Cupu 54

2.5K 140 0
                                    

Gue kacau
Mungkin gue bisa mati
Kalau lo pergi

Putri dan angkasa memandangi rumah besar dihadapannya yang terlihat sepi. Kedua manusia itu menghela nafasnya panjang, lalu mengetok pintu utama agar dapat memasuki rumah tersebut.

"Eh, non putri sama den tama. Mau ketemu non melodi ya." bik neni menyambut mereka dengan senyuman cerahnya.

Putri tersenyum tipis. "Iya bik. Kami mau ketemu melodi. Dia dimana?."

Seketika raut wajah bik neni berubah menjadi sendu. Pancaran kebahagiaannya tiba-tiba lenyap begitu saja dikala pertanyaan itu terdengar olehnya.

"I-itu. Non melodi gak mau keluar kamar sejak kemarin. Bahkan, non melodi gak mau makan non." tutur bik neni.

Setelah mendengar penjelasan dari bik neni, membuat kesedihan mereka bertambah berkali-kali lipat. Terkhususnya angkasa, cowok itu benar-benar rapuh melihat gadisnya dalam keadaan terpuruk seperti ini.

Ruangan tamu yang terkesan gelap menyambut mereka saat baru menginjakkan kaki disana. Bahkan kesunyian begitu terasa hingga membuat suara mereka sedikit menggema.

Perlahan mereka menaiki lantai dua untuk menuju kamar melodi. Putri menggenggam erat gagang pintu, gadis penyuka bando itu menghela nafasnya panjang lalu membuka pintu secara perlahan.

Sesak menggerubungi ulu hati angkasa, pemandangan yang menyambutnya saat memasuki kamar tersebut membuat manik matanya berkaca-kaca. Disana, melodi tengah duduk disebuah sofa besar dibalkon kamarnya, diiringi alunan musik yang terdengar menyedihkan.

"Mel." melodi terkesiap, gadis itu memasang wajah datarnya saat putri memeluknya.

"Maaf. Gue nggak guna jadi sahabat lo." tutur putri.

Kedua manik mata angkasa dan melodi bertemu. Satu hal yang angkasa tau, kerapuhan terlihat jelas dinetra mata melodi.

Angkasa hanya memperhatikan putri yang terus bercerita tanpa henti. Dengan respon dari melodi berupa gelengan atau anggukan. Sampai kapan gadisnya akan terus seperti ini?.

                             🌿🌿🌿
Sepuluh menit yang lalu putri telah pergi meningggalkan rumah melodi. Dikarenakan malam yang hampir datang membuat putri meminta izin untuk pulang.

Disana, hanya ada tersisa melodi dan angkasa. Keheningan menyelimuti kedua manusia itu, mereka hanya menatap bulan yang saat itu tengah memancarkan cahaya indahnya.

"Dingin ya. Ntar lo masuk angin loh mel. Mendingan kemasukan cinta gue aja. Ya nggak?." angkasa berucap membuat melodi menatap cowok itu.

"Lo tau nggak apa yang lebih indah dari bulan?." tanya angkasa.

Melodi hanya diam, membuat angkasa berdecak kasar. Harus bagaimana caranya lagi agar dia dapat mengembalikan melodi seperti dulu?.

"Bagi gue, senyum lo lebih indah dari sang bulan." tutur angkasa.

Melodi hanya tersenyum tipis, bahkan sangat tipis. Dan sepertinya angkasa tak mengetahui perihal senyuman itu. Masalah memaksanya untuk berhenti tersenyum bahkan tertawa.

Angkasa mengusap rambutnya gusar, lalu beranjak duduk disofa besar tepat disamping melodi. Cowok itu menyandarkan kepalanya dibahu melodi, membuat gadis itu sedikit terlonjak kaget.

"Capek ngomong. Lo nggak respon sama sekali." ujar angkasa.

Usapan lembut dikepala membuat angkasa mendongakkan kepalanya. Cowok itu menatap melodi dengan mata berkaca-kaca. Sungguh, ia merindukan gadis pemberaninya.

"Gue rindu mel. Lo kapan kembali?. Gak capek gini mulu?."lirih angkasa.

Angkasa menangkup pipi melodi dengan kedua tangannya. "Gue tau masalah lo bukan hal yang sepele. Tapi, apa dengan adanya gue disini gak bisa merubah sedikit keadaan?."

"Mana gadis pemberani gue, gadis kuat gue. Gadis yang terus menebar kesenyuman meski pada hal receh sekalipun." lanjut angkasa.

"Comeback dear. Please, i really miss you" lirih angkasa.

Tanpa sadar bulir bening meluncur bebas dipipi mulus melodi. Gadis itu menangis dalam diam. Angkasa mengadahkan kepalanya keatas, cowok itu tak mau menangis karena tak ingin menambah kegelisahan gadisnya.

Melodi menidurkan tubuhnya diatas sofa, dengan paha angkasa sebagai bantalannya. Gadis itu tersenyum tipis menerima usapan kepala dari tangan kekar angkasa.

"Papa lo pasti sembuh. Lo cepet kesekolah ya, gue digangguin terus nih sama cabe-cabean." adu angkasa dengan gaya yang dibuat seimut mungkin.

"Cepetan sekolah, lo udah ketinggalan beberapa pelajaran. Gue nggak mau ya, calon istri gue sampai bodoh-bodoh amat." tutur angkasa lagi.

Keheningan kembali menyelimuti mereka, angin malam membuat suara gemersik dedaunan yang saling bergesekan. Suara jangkrik ikut mengiring, menambah kesempurnaan pada malam itu.

"Miss you too sa." suara serak tersebut membuat angkasa tersenyum lebar.

Akhirnya melodi kembali bersuara. Singkat, namun bermakna bagi angkasa. Sepenggal kalimat itu membuat energi angkasa kembali bertambah.

Deru nafas teratur membuat angkasa menyadari bahwa melodi sudah tertidur. Cowok tampan itu menggendong melodi menuju tempat tidur dan menyelimutinya.

Angkasa mencium lama dahi melodi, lalu memberi usapan kepala. Ia harus berperan besar agar gadisnya dapat kembali tersenyum. Ia harus dapat menemukan cara agar ia dapat mengembalikan gadisnya.

"Gue akan selalu bersama lo mel." bisik angkasa.

***
Please
Vote
Dan
Comment

Follow my wattpad ya:')

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang