Empat puluh tujuh

12K 478 20
                                    

Mendekati minggu kelahiran yang tidak tahu kapan akan terjadi, Aya dibawa Aldrian ke rumah kedua orang tua Aldrian buat tinggal sementara disana. Aldrian tidak mau saat Aya tiba-tiba mulas nanti harus nahan sendirian rasa sakitnya dan harus menunggu keluarga terlebih dahulu ketika mau ke rumah sakit nanti, maka ia putuskan untuk menitipkan Aya kepada orang tuanya untuk menjaga dan memperhatikan Aya, Aldrian tahu ia tidak bisa menjaga dan berada full 24 jam disamping istrinya karena profesinya sebagai pilot yang harus pergi seharian full bahkan berhari-hari ke luar daerah maupun luar negeri yang selalu membuat ia uring-uringan mendapatkan jadwal yang lumayan padat dimasa akhir kehamilan istrinya.

Aldrian ingin sekali dimasa akhir-akhir kehamilan Aya berada disamping istrinya dan mendampingi Aya sewaktu Aya merasakan mules-mules atau persalinannya nanti tapi apadaya jadwalnya yang padat tidak bisa ia main tinggalkan begitu saja apalagi Aldrian merupakan penanggung jawab dari setiap penerbangan yang diamatkan atasannya kepada Aldrian.

Gimana kedaan calon penerus papa Al, mereka baik-baik aja kan?

Bisikin pada mereka, papa kangen, sama bundanya juga.

Titip elus-elus buat mereka dari mas ya, sayang.

Udah ada kode belum dari mereka, kapan mereka lahir gitu?

Ada mules-mules gak hari ini?

Kalau ada sesuatu yang gak enak, bilang aja ke mamah atau ke anggota keluarga yang lainnya, jangan ditahan sendirian. Buat apa mas nitipin kamu kepada mereka jika kamu sendiri malah asik selalu mendam keluhannya sendirian.

Seperti itulah pertanyaan atau pesan yang selalu Aya dengar saat Aldrian melakukan panggilan suara ataupun via video call yang selalu mereka lakukan saat berjauhan, apalagi Aya selalu diawasi penuh oleh Aldrian lewat Ina, ibu mertuanya mengenai kegiatan yang ia lakukan selama di rumah orang tuanya membuat Aya seperti buronan yang sedang diawasi dalam setiap gerak geriknya, tapi Aya tidak mempermasalahkan hal itu justru ia menikmati supaya tidak dijadikannya beban yang malah membuat kepalanya pusing dalam menghadapi sikap over protektifnya Aldrian.

Jangan sampe telat makan.

Kamu jangan cape-cape kayak waktu itu, kalau masih ada kerjaan yang harus dilakukan, kalau bisa kerjakan aja dirumah.

Inget loh, kamu sedang mengandung anaknya Aldrian Andra Ganendra, cucunya keluarga Barata yang sebentar lagi akan jadi bahan rebutan oma opanya.

"Giliran lagi dibutuhin, susahnya minta ampun!" Ina kesal sendiri sambil memperhatikan layar ponselnya yang sedari tadi melakukan panggilan kepada anaknya tapi tak kunjung dia angkat bahkan yang terdengar malah suara operator yang mengatakan sedang berada di luar jangkauan.

"Kebisaan deh si mas, kalau gak aktif pasti berada diluar jangkauan!" Ina semakin tambah kesal kepada putra sulungnya yang kadang susah dihubungi apalagi kalau keadaan lagi dibutuhin, coba kalau gak lagi dibutuhin, dengan seenak hatinya Aldrian terus menelepon Ina untuk menanyakan keadaan dan aktivitas Aya.

"Udah deh, mah. Jangan marah-marah mulu, siapa tahu Aldrian lagi tidur atau lagi berada diperjalanan pulang, kan biasanya ia selalu hubungi kita kalau lagi santai" ucap Barata sambil memegang bahu Ina yang sedari tadi menahan kesal kepada putranya yang susah dihubungi. Meskipun ia sama paniknya dengan Ina namun Barata masih bisa menenangkan diri dan berpikir logis dalam menghadapi situasi yang pernah dialaminya dulu waktu Ina hendak melahirkan Aldrian dan Dipta.

"Papah sih, situasi gini masih aja bisa tenang padahal mamah lagi kalut gini menghadapi kabar yang gak sama kayak kita dulu" katanya sambil marah-marah kepada Barata. Ina dan Barata tengah berada di luar kamar perawatan Aya yang sedari tadi mencoba menghubungi Aldrian untuk memberi tahu Aldrian kalau Aya mau lahiran.

KUTEMUI KAMU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang