Tiga puluh

10.4K 493 1
                                    

Aya dan Lutfi sama-sama memutar pandangan. Lutfi menatap laki-laki yang berdiri beberapa meter darinya dengan tatapan penuh tanya sedangkan Aya melemparkan senyum bahagia saat ia mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Aya mengenal suara dan panggilan itu karena siapa lagi seseorang yang memanggil Aya dengan sebutan tersebut jika bukan suaminya.

"Mas" Aya segera melangkahkan kakinya menuju Aldrian yang tengah berdiri beberapa meter darinya.

Aya mengulurkan tangan saat ia tiba dihadapan Aldrian. Aldrian pun mengulurkan tangannya untuk disalimi Aya sambil memperhatikan sosok laki-laki yang terlihat akrab dengan Aya.

"Mas udah ke ruangan abah?" Tanya Aya namun Aldrian menggelengkan kepalanya.

Merasa ada celah untuk kabur dari Lutfi, cepat-cepat Aya menarik tangan Aldrian untuk pergi ke ruangan dimana abahnya di rawat juga Aya bisa menjauhi Lutfi.

"Ya, tunggu dul...." ucapan Lutfi terputus saat wanita yang sangat ia harapkan untuk bertemu dengan ibunya malah pergi meninggalkan Lutfi.

Lutfi menghela nafas kasarnya. Ia memandang punggung Aya juga seseorang yang terus menjauh darinya. Apakah dosa ia sangat besar sehingga keluarga yang tidak bersalahpun ikut dibenci Aya? Entahlah Lutfi tidak tahu, yang jelas Lutfi masih mengharapkan Aya mengabulkan permintaannya.

Aya dan Aldrian memasuki ruangan tempat abahnya di rawat. Keduanya langsung menghampiri ranjang pesakitan abah dan terdengar kata maaf dari Aldrian karena baru bisa mengunjungi beliau, tidak lupa juga Aldrian mendoakan kesembuhan bagi abah Aya yang kini menjadi abahnya juga.

Bukan hanya abah yang Aldrian temui namun keluarga Aya yang lainnya juga. Aldrian sapa dan tanya kabar mereka secara satu persatu, Aldrian juga menyempatkan diri untuk ngobrol ringan dengan keluarga laki-laki dari keluarga Aya.

"Kamu langsung kesini Al?" Tanya Adam. Aldrian juga Adam memasuki kedai nasi goreng yang terdapat di sekitaran rumah sakit.

"Iya, dam. Soalnya waktu dapat kabar dari Hana ketika landing, tanpa pikir panjang aku langsung nyusul dia kemari"

Adam memperhatikan penampilan Aldrian dari atas hingga bawah "tapi pakaian kamu? Kok bisa rubah gitu?"

"Oh ini, aku suka nyimpan pakaian cadangan di mobil buat jaga-jaga kalau ada urusan dadakan, ya bisalah buat digunakan" kata Aldrian kepada Adam.

Adam mengangguk lalu keduanya sibuk dalam pikiran masing-masing. Sambil menunggu pembuatan nasi goreng yang mereka pesan, tidak lama kemuadian sosok Aya muncul menghampiri Adam juga Aldrian. Aya datang bersama Ira dan Naomi. Mereka duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu  sambil ngobrol ringan kembali.

Tidak lama pesanan mereka datang, Naomi paling bahagia saat setengah piring nasi goreng tersaji di hadapannya.

"Nasi goleng. Kesukaanya Nao" Naomi menghirup aroma nasi goreng yang mengepul.

Aldrian dan Aya tertawa melihat ekspresi lucu keponakannya. Terutama Aldrian yang paling gemas dengan ekspresi Naomi. Aldrian mengusap lembut kepala Naomi juga mencubit pipi tembamnya dengan gemas.

"Lucunya anak ayah Adam" puji Aldrian dibalas dengan reaksi malu-malu dari Naomi.

"Semoga kalian cepat nyusul ya" kata Adam memperhatikan interaksi Aldrian dan Naomi yang terlihat seperti ayah dengan anak perempuannya.

"Amiin, mohon do'anya aja" balas Aldrian, tidak bisa dipungkiri hati kecil Aldrian berkeinginan untuk memiliki anak kecil selucu Naomi tapi Aldrian tidak bisa memaksakan kehendaknya karena yang memberi bukan orang melainkan Tuhan.

Ketika menyingung soal anak hanya satu yang Aldrian pikirkan. Siapa lagi kalau bukan Aya. Sikap Aya selalu murung jika diingatkan atau disinggung soal anak. Bukannya ia tidak iklas melainkan kadang terbesit sebuah penyesalan karena begitu tidak pekanya ia akan kehadiran janin yang tumbuh dalam rahimnya.

KUTEMUI KAMU (TAMAT)Where stories live. Discover now