Tiga puluh tiga

8.8K 410 3
                                    

Aldrian berrhenti melangkahkan kaki saat ia tiba di depan pintu rumahnya. Aldrian merongoh saku celananya untuk mengambil kunci rumah, setelah pintu rumahnya terbuka ia segera masuk sambil mengucapkan salam. Aldrian geret kopernya menuju ruang keluarga lantas naik ke atas menuju kamarnya.

Aldrian buka pintu kamarnya pelan-pelan. Aldrian takut membangungkan Aya jika ia buka pintunya dengan keras. Aldrian mengerutkan dahi saat ia melihat kamarnya dalam keadaan gelap. Aldrian melangkakan kaki menuju stop kontak dan hidupkan lampu kamarnya.

Terdengar helaan nafas berat dari Aldrian begitu lampu kamarnya dihidupkan. Tidak ada sosok Aya disana, bahkan tempat tidurnyapun terlihat masih rapih. Aldrian melangkahkan kaki menuju kamar mandi dan ruangan lainnya untuk mencari Aya tetapi hasilnya nihil.

Kedua kalinya Aya pergi tanpa menunggu persetujuan Aldrian terlebih dahulu. Untuk yang pertama Aldrian maklumi saat Aya tiba-tiba pergi ke Purwakarta, Aldrian juga diberitahu Adam kalau abah masuk rumah sakit sampai-sampai Aldrian rela langsung ke Purwakarta demi melihat keadaan abah karena Aldrian termasuk orang yang panikan jadi wajar saja kalau ada berita yang kurang baik langsung dapat respon berlebihan Aldrian.

Aldrian sempat mengira Aya tidak akan nekat pergi tanpa menunggu izinnya. Aldrian juga mempercayai Aya kalau Aya akan patuh padanya sewaktu Aldrian tidak berada di rumah, namun nyatanya? Entahlah, demi ibunya Lutfi, posisi Aldrian sebagai suaminya mungkin kurang berarti dibandingkan dengan posisi ibunya Lutfi.

Aldrian kira saat ia memberi izin Aya untuk bertemu ibu Lutfi semua masalah akan langsung selesai dan ibu Lutfi tidak akan meminta Aya hal lain-lain lagi namun nyatanya ibu Lutfi malah terus memanfaatkan Aya untuk kembali membangun komunikasi mereka yang sempat terputus oleh anaknya dulu.

Memikirkan Aya, Lutfi serta ibunya yang seperti ini berhasil membuat kepala Aldrian sedikit berdenyut. Aldrian pijit keningnya dengan tangannya lantas ia rebahkan tubuhnya yang masih berbalut seragam kerjanya. Entah kenapa saat pulang ke rumah tanpa disambut istri seperti biasanya membuat Aldrian malas melakukan apa-apa selain merebahkan diri diatas tempat tidur.

***

Aldrian bangun dari tidurnya saat ia mendengar suara adzan subuh yang terdengar dari speaker mesjid kompeks tempat tinggalnya. Aldrian pergi menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan solat berjamaah di mesjid.

Sekembalinya dari mesjid Aldrian pergi menuju dapur untuk mengambil minum. Setelah minum air putih Aldrian buka kulkas untuk mencari makanan darisana. Aldrian menghebuskan nafas berat saat melihat bahan-bahan masakan yang tidak bisa diolah olehnya. Biasanya Aldrian tinggal langsung makan saja karena semua masalah dapur Aya yang tangani semua, tapi saat ini sepertinya Aldrian harus belajar mandiri, ia harus biasa mengolah makanan yang ia bisa agar ia ke depannya Aldrian merasa terbiasa saat ditinggal pergi Aya.

Pagi ini hanya ada dua potong roti juga segelas susu yang tersedia di meja makan. Aldrian tidak bisa mengolah bahan masakan yang terdapat di kulkasnya maka ia putuskan untuk sarapan seadanya daripada nanti cacing diperutnya berdemo karena kelaparan.

Aldrian mengambil ponsel dari meja makan saat pesan masuk ke dalam ponselnya. Aldrian membuka aplikasi whats app lalu ia melihat ada pesan dari Aya. Aldrian buka pesan tersebut dan melihat waktu pengirimannya, ternyata Aya mengirim pesan banyak kepada Aldrian malam tadi yang tidak sempat Aldrian buka karena ketiduran.

Aldrian membaca satu persatu isi pesan dari istrinya. Isi pesan tersebut tidak jauh dari permintaan maaf Aya, pesan Aya untuk tetap hati-hati saat terbang, juga mengingatkan Aldrian agar tidak lupa makan dan mengatakan kalau Aya sudah menyiapkan masakan buat Aldrian yang ia taruh dalam kulkas supaya jika Aldrian menginginkan bisa langsung Aldrian panaskan. Aldrian menyugingkan seulas senyum di bibirnya, ternyata di balik kepergian Aya yang nekat, masih aja ada perhatian yang Aya berikan untuknya.

KUTEMUI KAMU (TAMAT)Where stories live. Discover now