Dua

20.4K 864 10
                                    

Aldrian keluar dari mesjid besar pondok pesantren Nurul Hidayah, ia dan jemaah lainnya keluar dari mesjid setelah selesai melaksanakan solat ashar dan bersalam-salaman dengan para jemaah pengajian sebelum keluar. Aldrian duduk di teras mesjid sambil menunggu ibunya menghampirinya.

Aldrian memperhatikan suasana pesantren yang baru ia rasakan untuk pertama kalinya. Ia memperhatikan rombongan santri atau santriwati yang berjalan beriringan keluar dari mesjid sambil ketawa-ketawi seolah hidup ini begitu indah lalu pandangannya terarah kepada anak kecil yang tengah merengek lucu minta dibelikan balon kepada seorang wanita berhijab mocca.

Aldrian memperhatikan interaksi anak kecil dengan wanita berhijab mocca sambil tersenyum. Entah kenapa hati Aldrian menghangat saat memperhatikan interaksi mereka,  Aldrian senang dan berpikir bagaimana jika hal itu terjadi kepadanya? jika suatu saat nanti ia mempunyai anak, apakah hal seperti itu akan terjadi kepadanya?

"Loh, Aldrian?" Tanya seseorang kepada Aldrian.

Aldrian mengalihkan perhatian kepada seseorang yang menyapanya. Sebelum membalas ucapan dari seseorang yang menegurnya, terlebih dahulu ia perhatikan sejenak sosok yang ada di sampingnya.

"Adam?" Aldrian mencoba memastikan.

Laki-laki yang disebut Adam itu mengangguk lantas memeluk Aldrian senang.

"Masya Allah, Al. Lama tidak ketemu" katanya.

Aldrian membalas pelukan Adam kepadanya. Jujur ia juga merasa senang telah dipertemukan kembali dengan sahabatnya SMPnya.

"Apa kabar?" Tanya Adam melepaskan pelukannya dari Aldrian.

"Baik, Alhamdulillah. Kamu sendiri bagaimana dam?" Tanya balik Aldrian.

"Alhamdulillah, baik" jawab Adam.  tidak lupa, ia mengajak Aldrian untuk ikut ke rumah karena ia masih belum puas bertemu dengan Aldrian setelah bertahun-tahun mereka hilang jejak  tidak ada kabar dan sibuk dengan dunianya masing-masing.

"Kamu makin ganteng aja, Al" puji Adam memperhatikan Aldrian dari atas hingga bawah yang terlihat lebih darinya, Aldrian mempunyai postur tubuh yang ideal juga terawat membuat Adam mengakui kalau sahabatnya itu memang tampan.

"Kamu bisa aja. Kamu juga tambah ganteng, dam" balas Aldrian.

"Ayah!" Teriak seseorang berhasil menghentikan langkah Adam dan Aldrian.

Adam membalikan badan terlebih dahulu diikuti Aldrian juga. tidak lupa, Aldrian memperhatikan seseorang yang teriak memanggil Ayah. ingatannya mengarah kembali kepada sosok anak kecil minta dibelikan balon di halaman mesjid yang dilihatnya tadi.

"Eh anak solehanya ayah" Aldrian menajamkan pendengarannya. Siapa tahu yang didengarnya salah.

Adam menggendong anak perempuan tersebut lantas melanjutkan perjalanan mereka kembali untuk kerumah.

"Yuk!" Ajakanya Adam.

Aldrian mengangguk. Ia kembali memperhatikan anak perempuan yang digendong sahabatnya dan juga  Adam tentunya secara bergantian.

"Anakmu, Dam?" Tanya Aldrian.

Adam mengangguk "Iya, anakku"

Aldrian membulatkan matanya tidak percaya "Ya Tuhan! kamu udah nikah?"

"Iya, sudah. Waktu itu aku sempat undang kamu tapi kata tante Ina kamu lagi di luar"

"Oh iya, mungkin waktu itu aku lagi terbang, maaf gak bisa hadir, Dam."

Adam mengangguk memaklumi. ia  mengetahui kalau Aldrian berprofesi sebagai pilot yang kadang tidak bisa dipungkiri kalau profesi itu membawa Aldrian pada kesibukan  tapi ia bangga karena sahabatnya bisa mengendarai pesawat yang terbang diudara yang biasa ia lihat ketika kecil sambil teriak-teriak kapal minta duit.

KUTEMUI KAMU (TAMAT)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum