51 🔪RS🔪

1K 69 3
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote ya Zeyeng

Happy reading..

.
.

Mila berjalan menuju parkiran dengan tangan yang fokus membalas pesan seseorang.

Bruk!

Seseorang ambruk di sebelahnya membuat atenai Mila teralih. Matanya melotot tak percaya.

"Tiwi!!" pekiknya berjongkok dan menepuk pipi Tiwi pelan. Keadaan sekolah mulai sepi hanya satu orang yang berlalu lalang.

"Woi Wi! Bangun anjirrr! Lo kenapa?!" Mila terus menerus menggoyangkan Tiwi.

"Dia kenapa?" tanya Zainal yang berjongkok di sebelah Mila.

"Bawa ke RS buruannn!!" pekik Mila dan dengan cepat Zainal menngendong Tiwi ala Brydal Style.

"Masuk mobil gue!" ujar Mila membuka kursi penumpang. Mila melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan sekolah dan menuju rumah sakit.

Sesampainya Mila dengan tergesa-gesa turun dan Zainal pun mengikuti langkahnya.

"Suster!!" pekik Mila. Dua orang datang dengan membawa brankar ke arahnya.

Mereka pun mendorong Tiwi menuju UGD.

"Silahkan tunggu di luar" ujar Suster itu.

"Saya juga gamau masuk kali" gumam Mila pelan. Pintu UGD tertutup. Mila mencari ponselnya dan mencari kontak  Uncle disana.

"Halo Uncle!" sapa Mila.

"Kenapa La?"

"Tiwi!! Masuk RS!" kata Mila.

"Apa?! Kirim alamatnya sekarang".

"iya" Mila pun mematikan sepihak dan men Share lock kepada Uncle nya itu.

Setengah jam berlalu. Setelah menghubungi semuanya seluruh keluarga Patdipta telah berkumpul. Termasuk Mama Zainal.

"Gimana?" tanya Mama Tiwi sangat khawatir. Mila menggeleng pelan. Mila melihat wajah cemas Mama Tiwi dan Uncle nya yang sangat kentara sekali. Mila heran.

Cklek

Pintu terbuka dan terpampang lah wajah seorang dokter tampan yang keluar dari sana. Dokter itu dengan segera menghampiri Mama Tiwi dan keheranan Mila bertambah. Biasanya dokter akan bertanya. Keluarga pasien? Atau tanda pengenal lainnya. tapi ini? Seperti sudah saling mengenal saja.

"Permisi Bu. Bisa saya bicara?" tanyanya. Mama Tiwi maju paling depan.

"Bagaimana putri saya" ujarnya.

"Maaf Bu. Kita harus segera melakukan operasi untuk putri anda. Karena keadaannya semakin parah" jelas Dokter itu.

Mila mengerutkan alisnya.

"Tapi tingkat keberhasilanya sangat rendah!" bentak Mario. Dokter itu tersenyum tipis.

"Saya minta maaf. Tapi langkah terkahir yang bisa kita lakukan hanya dengan melakukan operasi Pankreatektomi dan tingkat keberhasilanya memang sangat rendah" jelasnya lagi.

"Apa tidak ada cara lain Dok?" tanya Mama Tiwi.

"Maaf Bu. Keadaan semakin parah. Selnya sudah menyebar luas. Tidak ada cara lain selain operasi. Jika pun tidak ingin melakukan operasi nya maka kita hanya bisa ber pasrah pada Tuhan dan menunggu waktu untuk melepaskan alat bantu di tubuh putri ibu". Jelas panjang dokter itu. Mama Tiwi lemas seketika. Tidak mampu menopang beratnya sendiri.

My Sweet Boyfriend (END) Where stories live. Discover now