Tujuh belas

11.9K 552 2
                                    

Pantulan cahaya pagi hari mengusik tidur Aldrian dan seseorang yang tidur dalam keadaan memeluk perutnya dengan erat. Setengah enggan, Aldrian membuka kedua matanya dengan paksa, dilirik sekilas jam dinding yang menunjukan pukul delapan pagi. Ia gerakan tubuhnya dengan hati-hati agar seseorang yang masih terlelap damai disampingnya tidak terusik. Aldrian mendudukan setengah tubuhnya di kepala ranjang yang beralaskan bantal sebagai penyangga punggungnya.

Selagi menunggu istrinya yang masih tertidur beralsakan tangan Aldrian sebagai bantalan kepalanya, Aldrian mengecek ponselnya terlebih dahulu untuk memeriksa dan mengetahui nontifikasi yang masuk kedalam ponselnya. Setelah mengecek dan membalas pesan yang masuk, Aldrian kembali menyimpan ponselnya dinakas samping tempat tidurnya. Aldrian mengubah posisi setengah duduknya kearah samping untuk memperhatikan seseorang yang tak lain adalah istrinya yang masih terlelap damai dengan tangan yang masih melingkar diperutnya. Aldrian tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat menatap lekat istrinya apalagi ia merasa tambah cinta kepada Aya setelah mereka....

Cukup Aldrian dan Aya yang tahu bagaimana rasanya.

Aldrian masih tidak percaya apa yang dikatakan Aya pagi tadi. Apa yang telah mengubah pikiran Aya secepat itu sehingga sesuatu yang ditunggunya dengan sabar berbuah hasil dengan indahnya kegiatan mereka pagi tadi, Aldrian sempat mengira akan sulit dan lumayan lama bagi Aya untuk membuka diri kepadanya, namun nyatanya tidak.

Aldrian juga masih mengingat ucapan Aya tadi pagi. sewaktu mereka selesai solat subuh berjamaah, Aya mengajak Aldrian untuk melaksanakan solat sunah pengantin yang belum mereka lakukan sejak pertama menikah, Aldrian merasa terkejut dengan ajakan Aya, namun Aldrian langsung mengiyakan, siapa tahu Aldrian sudah diberi izin nyonya untuk merasakan indahnya memandu kasih bersama orang tercinta, buah dari kesabarannya sekaligus indahnya dari pernikahan mereka. Pikir Aldrian.

Memang benar, usai solat sunah pengantin dan berdo'a, Aya mendekat kepada Aldrian untuk mencium tangannya dan seperti biasa Aldrian mencium kening Aya, Aldrian memberanikan diri membuka mukena Aya yang memperlihatkan kembali rambut lurus sebahunya yang lebat dan indah. Ia belai pipi Aya dengan lembut sambil mendekatkan wajahnya kepada wajah Aya.

"May I?" Tanya Aldrian pelan diangguki Aya sambil tersenyum.

Aldrian tersenyum puas, dibelai kembali pipi Aya dengan lembut sambil mendaratkan kecupan dibibir istri yang kini menjadi candu baginya.

Sementara Aya, ia hanya mengikuti kemana arah Aldrian membawa dirinya. Aya sudah memantapkan hati untuk memberikan semuanya kepada suami yang sudah sah atas dirinya.

Aldrian mengelus rambut Aya dengan sayang sambil tersenyum mengingat kembali apa yang telah terjadi kepada mereka berdua. Aldrian masih tidak percaya bahwa kamarnya merupakan saksi bisu bahwa mereka telah menyempurnakan perannya sebagai seorang suami untuk istri begitupun sebaliknya.

Gila! akhirnya ngerasain juga indahya muncak bersama.

Tenang saja, meskipun gak merasakan indahnya malam pertama, malam kedua dan malam ketiga, masih ada pagi keempat dan malam-malam selanjutnya.

Aldrian terkekeh membuat perumpaan itu dalam hatinya, Aldrian juga menyesal kenapa tidak dari dulu ia dipertemukan dengan Aya dan menikah dengannya, padahal Aya adalah sepupu dari sahabat dekatnya tapi semua itu kembali lagi pada takdir.

"Eung.." Aya menggeliat dari tidurnya yang tidak nyaman.

Aya membuka kedua matanya. Pandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah Aldrian.

"Mas" Aya langsung bangun tidurnya.

Aldrian tersenyum "Selamat pagi" sapa Aldrian.

Aya membalas senyum Aldrian, tidak lupa Aya mengeratkan selimut yang dipakainya kuat-kuat agar tidak melorot dari tubuhnya "pagi"

KUTEMUI KAMU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang