

Dalam ruangan yang besar, berisi buku dan segala hal yang bertentang dengan Bisnis. Ruangan berwarna Hitam legam. Serta rak buku yang berisi banyak buku tentang hal yang berbau bisnis.

Seorang Pria dengan wajah tegasnya. Dingin dan datar. Wajahnya sangat menyeramkan. Sangat sangat menyeramkan. Mebalikkan berkas yang berada di tanganya. Dia Bara.

Tok tok tok

"Masuk" perintahnya dengan suara dingin.
"Permisi. Ini berkas yang harus bapak tanda tangani" seorang wanita dengan baju kekurangan bahan berwarna merah cerah. Bibir merah darah. Tersnyum genit ke arah Bara yang menatapnya dalam. Wanita itu tersipu malu karena tatapan Bara. Difikirnya karena dia yang cantik membuat Bara pangling terhadapnya.

"Ke-kenapa pa?" tanyanya gugup tanganya meraih rambutnya dan menyelipkan ke belakang telinganya.

"Melihat kamu menbuat insting membunuh saya meronta dan tidak sabar membunuhmu" jawab Bara tersenyum miring. Wanita itu memegang di tempat. Dia salah fikir rupanya.

"Sa-saya permisi" gugupnya dan dengan cepat berlari keluar. Bara terkekeh. Dia suka melihat wajah ketakutan seperti itu.

Drttt Drttt

Ponselnya berdering. Bara melihat kontak 'El' disana.

"Halo?" sapa Bara.

"Sekarang jam 5 sore waktu di Indonesia. Nona Mila sedang tidur saat ini"

Bara tersenyum manis. Memandang foto gadisnya yang berada di atas mejanya.

"Baik. Jaga dia, sebentar lagi saya akan kembali" ujar Bara.

"Baik"

Tutt.

Bara Mematikan ponselnya. Menatap kamar wajah gadisnya yang sedang tersenyum lebar saat di pantai.

"Apa kabar? Aku kangen" monolognya sendirian.

"Kamu kangen juga gak?". Bara tersenyum.
"sabar ya? Setelah semuanya selesai aku bakalan balik".

Bara menyimpan lagi foto gadisnya. Mengambil berkas dari wanita tadi dan menandatanganinya.

Cklek

Pintu terbuka. Masuklah seorang perempuan yang memaksanya untuk datang ke Jerman.

"Masih banyak kerjaan?" tanyanya. Bara mengangguk kecil.

"Malam ini. Kamu harus dateng" jelasnya. Bara memutar bola matanya malas.

"Setelahnya aku terserah akan melakukan apa kan?" tanya Bara. Perempuan itu mengangguk.

"Terserah sepupu ku ini. Setelah semuanya selesai terserah dengan apa yang akan kamu lakukan" jelasnya. Bara mengangguk.

"Oke"

Bersambung

Jgn lupa vote and komen guysss.

For you all yang slalu vote and komen. Thank you so much guysssa



My Sweet Boyfriend (END) Where stories live. Discover now