Tiga puluh delapan

9.1K 430 2
                                    

Aya turun dari mobil Lutfi diikuti Rafa di belakangnya. Mereka sama-sama mengunjungi rumah kedua orang tua Aldrian sedangkan Lutfi memilih untuk pamit karena dan buru-buru sebab habis magrib ia harus menerima pasien kontrol di rumah sakit.

"Makasih, A. Maaf udah Aya repotkan" ucap Aya kepada Lutfi.

Lutfi menggelengkan kepalanya "gak papa kok, santai saja"

"Yaudah Aa pamit ya, assalamualaikum" salam Lutfi dibalas dengan salam dari Aya.

Setelah menatap kepergian mobil Lutfi, Aya melirik ke arah samping yang terdapat Rafa disana "yuk, mas. Masuk" ajak Aya diangguki Rafa.

"Assalamualaikum" salam Rafa sambil  membuka pintu rumah Aldrian.

"Pada kemana ya?" Tanya Rafa kepada Aya sambil melirik kiri kanan mencari orang-orang rumah yang terlihat sepi.

"Lagi pada di atas mungkin, atau gak di dapur, mas duduk dulu aja, Aya bikinin minum buat mas" kata Aya bersiap buat pergi ke dapur.

"Gak usah, kamu duduk aja." Cegah Rafa menghentikan langkah Aya.

"Kamu istirahat aja, kasian lagi sakit ditambah lagi hamil, jadi diam aja. Nanti aku minta sama mbik Asih aja kalau haus" ujar Rafa diangguki Aya.

"Siapa yang hamil?" Ina tiba-tiba datang menghampiri Rafa dan Aya yang tengah duduk di kursi.

Rafa memperhatikan Aya dengan tatapan tanya lalu ia mengarahkan jarinya kepada Aya "Aya, tan" ucapnya  dengan cepat.

Ina menatap Aya dengan tatapan penuh tanya "bener sayang?" Tanya Ina.

Aya menganggukan kepalanya lemah "Iya, mamah mau punya cucu lagi" jawab Aya jujur.

Bukannya senyum, Ina malah menangis sambil membawa Aya kedalam pelukannya "Masya Allah"

Aya menganggukan kepalanya sambil membalas pelukan Ina dengan erat "Tapi mah, mas Al?" Tanya Aya pelan.

Ina melepaskan pelukannya dari Aya. Ia memegang bahu Aya "maafin anak mamah ya, anak mamah udah kurang ajar sama kamu" katanya.

Aya mengerutkan dahi "maksud mamah?"

"Al gak balik-balik lagi setelah dia hamilin kamu" ujarnya kepada Aya berusaha terawa disamping air mata yang terus jatuh dari kedua matanya.

"Katanya pengen jadi bapak tapi giliran udah dikasih malah pergi ninggalin kita"

"Mamah gak tahu harus bersikap seperti apa, satu sisi mamah bahagia dengan kabar kehamilan kamu, sisi lain mamah juga merasa sedih karena ditinggal anak sulung mamah, papanya dari calon anak kalian"

"Kami juga gitu kan Ay?" Tanya Ina kepada Aya.

Aya mengangguk sambil menangis "Iya"

Ina kembali memeluk Aya "berusaha bangkit ya nak, mamah tahu ini berat dan tidak mudah, apalagi untuk kamu, tapi kamu harus kuat, ada cinta Aldrian yang ia titipkan pada kamu yang harus kamu pikirkan juga kesehatannya juga" pesannya sambil mengusap punggung Aya yang menangis.

"Ada mamah, papah, Dipta, Rafa, mbik Asih, dan keluarga kamu yang akan selalu ada buat dan mendukung kamu untuk bangkit" tambahnya.

Aya melepaskan pelukannya dari Ina "mamah yakin, cepat atau lambat Aldrian akan kembali, entah itu dalam kedaan bernyawa atau sebaliknya, maka dari itu apapun hasilnya nanti, kita harus belajar mengikhlaskannya mulai dari saat ini agar jika nanti kita mendengar kabar buruk, setidaknya kita bisa jauh menerima kabar itu dengan lapang karena sudah belajar mengikhlaskan" jelasnya membuat Aya merenung sebentar.

KUTEMUI KAMU (TAMAT)Where stories live. Discover now