16 🔪Phsycopath_1🔪

1.8K 121 9
                                    

.
.
.

Kenath dan Ririn pun berhenti di taman belakang sekolah.

"Sakit ya?" tanya Ririn ingin memegang pipi Kenath. Refleks Kenath menghempaskan tangan Ririn dan menatap Ririn tajam.

"Lo harus tau!! Gue udah punya pacar dan dia bakalan jadi pendamping hidup gue!" ujar Kenath tajam. Ririn menatap Kenath sendu.

"Oh ya? Terus Kenapa tadi lo bentak dia? Lo gak mikir dengan lo bentak dia kayak gitu bisa buat dia jadi perbincangan sekolah" ujar Ririn. Kenath tersenyum miring.

"Karna gue gak mau apa yang jadi milik gue di milikin orang lain! Dan buat lo! Jangan pernah ganggu hidup gue lagi bitch!!  Gue ngerespon lo bukan berarti lampu hijau buat lo!!" jelasnya dengan tatapan dingin dan tajam. Ririn membalas tatapan tajam Kenath.

"Gue bukan jalang!!" bentak Ririn dengan mata memerah. Kenath tersenyum sinis.

"Heh" ujarnya tersenyum miring. Ririn menatap Kenath tajam.

"Kenapa sih lo gak bisa buka hati lo buat gue, kemarin saat gue cinta sama loe, loe malah berpihak kedia, dan sekarang saat gue cinta lagi sama lo,  lo malah cinta sama Maya, kenapa sih ken!!" teriaknya dengan nafas memburu.

"Lo mau liat sesuatu?" tanya Kenath dingin. Ririn mengerutkan dahinya bingung. Kenath pun mengeluarkan pisau lipat di dalam saku celana nya.

"Lo-lo mau ngapain!!" tanya nya was was. Kenath tersenyum miring.

"Ini buat lo" ujar nya mengarah kan pisau runcing itu ke arah dada Ririn, alhasil darah menyembur dari seragam olahraganya.

"Akhh!!" Ringisnya mundur dan memegang dadanya. Tatapan Kenath membara.

"Gue suka darah" ujar nya dengan tatapan berbinar. Ririn menggeleng dan mulai mundur menjauh. Kenath tersenyum sinis.

"Lo mau kemana hem?" tanya nya tajam. Ririn menggeleng takut.

"Plisss lepasin gue!!" teriak nya. Kenath menatap nya datar.

"Ngelepasin lo? Huh! Sekarang gue lagi pengen liat darah karna Maya bikin gue emosi" ujar Kenath berjongkok di depan Ririn yang terduduk.

"Dia bikin gue kesel, jadi lo mau kan jadi korban gue?" ujar Kenath bak curhat kepada Ririn. Ririn menggeleng dengan air mata bercucuran.  

"Hikss! Plis lepasin gue! Gue mohon Kenn!!" rintihnya menyatukan kedua tangan nya yang penuh darah. Kenath menggeleng polos.

"Nggak ah mau nya bunuh lo aja" jawab nya bak anak kecil. Ririn menggeleng. Taman sangat sepi karna semua siswa dan siswi telah melakukan KBM.

"Nggak! hikss lepasin gue plis!" mohonya lagi. Kenath mengarah kan pisau lipatnya ke depan wajah Ririn yang penuh air mata.

Srett

Pisau itu menari nari di wajah Ririn dengan lembutnya.

"Akhhh sakit Kenath sakitt!!! Hikss lepasin hikss" Ringisnya menjauh ke belakang. Kenath maju selangkah.

"Ah gak asik lo!" kesal Kenath merajuk. Ririn menggeleng lagi.

"Plis lepasin gue!!" mohonya. Kenath menggeleng tegas.

"Nangggung" jawabnya santai dan berjongkok kembali di hadapan Ririn.

"Lo psycopath tau gak!! Lo gilak Ken lo gilak!!!" maki Ririn dengan berteriak. Kenath tersenyum miring.

"Teriak aja! Gak akan ada yang dengerin lo! Loe taukan jarak dari taman ini ke kelas ujung butuh waktu seratus meter dan suara lo gabakalan nyampe sana" ujar kenatah santai. Ririn menunduk meratapi nasibnya.

My Sweet Boyfriend (END) Where stories live. Discover now