Tiga puluh enam

9.3K 419 4
                                    

Aya kembali tersadar dari pingsannya. Aya membuka kedua matanya yang terasa berat secara perlahan, setelah kedua matanya terbuka, Aya lihat orang-orang yang tengah menatapnya dengan cemas. Ada Ina, Barata, mbik Asih juga Dipta juga pak Rudi menatap Aya dengan khawatir.

"Sayang" panggil Ina mengambil tangan Aya.

Aya menatap wajah Ina yang terlihat sembab "mas Al" gumam Aya kepada Ina.

Ina kembali menangis sambil memeluk Aya dengan erat "tenanglah"

"kami belum dengar kabar lanjutannya bagaimana, yang jelas kita hanya bisa berdo'a untuk keselamatan Al" kata Ina.

"Papah juga mau ke perusahaan Al sekarang, jadi kamu yang sabar ya" tambah Ina diangguki Aya meski tidak bisa dipungkiri hatinya takut termata takut jika ia benar-benar harus kehilangan Aldrian dari hidupnya.

"Aya ikut ya, pa" pinta Aya diangguki oleh Barata.

Mereka semua pergi ke bandara. Mereka ingin mencari tahu lebih jelas kabar soal Aldrian. Apakah benar yang mereka lihat di berita, kalau pesawat yang dibawa pergi Aldrian tadi siang mengalami kecelakaan saat hendak pulang kembali ke jakarta atau bagaimana.

Sesampainya di bandara, Aya lebih dulu turun dari mobil yang dibawa pak Rudi menuju kerumunan orang-orang yang tengah memenuhi perusahaan maskapai tempat Aldrian bekerja. Aya melirik orang-orang yang ada disekitarnya tengah menangis tersedu-sedu saat pihak dari perusahaan memberi konfirmasi bahwa pesawat yang dibawa Aldrian memang telah hilang kontak dengan pihak mereka dua jam yang lalu.

Aya menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Aya yakin Aldrian masih bisa menyelamatkan para penumpangnya karena Aya percaya Aldrian bisa mengendalikan situasi buruk jika saat terbang karena waktu itu Aldrian juga berhasil mengatasi masalah pesawatnya pada waktu itu.

"Mas, Aya mohon, jangan tinggalin Aya secepat ini" gumam Aya terisak kuat. Tubuh Aya terasa lemas saat mendengar pihak perusahaan Aldrian mengkonfirmasikan pesawat mereka ada hilang kontak.

"Ay! Hati-hati" Aya memutar pandangan ke arah belakang saat tubuhnya tiba-tiba oleng berhasil ditahan seseorang.

"Mas Al" gumam Aya memandang seseorang yang tengah menahan beban tubuhnya dengan tatapan yang penuh dengan air mata.

Seseorang itu mengangguk. Ia membantu Aya menuju kursi kosong umtuk di duduki mereka, tidak lupa orang tua Aldrian mengikuti seseorang itu dari belakang.

"Tenanglah, Ay. Aku yakin captain selalu beruntung dalam kondisi apapun, doakan saja semoga captain baik-baik saja"

"Kamu gak terbang sama Al?" Tanya Barata kepada Rafa.

Rafa menggelengkan kepalanya "sayangnya gak om, Captain tadi kebagian terbang sama Danu. Rafa denger kalau Captain hanya nerbangin pesawat menuju tempat tujuannya saja dan yang pulang bukan Captain yang bawa tapi temannya, kita berdo'a saja siapapun yang bawa semoga selamat semuanya" kata Rafa diamini mereka semua.

Sudah dua jam Aya dan keluarga Aldrian menanti kabar kelanjutan soal pesawat yang dibawa Aldrian namun terakhir yang didengar masih sama, pesawat yang dibawa Aldrian belum diketahui dimana letak jatuh pesawat yang dibawa Aldrian.

"Sudah ketemu?" Tanya Rafa memastikan kepada salah satu temannya. Teman Rafa mengangguk dan mengatakan kalau pesawat itu jatuh di pegunungan jayapura.

Aya kembali menangis. Ia ingat itu sangat ingat, sebelum Aldrian pergi tadi siang, Aya sempat diberitahu Aldrian kalau ia akan terbang ke Jayapura.

"Yang sabar, nak" entah keberapa kalinya Aya dipeluk Ina maupun mbik Asih yang silih berganti menguatkan Aya.

"Aya masih banyak berhutang kebaikan pada mas Al, mah. Aya belum jadi istri yang baik untuknya"

KUTEMUI KAMU (TAMAT)Where stories live. Discover now